Laporan: Aldi Gultom
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring lagi-lagi bikin ulah. Ia menyeret-nyeret persoalan keyakinan umat agama ke dalam polemik video porno. Keterlaluan!
Tadi pagi, saat pertemuan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Polri, Tifatul mengungkapkan keseriusan untuk menuntaskan kasus perederan video syur yang mirip dengan artis Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari.
Tifatul menegaskan, "orang-orang yang mirip-mirip" ini harus segera ditindak. Dari itu, perlu ada jawaban betul atau tidak bahwa itu mirip artis atau tidak.
"Kalau yang mirip ini tidak dituntaskan, akan panjang implikasinya," tutur Tifatul kepada wartawan di kantornya Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pagi ini (Kamis, 17/6).
Namun, sayangnya, pengungkapan niat baik itu, tak dikemas Tifaltul dengan baik. Polemik video yang amoral dibandingkan dengan perbedaan keyakinan umat Islam dan Nasrani soal penyaliban Nabi Isa.
Tifatul mengatakan, bagi umat Islam, orang yang mirip Nabi Isa itu yang disalib di bukit Kalvari atau Golgota. Sementara umat Nasrani menganggap, Yesus Kristus itu sendiri yang disalib.
"Perbedaan ini kemudian berimplikasi panjang," terangnya.
Menteri Tifatul harusnya tahu, persoalan keyakinan yang berusia ribuan tahun itu, dan yang sebenarnya tak pernah diungkit-ungkit kedua umat beragama sebagai perbedaan yang jadi alasan untuk berseteru, tak pantas diangkat dalam kerangka penuntasan video porno!
Tifatul pun harusnya tahu, peristiwa penyaliban merupakan momen suci bagi umat Nasrani yang dirayakan tiap tahun di Jumat Agung. Peristiwa penyaliban yang sakral itu tak pantas dibanding-bandingkan dalam tragedi moral Ariel Cs!
Menteri Tifatul seakan mendramatisir, perbedaan keyakinan soal penyaliban di bukit Kalvari itu telah jadi polemik panjang. Padahal, soal keimanan tak pantas dijadikan polemik. Apakah Pak Tif tidak tahu kalau keimanan itu tak perlu diperdebatkan, karena itu persoalan individu dengan Tuhan-nya!
Sekali lagi, saat Tifatul mengungkit peristiwa penyaliban, mereka sedang membahas tentang pornografi dalam media. Apa kaitan?
Tak sekali ini Tifatul bikin ulah. Pernah pula Presiden SBY menegurnya lewat pidato di Istana Negara, menyinggung soal Rancangan Peraturan Menteri (RPM) Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, tentang konten multimedia. RPM ini menuai kecaman banyak pihak terutama dari kalangan media massa.
Presiden secara terbuka memberi teguran kepada seluruh menteri yang suka nyelonong soal penyusunan Peraturan Pemerintah, Menteri atau RUU.
“Ada pemikiran atau rencana untuk menyusun sebuah PP atau RUU maka wajib untuk melaporkan kepada Presiden melalui Seskab atau Mensesneg tentang pemikiran atau rencana itu,” terang SBY di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/2).
Lanjut SBY, setelah Presiden memberikan disposisi maka bisa dimulai untuk menyusun rancangan peraturan. Tak berhenti di situ, menteri harus melaporkan kembali rancangan peraturan itu dalam sidang, baik terbatas atau paripurna demi mendapat persetujuan sebelum diterbitkan.
“Saya berharap para menteri tidak mengeluarkan statemen yang terlalu dini atau jajarannya yang bisa timbulkan salah persepsi di kalangan masyarakat luas,” ujar SBY.
Perhatikan kalimat SBY. Ia berharap menteri-menterinya tidak keluarkan pernyataan yang bisa timbulkan salah persepsi di kalangan masyarakat luas.
Sekarang, sebelum nasi jadi bubur, lebih baik Pak Tif cabut pernyataannya soal peristiwa penyaliban itu. Atau, Pak SBY, silakan Anda tegur lagi menteri Anda yang satu itu. Sebelum semua jadi salah tanggap. Ingat, dalam pengalaman kita berbangsa belakangan ini, kerukunan umat beragama begitu mudah pecah oleh persoalan sepele. Bisakah pernyataan Tifatul itu bisa dianggap sepele?
SUMBER : http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/06/17/96253/Pak-Tif,-Penyaliban-Tak-Berhubungan-Dengan-Tragedi-Moral-Ariel-Cs!
No comments:
Post a Comment