Thursday 2 January 2014

GBPH Joyokusumo Tutup Usia, Yogyakarta Berduka. Adik Sri Sultan HB X menghembuskan nafas terakhir di usia ke 58 tahun.

Almarhum adik kandung Sri Sultan HB X, GBPH Joyokusumo (kanan) saat melantik juru kunci Gunung Merapi pengganti almarhum Mbah Marijan, Asih (kiri).Kabar kembali datang dari Keraton Yogyakarta. Kali ini, bukan kabar baik tentang pernikahan agung, melainkan kepergian salah satu tokoh berpengaruh dari tanah daerah istimewa itu.
Jelang pergantian tahun 2014, Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo, adik kandung Sri Sultan Hamengkubuwono X, meninggal dunia. Dia menghembuskan nafas terakhirnya di RS Medistra, Jakarta, pukul 16:40 WIB.

"Benar. Keluarga sudah berkumpul di rumah sakit. Putra dan putrinya sudah kumpul. Tinggal satu putri lagi yang saat ini sedang berada di Jerman," kata Kepala Keraton Kilen, Ronni Guritno.

Setelah menerima kabar duka ini, Sri Sultan Hamengkubuwono X bersama dengan keluarga, termasuk putri dari Almarhum GBPH Joyokusumo, langsung bertolak ke Jakarta.

"Malam ini, Ngarso Dalem bersama dengan beberapa putrinya dan putri dari Mas Joyo terbang ke Jakarta," kata GBPH Prabu Kusumo, adik Sri Sultan HB X, kepada VIVAnews, Selasa 31 Desember 2013.

Gusti Prabu mengatakan, Keraton Yogyakarta merasa sangat kehilangan dengan kepergian salah satu adik dari Raja Keraton Yogyakarta dan tentunya masyarakat Yogyakarta.

"Minta doanya agar Mas Joyo dapat diterima di sisi-Nya dan diampuni segala dosanya," kata dia.

Penyakit gula dan ginjal
Selasa malam, 31 Desember 2013, jenazah GBPH Joyokusumo sempat disemayamkan di Rumah GKR Hemas, di Jalan Denpasar, Kuningan, Jakarta. Hari ini, Rabu 1 Januari 2014, pukul 7:10 WIB, jasad almarhum diterbangkan dari Jakarta menuju Yogyakarta.

Setibanya di Yogyakarta, jenazah disemayamkan di rumah duka, Jalan Rotowijayan, Yogyakarta. Setelah itu, tepat pukul 14:00 WIB, jasad almarhum dimakamkan di "rumah terakhirnya" di Pasarean Hastorenggo, Kotagede, Yogyakarta.

Hujan yang mengguyur Yogyakarta tak menyurutkan kerabat, saudara, dan masyarakat setempat untuk mengucapkan belasungkawa dengan mendatangi rumah mendiang GBPH Joyokusumo yang terletak Jalan Rotowijayan. Karangan bunga duka cita tampak berjejer di sepanjang jalan menuju rumah almarhum.

Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Hadiwinoto, adik Sultan lainnya, mengatakan pemakaman GBPH Joyokusumo tetap berlangsung meski salah satu putri almarhum GBPH Joyokusumo, Astrid, masih dalam perjalanan dari Jerman ke Yogyakarta.

"Jeng Astrid baru tiba di Jakarta nanti malam sekitar pukul 22:00 WIB. Jika menunggunya, pemakaman baru bisa dilaksanakan besok, Kamis 2 Januari 2014," kata Gusti Hadi.

Menurutnya, keluarga besar telah ikhlas menerima kepergian beliau yang selama ini menderita penyakit gula dan ginjal. Keluarga telah berupaya melakukan pengobatan sampai ke luar negeri, namun Tuhan berkendak lain.

"Sudah empat tahun almarhum mengidap penyakit gula dan ginjal, sehingga terjadi komplikasi," terang Gusti Hadi.

Sebelum wafat, GBPH Joyokusumo sempat dirawat dua minggu di Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Kondisinya sempat membaik. "Namun, Tuhan berkehendak lain. Beliau dipanggil," kata Gusti Hadi.

Pekerja keras
Adik Sultan HB X, GPPH Prabukusumo, mengatakan bahwa semasa hidupnya almarhum dikenal sebagai sosok pekerja keras yang punya komitmen kuat. Karakter itu terbentuk tak lepas dari ajaran yang diterapkan ayahanda, Sri Sultan HB IX.

"Bapak saya selalu berpesan, keberlangsungan Keraton Yogyakarta ini tergantung kepada anak-anaknya," jelasnya.

Almarhum Joyokusumo pernah menjabat sebagai anggota DPR periode 2004-2009. Namun, di 2007, dia mengundurkan diri untuk berkonsentrasi mengurus Keraton.

Terakhir, almarhum menjabat sebagai Kawedanan Hageng Panitra Putra yang bertugas menangani segala urusan dalam negeri. Di samping itu, almarhum juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) dan Ketua Persaudaraan Djamaah Haji (PDHI) DIY.

Pria yang tutup usia di umur 58 tahun itu juga tengah menjabat sebagai ketua panitia tetap Mujahadah dan Semaan Alquran Purbojati Mantap DIY.

Sebagai empati dan rasa belasungkawa bagi Sri Sultan HB X dan keluarga keraton Yogyakarta, masyarakat yang akan merayakan pergantian tahun urung untuk menyalakan atau membunyikan petasan di kawasan Malioboro, Alun-alun utara, Alun-alun selatan, dan sekitarnya.

Imbauan diterima masyarakat melalui pesan singkat ataupun BlackBerry Messenger yang menyebar cepat ke semua masyarakat Yogyakarta.

"Saya juga mendapatkan pesan itu dari teman saya," kata Evi Hariyanti, warga Ngampilan, Kota Yogyakarta, pada VIVAnews, Selasa 31 Desember 2013.

Dia mengaku telah menyiapkan kembang api untuk dinyalakan saat pukul 00.00 WIB. "Kebetulan rumah saya dekat dengan Keraton. Tetapi, kami batal menyalakan kembang api untuk menghormati Keraton," jelasnya.

Ucapan duka cita hingga kini terus mengalir, mulai dari Ketua MPR RI hingga kepala daerah di Yogyakarta. Ketua MPR Sidarto Danusubroto mengaku sangat kehilangan sosok yang bersahaja dan sederhana.

"Beliau orang yang baik dan rendah hati. Semoga amal kebaikannya diterima disisi-Nya," kata Opa, panggilan akrab ketua MPR RI kepada VIVAnews.
Ucapan duka juga diungkapkan Bupati Bantul, DIY yang turut berduka atas kepergian adik Sri Sultan HB X. "Semoga khusnul khotimah," kata Sri Surya Widati.
Wakil Bupati Sleman, Yuni Satya Rahayu juga mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya almarhum GBPH Joyokusumo.

No comments:

Post a Comment