Dr.(HC) Ir. Soekarno (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno
Sosrodihardjo) (lahir diSurabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama
yang menjabat pada periode1945–1966. Ia memainkan peranan penting
untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia
adalah Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang
terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali
mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai
dasar negara Indonesiadan
ia sendiri yang menamainya.
Soekarno menandatangani Surat Perintah
11 Maret 1966 Supersemar yang
kontroversial, yang isinya—berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar
Angkatan Darat—menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soehartountuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang
duduk di parlemen. Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967,
Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang
Istimewa MPRSpada tahun yang sama
dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.·
Ir.
Soekarno pada tahun 1926 mendirikan
biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak mengerjakan rancang bangun bangunan.
Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga
merancang dan membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.
·
Ketika
dibuang di Bengkulu menyempatkan
merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah kota.
Pengaruh Terhadap Karya Arsitektural
Semasa Menjadi Presiden
Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa
karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga
perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada tahun 1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, danSwiss. Membuat cakrawala alam pikir
Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya
sebagai negara yang baru merdeka[22]. Soekarno
membidik Jakarta sebagai wajah
(muka) Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan
di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan
sebagai pusat pemerintahan di masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh
Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek
seperti Frederich
Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior
untuk visualisasi. Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara
·
Gedung
Conefo
·
Gedung
Sarinah [
·
Tugu
Selamat Datang
·
Monumen
Pembebasan Irian Barat[24]
·
Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah
haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan
sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar
membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam
bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara
besar-besaran pada tahun 1966,
termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi
dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf
·
Rancangan
skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang
diresmikan pada tahun 1957
Keluarga Soekarno
Raden Soekemi Sosrodihardjo
|
Ida Ayu Nyoman Rai
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Soekarno (1901-1970)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Oetari (menikah 1921;berpisah 1923)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Inggit Garnasih (menikah 1923)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Fatmawati (menikah 1943)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Guntur (l.1944)
|
Megawati (l.1947)
|
_Rachmawati_ (l.1950)
|
_Sukmawati_ (l.1952)
|
___Guruh___ (l.1953)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hartini (menikah 1952)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Taufan (1951-1981)
|
Bayu (l.1958)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ratna (menikah
1962)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kartika (l.1967)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Haryati (menikah
1963)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Yurike
Sanger (menikah 1964)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Totok (l.1967)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Heldy
Djafar (menikah 1966)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kiprah politIK
Masa pergerakan
nasional
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi
terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang
Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang
Jawa-sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri.
Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno
menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakanbahasa Jawa ngoko (kasar).
Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar
surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja,
dan bukan dalam bahasa
Belanda.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene
Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische
Studie Club oleh Dr. Soetomo.[5] Organisasi
ini menjadi cikal bakal Partai
Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas
Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di Yogyakarta dan esoknya
dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada
tahun 1930 ia dipindahkan
ke Sukamiskin dan pada tahun itu ia memunculkan
pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat (pledoi), hingga
dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai
Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali
ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan
diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno
hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara
seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.
Soekarno baru kembali bebas pada masa
penjajahan Jepang pada tahun 1942.
[sunting]Masa
penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang
(1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan
Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di
Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan
tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan
Jepang memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti
Soekarno, Mohammad
Hatta, dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga
lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai
organisasi seperti Jawa
Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno,
Hatta, Ki
Hajar Dewantara, K.H.
Mas Mansyur, dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu
aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerja sama dengan pemerintah
pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang
melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena
menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato
pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa
meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan
yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar
pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia
sempat dibujuk untuk menyingkir keRengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang
tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke
Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar
memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia
tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang
terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap
keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang olehMarsekal Terauchi,
pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian
menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat
Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan
organisasi bentukan Jepang membuat
Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja
sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus romusha.
Masa Perang Revolusi.
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional
mulai mempersiapkan diri menjelangProklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah
sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, Panitia Kecil yang terdiri dari
delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia
Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta
mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi
di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa
Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk
oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang
membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda
menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik
Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan
karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno,
Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai
penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan momen
tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus
1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang
diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18
Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden
dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945
pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945
kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa
Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang
yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI)
yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya
mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah
mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha
menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan
pasukan NICA (Belanda) yang membonceng
Sekutu (di bawah Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya dan gugurnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu
itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari
Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara
lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD
1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single
executive). Selama revolusi kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah
menjadi semipresidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai
Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan.
Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat
pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar
Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada
saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting,
terutama dalam menghadapi Peristiwa
Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang
menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah
pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia(PDRI)
dengan ketua Sjafruddin
Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan
situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin
Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan
sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan
Setelah Pengakuan Kedaulatan
(Pemerintah Belanda menyebutkan
sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden
Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana
menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI
Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin
kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali
berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat
Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir.
Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional,
tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi
dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup
populer dan lebih kuat di kalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala
pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal
sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang memercayai
sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian".
Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh
militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti
peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan
Angkatan Udara.
Presiden Soekarno juga banyak
memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap
nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum
mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno,
pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di
Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota
Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang
ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan
dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban,
ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam penyelesaian konflik juga
menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal
Abdel Nasser (Mesir), Mohammad
Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi
Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat
jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun
sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat
ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai
negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari
kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan
Indonesia.[rujukan?]
Guna menjalankan politik luar negeri
yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi
berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya
adalah Nikita
Khruschev (Uni Soviet), John
Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).
Kejatuhan
Situasi politik Indonesia menjadi
tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh
dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan
30 September atau G30S pada 1965.[26][13] Pelaku
sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI
dituduh terlibat di dalamnya.[13] Kemudian
massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi
Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri
Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar
PKI dibubarkan.[26] Namun,
Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan
pandangan Nasakom (Nasionalisme,
Agama, Komunisme).[6][26] Sikap
Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam
politik.[13][6]
Lima bulan kemudian,
dikeluarkanlah Surat
Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno. Isi
dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan
keselamatan pribadi presiden.[26] Surat
tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah
diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk
membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.[26] Kemudian
MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang
pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan
jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi
presiden apabila presiden berhalangan.
Soekarno kemudian membawakan pidato
pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum
ke-IVMPRS. Pidato
tersebut berjudul "Nawaksara"
dan dibacakan pada 22 Juni 1966. MPRS kemudian meminta
Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut.[26] Pidato
"Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS
pada 16 Februari tahun
yang sama.
Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat
Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.[27]Dengan
ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de facto menjadi
kepala pemerintahan Indonesia. Setelah
melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno,
mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden
RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.
Sakit
hingga meninggal.
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun
sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya,
ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan
di Wina, Austria tahun1961 dan 1964. Prof. Dr. K.
Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal
kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan
tradisional. Ia
masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari
Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat) Gatot
Subroto,Jakarta dengan
status sebagai tahanan politik.[27][5] Jenazah
Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi.[27] Sebelum
dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh
Dokter Mahar
Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.[27] Tidak lama
kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr.
Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.
1.
Pada
hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir.
Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
2.
Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno
dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal
dunia.
3.
Tim
dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno
hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar
dirinya dimakamkan di Istana Batu
Tulis, Bogor, namun pemerintahan
Presiden Soehartomemilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat
pemakaman Soekarno.[27] Hal
tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun1970. Jenazah
Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan
harinya bersebelahan dengan makam ibunya.[27] Upacara
pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai
inspektur upacara.[27] Pemerintah
kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
Peninggalan
Dalam rangka memperingati 100 tahun
kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100
Tahun Bung Karno".[9] Prangko
yang diterbitkan merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah Putih serta
menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden
Republik Indonesia.[9] Prangko
pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat
sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di
perguruan tinggi tahun 1920-an
terpampang di atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal
Rp900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko
yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal
Rp1000. Keempat prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak
sebanyak 2,5 juta set oleh Perum Peruri.[9] Selain
prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan
prangko, album koleksi prangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung
Karno serta tiga desain kaus Bung Karno.
Prangko yang menampilkan Soekarno juga
diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada
tanggal 19 Juni 2008. Prangko tersebut menampilkan gambar
Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.[28] Penerbitan
itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan
kunjungan Presiden
Indonesia, Soekarno, ke Kuba.
Nama Soekarno pernah diabadikan sebagai
nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai
sarana keperluan penyelenggaraan Asian Games IV
tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, kompleks
olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi
sesuai keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora
Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan
dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.[29]
Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas
nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan
Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide
untuk membangun universitas dengan
pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati
Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun 25
Juni 1999 Presiden Bacharuddin
Jusuf Habibiemeresmikan Universitas
Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno,Nation
and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.[30]
Sementara itu, Yayasan Bung Karno
memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni maupun nonseni kepunyaan Soekarno
yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.[31] Yayasan
tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno
yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati
Soekarnoputri, Guruh
Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, dan Kartika
Sari Dewi Soekarno.[31] Pada tahun2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di
Arena Pekan
Raya Jakarta.[9] Di stan
tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul "Indonesia
Menggugat" yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto
semasa Soekarno menjadi presiden. Selain
memperlihatkan video dan foto, berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan
tersebut.[9] Di
antaranya adalah kaus, jam emas,
koin emas, CD berisi pidato
Soekarno, serta kartu pos Soekarno.
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo
Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno. Soenuso
mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan
Udara Sedang.[9] Ia pernah
menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada
sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi, Bogor. Benda-benda tersebut
antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam
register emas JM London,
emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning dengan tulisan
ejaan lama berupa deposito hibah.[9] Selain itu
terdapat pula uang UBCN (Brasil)
dan Yugoslavia serta
sertifikat deposito obligasi garansi
di Bank Swiss dan Bank Netherland. Meskipun
emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang
memastikan keaslian dari emas tersebut.
Penghargaan
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan
gelar Doktor Honoris Causa dari
26 universitas di dalam
dan luar negeri.[33] Perguruan
tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara
lain Universitas
Gajah Mada (19 September 1951), Institut
Teknologi Bandung (13 September 1962), Universitas
Indonesia (2 Februari 1963), Universitas
Hasanuddin (25 April 1963), Institut Agama Islam Negeri Jakarta (2
Desember 1963), Universitas
Padjadjaran (23 Desember 1964), dan Universitas Muhammadiyah (1
Agustus 1965).[33] Sementara
itu, Columbia
University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia) danAl-Azhar University (Mesir) merupakan beberapa universitas luar
negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.
Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama
35 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika SelatanThabo Mbeki.[9] Penghargaan
tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme
Companions of OR Tamboyang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang
semuanya dilapisi emas. Soekarno
mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas
internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi
inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan
membebaskan diri dari apartheid. Acara
penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union
Buildings di Pretoria dan
dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima
penghargaan
No comments:
Post a Comment