Terjadi Gangguan Navigasi, Telekomunikasi, & Listrik
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan meluncurkan satelit kembar tahun 2011 yang melintasi wilayah Indonesia setiap 90 menit.
Satelit ini dipersiapkan untuk mitigasi (peringatan) bencana di negeri ini.
Lembaga yang dikomandoi Adi Sadewo Salatun juga memantau kondisi antariksa tahun 2012. Sebab, diperkirakan terjadi fenomena matahari yang mengganggu navigasi, telekomunikasi, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Pemantauan LAPAN tahun 2012 tidak ada kaitannya dengan film ‘kiamat’ 2012 yang menghebohkan itu.
Ini memperlihatkan LAPAN berupaya melakukan tugasnya meski anggaran terbatas. Makanya penilaian pengamat penerbangan, pakar telekomunikasi dan teknologi, bekas anggota DPR, dan anggota DPR ada 7 keberhasilannya. Sementara kegagalan juga 7, sehingga hasilnya remis alias 0 ( 7 keberhasilan – 7 kegagalan = 0).
Penilaian Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenneg PAN) juga sedang-sedang saja, yakni ranking 21 dari 74 instansi pemerintah.
Penilaian kinerja ini berdasarkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang meliputi perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, dan capaian kinerja.
Bekas Anggota Komisi VII DPR, Nizar Dahlan mengatakan, kinerja LAPAN kurang maksimal. Sebab, tidak ditangani secara profesional. Kemudian SDM yang ahli di bidangnya juga masih kurang.
“Dulu LAPAN pernah dipimpin yang ahli di bidang keuangan, tapi kurang ahli di bidang teknologi. Ini tentunya tidak profesional,” katanya.
Menurutnya, teknologi kedirgantaraan di dunia sudah sangat maju, namun teknologi di negeri ini jauh tertinggal. “Ini akibat penempatan tenaga ahli dan semangat kerja sangat lemah,” katanya.
Hal lain kata dia, ketersedian anggaran APBN untuk LAPAN ini relatif kecil, implikasinya LAPAN tidak bisa berkembang.
Ke depan, kata dia, reformasi birokrasi harus dilakukan demi meningkatkan kinerja LAPAN. Selain itu, anggarannya juga harus ditingkatkan.
‘’Terjadi Fenomena Matahari Pada 2012’’
Adi Sadewo Salatun, Kepala LAPAN
Kepala LAPAN, Adi Sadewo Salatun mengatakan, pihaknya sudah membuat program prioritas LAPAN pada 2008-2014, salah satunya Roket Pengorbit Satelit (RPS).
Untuk mewujudkan RPS, lanjutnya, 2 Juli 2009 sudah berhasil menguji terbang RX 420 dengan jarak jangkau 150 kilometer.
“Jika diumpamakan RX 420 dapat menempuh jarak dari Jakarta ke Garut dalam waktu tiga menit,” katanya saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan DPR, belum lama ini.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga sudah berhasil membuat Satelit LAPAN-TUBsat yang diluncurkan pada tahun 2007 hingga kini masih berfungsi dengan baik dan bermanfaat bagi pembangunan nasional. Salah satu contoh pemanfaatan satelit ini adalah mematau perkembangan pembangunan jembatan Suramadu sejak 2007 hingga 2009.
Menurut Adi, LAPAN akan meluncurkan satelit kembar pada 2011. Satelit yang ditempatkan pada orbit ekuatorial tersebut bekerja secara realtime dan detail. Satelit tersebut akan melintas di atas wilayah Indonesia setiap 90 menit dan dipersiapkan untuk mitigasi bencana di wilayah Indonesia.
Di bidang penginderaan jauh, Adi menjelaskan, LAPAN telah bekerja sama dengan lembaga pemerintah, swasta, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat untuk mendukung program pembangunan nasional. Kerja sama tersebut antara lain dengan berbagai pemerintah daerah, BPK, Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian, Universitas Diponegoro, dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
Salah satu kegiatan LAPAN dalam penelitian sains dirgantara adalah pengamatan matahari. ‘’ Terjadi fenomena matahari pada 2012 merupakan puncak aktivitas matahari yang memiliki siklus setiap 11 tahun. Hal tersebut akan menganggu navigasi, telekomunikasi, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN),’’ paparnya.
Untuk itu, lanjutnya, LAPAN secara terus menerus melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan instansi terkait.
‘’Tak Ada Kaitannya Dengan Film 2012’’
Elly Kuntjahyowati, Kabag Humas & Kerja Sama Kedirgantaraan LAPAN
Kepala Hubungan Masyakarat (Kahumas) dan Kerja Sama Kedirgantaraan LAPAN, Elly Kuntjahyowati mengatakan, pihaknya sudah banyak menghasilkan terobosan.
‘’Banyak hasil yang sudah diperoleh dari masing-masing Deputi di bawah LAPAN,’’ ujarnya kepada Rakyat Merdeka, di kantornya, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, LAPAN memiliki tiga deputi. Pertama, Deputi Penginderaan Jauh, di Pekayon Jakarta, memantau satelit dan stasiun bumi yang bertugas untuk pengolahan data dan pemanfaatannya.
Kedua, Deputi Bidang Teknologi Kedirgantaraan terletak di Ramping dan Bogor. Deputi ini meluncurkan banyak roket. Mulai dari roket yang besar sampai kecil.
Ketiga, Deputi Sains, terletak di Bandung. Deputi ini memantau model iklim, pengukuran ionesfer dan pemantauan cuaca antariksa, termasuk kondisi tahun 2012.
‘’Kami memantau kondisi antariksa tahun 2012, tapi ini tak ada kaitannya dengan film 2012,’’ ujarnya.
Dikatakan, tahun 2011 Deputi Kedirgantaraan juga akan membuat dua satelit bekerja sama dengan isro. Satelit tersebut, rencananya akan diluncurkan di Indonesia.
“Dulu kita membuat satelit Lapan Indonesia. Sekarang kita akan meluncurkan roket dan satelit pada tahun 2012 yakni 8A2 dan 8 orari. Untuk tahun 2011 kami meluncurkan Tubsat polar,” terangnya.
Menurutnya, kalau ingin Indonesia disegani negara lain, tentu harus menguasai Iptek. ‘’Jadi, penelitian adalah nomor satu untuk bisa maju,” ucapnya.
Diakuinya, anggaran memang terbatas, tapi pihaknya melakukan penelitian sesuai dengan anggaran itu. “Ada duit sekian, kita buat segitu. Pokoknya kita sesuaikan saja dengan anggaran yang ada,” katanya.
‘’Penelitian jalan terus walau anggaran minim. Kami punya kesadaran untuk membangun Indonesia lebih maju,” tuturnya.
‘’Berhasil Ciptakan Roket’’
Romahurmuziy, Anggota Komisi VII DPR
Sebagai lembaga pengembangan teknologi tentu LAPAN membutuhkan biaya sangat besar. Tapi APBN tidak mampu memberikan dana yang cukup, sehingga hasilnya juga kurang memuaskan.
Demikian disampaikan anggota Komisi VII DPR, Romahurmuziy, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Walau keterbatasan anggaran, lanjutnya, LAPAN berhasil melakukan penemuan-penemuan yang sangat berarti bagi bangsa ini. “Salah satunya berhasil ciptakan roket yang sukses diujicobakan belum lama ini,” katanya.
Dikatakan, LAPAN juga berperan aktif dalam penelitian-penelitian untuk pengembangan teknologi. “Kalau dilihat dari sisi keterbatasan dana tapi ada prestasi, LAPAN nilainya sudah sembilan,” ujarnya.
Menurutnya, kalau menyesuaikan dengan pengembangan teknologi internasional, tentu biaya sangat besar, bisa mencapai miliaran dolar AS, bahkan tidak terbatas.
‘’LAPAN sebenarnya sama dengan NASA, tapi dalam sisi anggaran seperti membandingkan bumi dengan langit. APBN baru bisa mengeluarkan dana sekitar Rp 10 miliar. Ini tentunya tidak sepadan. Makanya jangan terlalu berharap LAPAN seperti NASA,” ucapnya.
Ke depan, kata dia, program pemberangkatan astronot bisa kembali digalakkan. Program ini selain untuk menaikkan citra Indonesia di mata internasional, juga menunjukkan kualitas teknologi di negeri ini.
LAPAN hendaknya bisa konsentrasi dalam teknologi pertahanan udara dan bio teknologi yang selama ini dijalankan. “Saya kira itu juga merupakan hal yang sangat bermanfaat,” katanya.
’’Walah, Jarang Lakukan Riset’’
Dudi Sudibyo, Pengamat Penerbangan
Kinerja’LAPAN dinilai belum maksimal dalam melakukan riset pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa.
Hal ini dikatakan pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Dikatakan, LAPAN merupakan lembaga yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan teknologi dan pertahanan suatu negara. Indonesia, lanjutnya, sudah ketinggalan jauh dalam riset penerbangan dan antariksanya China. Padahal sebelumnya bersama-sama mengembangkan teknologi.
“Kejayaan penerbangan dan antariksa Indonesia terjadi pada masa pemerintahan Soekarno, saat itu berhasil membuat roket yang canggih dan ditakuti negara tetangga,” katanya.
“Indonesia juga menjadi negara yang terkuat di udara, karena memiliki pesawat tempur yang hebat, namun sekarang yang terjadi malah sebaliknya,” tambahnya
Menurutnya, LAPAN merupakan lembaga yang sangat penting dan diperlukan. Amerika saja bisa mengirim orang ke bulan dan memiliki mesin perang canggih, karena memanfaatkan teknologi hasil riset dari NASA.
“Indonesia dalam bidang penerbangan dan antariksa sampai sekarang terus ketinggalan, padahal negara lain sudah mengorbitkan orang ke bulan,” ujarnya.
Dudi menilai, kelemahan dari LAPAN adalah minimnya riset, karena tidak didukung oleh anggaran yang memadai, sehinga mereka sekarang hanya melakukan eksperimen yang sifatnya kecil.
“Walah, jarang lakukan riset, gimana mau berkembang. Memang ada upaya perbaikan, misalnya, belum lama LAPAN sudah mulai meluncurkan roket baru,” paparnya.
‘’Nggak Ada Terobosan Spektakuler Tuh...’’
Murodi, Pakar Komunikasi & Teknologi
Kinerja LAPAN kurang memuaskan. Sebab, hampir tidak ada langkah-langkah spektakuler yang dibuat.
“Nggak ada terobosan spektakuler tuh. Jadi, kinerjanya tidak kelihatan,” katanya kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Padahal, lanjutnya, LAPAN sudah memenuhi standar sebuah lembaga riset yang bertaraf internasional.
Namun sayang, kata dia, kurang perhatian dari pemeritah, sehingga keberadaanya seolah tidak ada artinya. Padahal beberapa karya besar sudah ditorehkan. Misalnya, penemuan roket yang sukses diujicobakan. “Ini sebuah kesuksesan sejak reformasi. Tapi gara-gara tidak didukung dana yang cukup, yang dicapai itupun memudar,” katanya.
Menurutnya, DPR hendaknya ikut meyakinkan pemerintah agar anggarannya dinaikkan, sehingga lembaga itu bisa menghasilkan produk bertaraf internasional.
’’Kurang Sosialisasi Saja’’
Roy Suryo, Pengamat Teknologi
Pengamat teknologi Roy Suryo mengatakan, kinerja LAPAN sudah cukup baik, namun masih lemah dalam sosialisasi, sehingga tidak begitu terdengar keberhasilan.
‘’Kurang sosialisasi saja deh, sehingga nggak ketahuan apa yang sudah dicapainya,’’ ujar Roy Suryo kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, belum lama ini LAPAN berhasil meriset dan memproduksi roket experimental jarak dekat dan menjalin komunikasi dengan organisasi pencinta antariksa internasional.
“Pekan lalu, LAPAN berhasil merayakan tahun astronomi internasional dengan melaksanakan kegiatan festival sains-antariksa 2009,” katanya.
Menurutnya, ke depan LAPAN harus membuat kegiatan yang populis, agar bisa menarik bagi masyarakat dan kelihatan kiprahnya. Tidak tertutup seperti sekarang.
‘’Prestasinya Malah Menurun’’
Alimin Abdullah, Politisi PAN
Kinerja LAPAN dalam mengembangkan teknologi penerbangan dan antariksa masih belum membuahkan hasil secara maksimal.
‘’Prestasinya malah menurun kok,’’ kata politisi Partai Amanat Nasional (PAN), Alimin Abdullah, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurut anggota Komisi VII DPR itu, menurunnya prestasi LAPAN, karena dipengaruhi minimnya anggaran untuk melakukan penelitian.
“Jika dilihat dari tenaga ahlinya, saya rasa LAPAN sudah memiliki SDM yang sudah cukup baik. Yang menjadi masalah adalah kekurangan anggaran,” katanya.
“Jadi, wajarlah kalau teknologi penerbangan dan antariksa Indonesia berjalan di tempat, sehingga kita sudah ketinggalan dari Korea,” tambahnya.
Diharapkannya, kalau keuangan Indonesia yang semakin membaik, pemerintah hendaknya memberikan alokasi dana yang cukup untuk LAPAN. “Jika tidak dilakukan maka kita akan semakin tertinggal dalam dunia teknologi,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment