Monday, 29 July 2013

Mesir Kian Berdarah, Ikhwanul Muslimin Melawan Militer & Selebrit. Sedikit 100 orang tewas dalam bentrok berdarah Sabtu kemarin

Para pendukung Presiden Mesir Mohamed Mursi berlari dari gas air mata dalam bentrokan dengan polisi di Jembatan
pertikaian politik di Mesir kian memanas. Pada Sabtu malam 27 Juli 2013, waktu Mesir, bentrokan terjadi antara massa demonstran pendukung Presiden Mesir yang digulingkan militer, Mohamed Mursi, dengan pasukan keamanan. Korban tewas diperkirakan lebih dari seratus orang.

Bahkan, seperti diberitakan India Times, Minggu 28 Juli 2023, sedikitnya 120 orang tewas dan dan 4.500 lainnya terluka.

Juru bicara Ikhwanul Muslimin, Gehad El-Haddad, mengatakan polisi menembakkan peluru tajam pada demonstran yang menggelar aksi unjuk rasa dengan damai. "Mereka tidak menembak untuk melukai, tetapi untuk membunuh," ujarnya.

Aktivis pro Mursi itu mewanti-wanti insiden ini tidak akan membuat mereka gentar dan bahkan mengancam pertumpahan darah akan berlanjut jika tentara tidak mundur. "Kami akan tinggal di sini sampai mati satu per satu," kata El-Haddad.

El-Haddad menuturkan pasukan polisi khusus yang berseragam hitam-hitam menembaki para para demonstran yang duduk-duduk di luar Masjid Rabaa al-Adawiya di Distrik Nasr City, Kairo, dengan peluru tajam.

Ahmad Aref, juru bicara Kelompok Ikhwanul Muslimin lainnya, juga menyatakan hal senada. Menurut dia, jumlah korban jiwa hingga Sabtu malam mencapai seratusan orang. Itu termasuk 61 orang yang dalam keadaan mati otak karena hidupnya bergantung pada alat bantu pernapasan.

Selain itu, juga terdapat lebih dari 4.000 pengunjuk rasa yang kini masih dirawat di rumah sakit, akibat efek gas air mata dan tembakan peluru tajam.
Hal itu diperkuat dengan data dari petugas medis yang menangani korban luka. Mereka mengatakan sedikitnya sebanyak 70 persen korban luka disebabkan peluru tajam.

"Mereka sebagian besar terbunuh oleh luka tembakan, khususnya yang ditembakkan oleh penembak jitu di bagian kepala," ungkap dr. Hesham Ibrahim yang memeriksa korban tewas di kamar mayat.

Para pendukung Mursi telah berkemah di tempat tersebut sejak 3 Juli lalu, sehari setelah Mursi digulingkan.

Kantor berita MENA mengutip sumber keamanan yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa tidak ada senjata api yang digunakan untuk membubarkan para demonstran.

Sementara itu, data resmi Kementerian Kesehatan Mesir mencatat jumlah korban tewas akibat bentrokan yang berlangsung sejak Jumat kemarin hanya 65 orang. Namun, kemudian informasi itu diralat oleh Kepala Layanan Ambulans, Mohammed Sultan, yang mengatakan jumlah korban tewas mencapai 72 orang.

Akan dibubarkan
Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan akan terus membubarkan aksi demonstran para pendukung Mursi. Seperti diberitakan Al Jazeera, Minggu 28 Juli 2013, Menteri Dalam Negeri Mesir Mohamed Ibrahim dalam jumpa pers Sabtu kemarin menyatakan, pemerintah akan terus mengerahkan polisi untuk membubarkan para demonstran.

Dia merujuk kepada tuntutan hukum yang diajukan penduduk di sekitar Masjid Rabaa al-Adawia, yang berkeberatan dengan pendudukan area di sekitar kediaman mereka oleh para pengunjuk rasa.

"Kami berharap, para pengunjuk rasa dapat berpikir jernih dan mereka segera mengakhiri unjuk rasa ini demi mencegah pertumpahan darah," ujar Ibrahim.

Pemerintah membantah keras tuduhan telah memicu terjadinya konflik berdarah tersebut. Ibrahim balik menuduh tindak kekerasan dipicu terlebih dahulu oleh massa pendukung Mursi.

Menurut dia, demonstran mulai memuntahkan timah panas ke arah petugas keamanan dan melukai 14 petugas polisi, termasuk dua orang yang saat ini masih kritis setelah tertembak di bagian kepala. Ibrahim juga menyatakan tentara keamanan hanya menggunakan gas air mata untuk menghadapi massa.
Menurut laporan BBC, peristiwa kerusuhan hari Sabtu kemarin dipicu oleh aksi pendukung Mursi yang membuat barikade di sekitar area mereka berunjuk rasa.
Demo selebriti
Unjuk rasa besar-besaran di Mesir tidak hanya diikuti oleh massa pendukung dan penentang mantan Presiden Mesir, Mohamed Mursi. Selebriti dan figur-figur penting di negeri Seribu Piramida itu juga ikut turun ke jalan.

Mereka mengikuti seruan Panglima Militer dan Menteri Pertahanan sementara Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, agar ikut berdemonstrasi menentang aksi terorisme.

Dikutip dari laman Al-Arabiya, Minggu 28 Juli 2013, sederet selebriti Mesir itu antara lain aktris papan atas Yousra, Nelly Karim, Elham Shahine, Nadia al-Jundi, Mervat Amin, dan aktor Ezzat al-Alayli.

Menurut aktris Nelly Karim, dia ikut terlibat dalam aksi unjuk rasa itu untuk mengkampanyekan penolakan terhadap segala aksi teror.

Sementara itu, aktris Yousra mengatakan seluruh rakyat Mesir seharusnya bangga dengan keberadaan militer mereka, khususnya saat peristiwa patriotik seperti saat ini sedang berlangsung.

Sedangkan aktor kawakan, Mahmour Kabil, menyerukan harapannya agar kelompok Ikhawanul Muslimin segera merespons tawaran pihak militer untuk bergabung dengan kabinet Presiden Mansour serta melakukan rekonsiliasi nasional.

Massa yang terdiri dari para selebriti itu kemudian berkumpul di Lapangan Tahrir dan ikut berbuka puasa dengan pengunjuk rasa penentang Mursi.

Selain selebriti, juga banyak politisi yang turut berpartisipasi dalam unjuk rasa kemarin, di antaranya Menteri Kebudayaan, Mohamed Saber Arab, Menteri Pendidikan Tinggi, Hossam Issa, dan anak mantan Presiden Gamal Abdel Nasser, Hakim Abdel Nasser.
Kecaman
Keprihatinan atas banyaknya korban tewas ini disuarakan tokoh-tokoh Mesir maupun figur internasional.

Imam besar Masjid Al-Azhar bahkan menyerukan untuk dilakukan investigasi. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Juru Bicara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton ikut mengutuk pembantaian yang terjadi pada Sabtu kemarin itu.

Kerry mengatakan dalam situasi seperti ini pemerintah Mesir memiliki kewajiban moral dan hukum untuk menghormati hak dan kebebasan berekspresi. Sedangkan Ashton menyatakan keprihatinan yang mendalam atas pertumpahan darah itu dan mendorong semua pihak agar menahan diri.

Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa, Minggu 28 Juli 2013, meminta pihak-pihak yang terlibat bentrok di Mesir untuk segera menghentikan segala tindakan kekerasan. Dalam keterangan tertulisnya, dia menyatakan ketimbang terus menggunakan cara-cara represif, sebaiknya semua pihak yang tengah bertikai duduk berkompromi.

Menteri Marty mengingatkan apabila solusi yang bijaksana tidak segera dicari, situasi di Mesir akan semakin memburuk dan bisa memicu konflik horisontal.

"Seluruh pihak perlu menahan diri, mengedepankan semangat untuk mencapai kompromi, menghindari aksi kekerasan dan menghormati hak asasi manusia, mengedepankan cara-cara damai dan konstitusional," ujar Marty.

Marty mendorong masyrakat internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendukung proses rekonsiliasi di Mesir serta mencari solusi konstitusional yang dapat diterima rakyat Mesir.

Dijelaskannya pula, warga Indonesia di Mesir saat ini aman. Kementerian Luar Negeri belum menerima informasi ada WNI yang menjadi korban pada aksi bentrok yang terjadi sejak Jumat kemarin.

Dia mengimbau WNI yang ada di Mesir agar menghindari kerumunan massa dan tidak melibatkan diri dalam masalah negeri tersebut. KBRI di Ibukota Kairo juga telah diinstruksikan untuk secara intensif memantau keadaan di Mesir, termasuk menyiapkan langkah-langkah antisipasi dalam menghadapi kemungkinan terburuk di sana.

"WNI agar terus memelihara komunikasi dengan KBRI supaya kami dapat memastikan perlindungan bagi semua WNI di Mesir," kata Marty.

Kementerian Luar Negeri RI telah mengeluarkan peringatan bepergian (travel advisory). WNI diimbau untuk sementara waktu agar tidak berkunjung ke Mesir, kecuali ada keperluan yang mendesak hingga situasi keamanan di sana kembali stabil.

1 comment:

  1. sangat disayangkan konflik politik di Mesir yang menjadi pertumpahan darah, komentar juga ya ke blog saya www.goocap.com

    ReplyDelete