Hanya delapan jenderal yang berpeluang menggantikan Kapolri Bambang Hendarso Danuri (BHD) yang pensiun Oktober mendatang.
Memang ada enam jenderal bintang tiga, tapi hanya tiga yang memenuhi syarat menjadi calon Kapolri. Sedangkan tiga lainnya mau pensiun.
Begitu juga jenderal bintang dua, hanya satu orang yang bisa naik pangkat sebelum pengajuan calon ke DPR, yakni menggantikan Kababinkam Iman Haryatna.
Ini berarti Presiden SBY hanya bisa memilih tiga orang dari jenderal bintang tiga, dan lima jenderal bintang dua yang disebut-sebut pantas menjadi Kapolri, tapi dengan syarat orang itu harus dinaikkan dulu pangkatnya menjadi bintang tiga. Jadi, hanya delapan jenderal yang berpeluang menjadi Kapolri.
Meski ada delapan jenderal yang berpeluang, tapi yang bisa diajukan ke DPR hanya empat, karena bintang dua itu hanya satu orang yang bisa naik pangkat menjadi bintang tiga. Untuk itu, jangan sampai yang diajukan ke DPR hanya tunggal seperti calon Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution.
Begitu disampaikan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Yang diajukan ke DPR jangan calon tunggal dong. Presiden harus mencalonkan lebih dari satu nama,’’ ujarnya.
Dikatakan, calon yang paling berpeluang adalah Nanan Sukarna dan Susno Duadji.
“Kedua nama itu sudah memenuhi persyaratan secara kepangkatan dan pensiunnya masih lama. Terkait Susno yang sekarang sedang ditahan masih berpeluang, tapi itu kembali lagi kepada presiden,” tambahnya.
Dikatakan, peluang jenderal bintang dua sangat kecil, pasalnya mereka harus naik pangkat dulu ke bintang tiga. Namun, jatah naik ke bintang tiga cuma satu.
“Tahun ini hanya satu jenderal bintang tiga yang akan memasuki masa pensiun, yaitu Kababinkam Irman Haryatna,” katanya.
Dikatakan, pekerjaan rumah Kapolri yang baru sangat berat, yakni memulihkan citra Polri yang sempat terpuruk.
“Kapolri juga harus meyakinkan jika Polri profesional dalam menegakkan hak asasi manusia,’’ jelasnya.
Selain itu, Kapolri baru juga harus bisa menghentikan konflik internal.
Sementara pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar mengatakan, calon-calon bintang tiga stoknya terbatas karena mau pensiun. Otomatis bintang dua menjadi pilihannya. Namun, dengan peraturan sekarang para jenderal bintang dua harus di bintang tiga kan dulu. “Bintang dua, ke tiga pun sulit, harus ada posisinya dulu,” katanya.
Mekanisme atau aturan itu, kata dia, harus dirubah, karena menutup kran calon-calon yang bagus dan tidak mempunyai beban sejarah. Kalau mau yaitu merubah aturan, dengan memberikan job lain untuk mengejar bintang tiga.
Menurutnya, posisi Komisi III DPR punya peran yang menentukan dalam pilihan calon Kapolri. Kata dia, kalau pilihannya satu, komisi III harus bisa menolak. “Apakah DPR berani menolak satu calon. Itu yang menjadi pertanyaan,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, Komisi III DPR juga harus memperhatikan integritas calon Kapolri, yaitu dengan mendalami keterkaitan dengan jaringan dan relasinya terhadap mafia judi, mafia narkoba, mafia peradilan dan lainnya.
Untuk itu, pihak komisi III harus membuat kriteria penilaian yang akademis dan profesional. Misalnya, skor keteladanan, pengabdian, identitas moral, integritas, prestasi dan lainnya. “Pedoman penilaian bukan pada rundingan,” katanya.
“Agustus Sudah Kelihatan Siapa Yang Bersinar...’’
Chaerul Huda, Staf Ahli Kapolri
Belum ada calon yang diunggulkan untuk menggantikan Kapolri Bambang Hendarso Danuri (BHD) yang akan pensiun Oktober mendatang.
Demikian disampaikan Staf Ahli Kapolri, Chaerul Huda, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
“Biasanya nama itu muncul dua bulan sebelum memasuki masa berakhirnya jabatan Kapolri. Jika Kapolri pensiun Oktober, kemungkinan bulan Agustus sudah kelihatan siapa yang bersinar,” katanya
Menurutnya, memang ada beberapa nama yang muncul, namun nama-nama itu juga harus melalui proses penilaian di Polri. Chaerul juga membantah mengenai beredarnya dokumen yang mengatasnamakan intelijen Polri, yang isinya menyebutkan bekas Kabareskrim Susno Duadji merupakan calon yang layak menjadi pengganti BHD.
Dikatakan, jenderal bintang tiga yang masih mempunyai peluang adalah Nanan Sukarna. Sementara Ito Sumardi dan Jusuf Manggabarani akan memasuki masa pensiun.
“Namun siapa yang akan menjadi Kapolri tergantung perkembangan berapa bulan ini,” katanya.
“Yang Berpeluang Jenderal Bintang Dua’’
Ahmad Yani, Anggota Komisi III DPR
Jenderal bintang dua berpeluang menggantikan Bambang Hendarso Danuri (BHD) menjabat Kapolri.
Demikian disampaikan anggota Komisi III DPR, Ahmad Yani, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Yang berpeluang jenderal bintang dua karena masa kerjanya masih lama. Jangan sampai Kapolri yang baru masa kerjanya pendek,’’ ujarnya.
Dikatakan, ada empat jenderal bintang dua yang punya peluang yakni Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel) Hasyim Irianto, Kapolda Metro Jaya, Timur Pradopo, Kapolda Sumatera Utara (Sumut) Oegroseno, dan Kadiv Propam Budi Gunawan.
“Track record Hasyim Irianto sebagai kapolda Sumsel sangat baik, dan berhasil mengamankan pelaksanaan Pilkada, serta orangnya santun,” ujarnya.
Bekas Kabareskrim Susno Duadji masih mempunyai peluang untuk maju sebagai calon Kapolri jika Presiden memang mau. “Sampai saat ini dia belum pensiun dan masih perwira tinggi Polri,” paparnya.
“Saya minta presiden minimal mengusulkan dua nama calon Kapolri ke DPR. Jangan sampai seperti pencalonan Gubernur Bank Indonesia,” tandasnya.
Sementara anggota Komisi III lainnya, Yahdil Harahap mengatakan, calon Kapolri hendaknya memiliki waktu yang agak panjang untuk bekerja. Jangan yang mau pensiun.
“Sepertinya jenderal bintang dua tidak punya beban sejarah. Sedangkan beberapa jenderal bintang tiga, selain mau pensiun, ada juga plus minusnya,” katanya.
Sedangkan anggota Komisi III lainnya, Syarifuddin Sudding mengatakan, secara administratif bisa menjadi calon Kapolri yaitu, Nanan Sukarna (Irwasum), Ito Sumardi (Kabareskrim), Susno Duadji (Bekas Kabareskrim), Jusuf Manggabarani (Wakapolri), Gories Merre (Kalakhar BNN) dan Iman Haryatna (Kababinkam).
“Aspek lain yang menjadi pertimbangan adalah prestasi dan masa pensiun, apakah masih panjang atau sedikit. Walaupun prestasinya bagus, tapi kalau masa pensiunnya sedikit tidak bisa dipaksakan, karena akan mengganggu ritme kerja,” katanya.
No comments:
Post a Comment