Tuesday, 21 January 2014

NEGERI INI DARURAT BENCANA. DIBUTUHKAN SOLUSI YANG CEPAT

Sejumlah warga menunggu truk yang akan membawa mereka mengungsi dari Desa Payung yang terkena dampak debu vulkanik erupsi Gunung Sinabung.Indonesia darurat bencana. Awal tahun 2014, sebagian wilayah Tanah Air ditimpa banyak peristiwa alam. Banjir, tanah longsor, puting beliung, gelombang laut yang tinggi, hingga gunung meletus.

Lebih dari sepekan, banjir masih melanda Ibu Kota Jakarta. Curah hujan hingga Senin, 20 Januari 2014, masih tinggi. Tingginya debit air dari Bogor, Jawa Barat, juga menjadi penyebab beberapa wilayah Jakarta terendam.
Sejumlah warga menunggu truk yang akan membawa mereka mengungsi dari Desa Payung yang terkena dampak debu vulkanik erupsi Gunung Sinabung.Banjir membuat warga terpaksa mengungsi. Berdasarkan data Pusdalops BPBD DKI Jakarta, Minggu 19 Januari, akibat banjir, sebanyak 30.784 jiwa mengungsi di 140 titik pengungsian. Sebanyak 48.263 jiwa (10.520 KK) terdampak langsung dari banjir.

Daerah yang terendam banjir di Jakarta meliputi 564 RT, 349 RW, 74 kelurahan di 30 kecamatan. Korban meninggal dunia tercatat tujuh orang. Kebanyakan korban meninggal terkait langsung dengan banjir seperti, tenggelam, terseret arus dan tersengat aliran listrik di rumahnya yang terkena banjir. Sisanya karena sakit.

Banjir dan curah hujan yang masih tinggi juga memaksa PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memadamkan 492 gardu listrik di seluruh Jakarta dan Tangerang. Langkah ini penting dilakukan demi keselamatan masyarakat.

Banjir di Bekasi membuat Pemerintah Kota Bekasi, menetapkan musibah itu sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Penetapan status KLB diputuskan dalam rapat koordinasi penanggulangan banjir bersama seluruh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di ruang rapat wali kota, Senin 20 Januari 2014.

Mereka menilai banjir tahun ini lebih parah ketimbang tahun lalu. Diketahui, banjir di Bekasi tahun 2013 hanya menimpa empat lokasi. Sementara, tahun ini wilayah yang tertimpa banjir sebanyak 71 lokasi. Sebanyak 7.149 jiwa atau 2.860 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi.

Di Kecamatan Priuk, Kota Tangerang, ratusan rumah di Perumahan Total Persada, terendam banjir. Ketinggian air mencapai tiga meter. Seribu lebih kepala keluarga terpaksa mengungsi, karena tak bisa lagi menempati rumah mereka. Banyak juga warga yang memiliki rumah berlantai dua lebih memilih bertahan. Seorang kakek bernama Sim Shiam alias Mpek (63 tahun) meninggal dunia karena tenggelam.

Banjir juga terjadi di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Banjir menerjang 12 kabupaten. Sebanyak 15.090 rumah warga terendam air. Banjir juga mengakibatkan jalur Pantura Subang terputus.

Bencana banjir juga melanda 144 desa di 24 kecamatan di Indramayu. Sebanyak 18.984 rumah, 82.959 hektare sawah dan empang warga terendam banjir. Satu orang dilaporkan tewas akibat terseret arus sungai saat banjir.

Di Semarang, Jawa Tengah, banjir menyebabkan 3.939 rumah di Kecamatan Semarang Utara terendam banjir. Drainase yang buruk membuat genangan banjir menjadi lama surut. Ketinggian air di dalam rumah bervariasi, antara 10 centimeter hingga 40 centimeter.

Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi di Jepara, sejak tiga hari terakhir, menyebabkan ratusan rumah warga di Desa Batukali terendam banjir. Luapan air Sungai Tanjung yang melintasi desa setempat juga menggenangi ratusan hektare areal pertanian milik warga.

Sedikitnya 660 rumah warga Batukalli tergenang banjir sejak Minggu malam, 19 Januari 2014. Ketinggian air di pemukiman penduduk mencapai 1 meter.

Selain itu, banjir juga menggenangi 325 hektare areal persawahan milik warga. Warga mulai khawatir bila banjir tidak kunjung surut, tanaman padi yang baru satu bulan akan membusuk dan mati.

Banjir bandang di Sulawesi Utara yang terjadi Rabu 15 Januari 2014, menyebabkan 15 ribu orang mengungsi dan berdampak pada 90 ribu jiwa. Sebanyak 19 orang meninggal dunia. Korban luka yang dirawat inap ada 27 orang dan 706 orang yang melakukan rawat jalan.

Bencana itu terjadi di delapan kabupaten/kota yakni, Manado, Tomohon, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Sitaro.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Minggu 19 Januari 2014, kerugian akibat bencana itu mencapai Rp1,87 triliun. Kerugian meliputi kerusakan rumah, fasilitas umum, pertanian, peternakan, kantor, dan infrastruktur.


Teror Gunung Sinabung
 http://statik.tempo.co/data/2013/09/16/id_220256/220256_620.jpgIntensitas vulkanik gunung Sinabung di Sumatera Utara masih tinggi. Meski gempa hybrid sebagai indikator pembentukan kubah lava mengalami penurunan pada hari Sabtu 11 Januari 2014, namun gempa vulkanik dalam justru meningkat.

Sebanyak 26.088 warga mengungsi. Demi mengantisipasi dampak buruk, pemerintah meminta agar seluruh warga yang tinggal di radius 10-20 km untuk mengungsi ke tempat aman, sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan.

Kepala Tim Pemantau dan Penyelidikan Gunung Sinabung, I Gede Suwantika, mengungkapkan kondisi ini masih terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Kata Gede, erupsi yang intens terjadi belakangan ini merupakan bentuk pembebasan energi vulkanik yang terjadi di dalam perut Sinabung.

"Ya, sulit diprediksi. Beginilah tanda gunung api aktif. Aktivitasnya berlangsung lama. Laharnya tidak keluar sekaligus. Seperti sekarang ini erupsinya terus menerus dan muntahan material di dalamnya pun keluar sedikit demi sedikit," kata I Gede Suwantika.

Beberapa desa di Kecamatan Namanteran terisolir karena akses jalan sulit dilalui. Debu vulkanik tebal 5-10 cm menjadi lumpur terkena hujan. Ribuan hektar lahan pertanian dan perkebunan di Karo rusak. Hujan abu hingga Medan dan sekitarnya karena terbawa angin ke timur.

Tidak ada korban jiwa dari dampak langsung erupsi Sinabung. Potensi lahar dingin makin nyata. Lembah-lembah sungai di sisi tenggara-selatan sudah banyak terisi material piroklastik. Warga diminta tidak beraktivitas di sungai yang hulunya di Sinabung.

Solusi Bencana
Untuk menyelesaikan bencana banjir di ibu kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Senin 20 Januari 2014, di bendungan Katulampa, Bogor, Gubernur Joko Widodo bertemu Gubernur Ahmad Heryawan beserta pihak terkait seperti, Bupati Bogor Rachmat Yasin, Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad, dan Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Mohammad Hasan.

Pertemuan membuahkan dua kesepakatan yakni, pembangunan dua waduk di Bogor mulai tahun 2015, dan optimalisasi penataan kawasan Puncak, Bogor.

Untuk membangun dua waduk di Bogor, Pemprov DKI mengibahkan anggaran sebesar Rp1,2 triliun ke Pemerintah Kabupaten Bogor. Dana itu untuk pembebasan lahan pembangunan waduk Ciawi dan waduk Sukamahi.

Gubernur Jokowi yakin jika dibangun dua waduk di Bogor, bisa mengurangi air yang masuk ke Jakarta sebesar 40 persen. "Ini agar masalah banjir di Jakarta bisa selesai," kata Jokowi di Bendungan Katulampa.

Jokowi menjelaskan, anggaran sebesar Rp1,2 triliun itu sudah dimasukan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta 2014 sebesar Rp200 miliar. Kemudian sisanya akan dianggarkan lagi di  Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBDP) 2014. 

"Kalau tidak seperti ini, tidak akan dimulai-mulai. Ini sudah berapa tahun ditunda, sudah sejak 10 tahun yang lalu. Tidak dimulai-mulai loh," kata Jokowi.

Terkait penataan vila di Puncak, Pemprov DKI juga sudah menghibahkan ke Pemerintah Kabupaten Bogor. Tahun 2013, Pemprov DKI sudah menghibahkan dana sebesar Rp2,1 triliun untuk membongkar vila di Puncak.

"Tahun ini dananya dua kali lipat," kata Bupati Bogor Rachmat Yasin.

Sepanjang tahun 2013, Pemerintah Kabupaten Bogor sudah membongkar 231 dari total 800 vila yang tersebar di kawasan Puncak. Untuk tahun ini, pemerintah Bogor menargetkan pembongkaran vila sebanyak 400 unit.

Pemerintah Kota Bekasi menyediakan dana sebesar Rp4 miliar untuk pencegahan dini terhadap penyakit akibat banjir. Seperti pengadaan obat-obatan, perawatan sakit kulit, batuk, diare, dan kedinginan dengan pengadaan selimut. Distribusi makanan ke dapur-dapur umum pengungsi juga dipastikan terpenuhi dengan baik, agar masyarakat tidak semakin menderita.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menjelaskan, jumlah keseluruhan anggaran yang dibutuhkan selama status KLB, nominalnya masih akan dibicarakan dengan Dewan Kota Bekasi. Sembari menunggu anggaran tersebut, pemerintah daerah melakukan sejumlah kegiatan untuk membantu warga agar air lekas menyusut.

Seperti pembersihan aliran kali dari sampah, memperlancar drainase dari kawasan pemukiman ke kali terdekat, menambal tanggul yang bocor. Adapun rencana besar yang segera dilaksanakan tahun ini adalah membangun folder di aliran gendong Kali Bekasi atau anak-anak Kali Bekasi.

Seperti pembangunan tandon air seluas 1,8 hektar di dekat Perumahan IKIP Pondokgede, dan tandon air di Kecamatan Pondokmelati seluas 7.500 meter. Sistem sodetan air juga akan dilakukan agar buangan air ke Banjir Kanal Timur (BKT), berjalan normal.

Yang menjadi masalah bagi Kota Bekasi adalah limpasan air dari Gunung Geulis, Hambalang, Cileungsi, dan Cikeas. Air dari aliran kali tersebut yang sering meluap ke area pemukiman warga di Kota Bekasi, sehingga pemerintah daerah perlu membuat sodetan ke Kanal Banjir Timur (KBT) Jakarta.

Agar rencana tersebut terealisasi, pemerintah daerah akan mengajukan permohonan ke Gubernur DKI Jowo Widodo, agar pembuatan sodetan bisa dilaksanakan.

Upaya lain yang akan dilakukan Pemerintah Kota Bekasi adalah membangun sumur imbuhan. Teknis sumur tersebut dibuat dengan cara dibor hingga kedalaman sekitar 200 meter, yang diharapkan dapat menyedot air dengan cepat.
"Kami butuh sekitar 25 sumur imbuhan di Kota Bekasi," kata Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi Dadang Hidayat.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiapkan anggaran sebesar Rp100 miliar untuk penanggulangan sejumlah bencana alam yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Kepala BNPB Syamsul Maarif, Sabtu 18 Januari 2014, mengatakan khusus untuk DKI Jakarta, BNPB mengalokasikan dana sebesar Rp50 miliar.

Untuk mencegah adanya penyelewengan dalam penyaluran bantuan, Syamsul mengaku didampngi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

SBY Segera Kunjungi PengungsiJuru Bicara Partai Demokrat, Ikhsan Modjo, menegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap memberikan perhatian yang penuh terhadap masalah bencana alam yang terjadi di Tanah Air.

Dalam waktu dekat, Presiden berencana mendatangi para pengungsi letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara dan korban banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara.

Menurut Ikhsan Modjo, Presiden sejak minggu lalu sudah melakukan rapat kabinet terkait bencana alam dan memberikan instruksi kepada para menteri terkait, termasuk BNPB untuk mengambil tindakan cepat.

Selama ini banyak pihak mengkritisi presiden lambat menangani bencana dan dianggap tidak peduli dengan korban bencana di Sumatera Utara dan Manado karena sibuk mengurus Partai Demokrat. Seperti akhir pekan 18-19 Januari ini, Presiden menyempatkan diri bertemu pengurus Demokrat untuk konsolidasi Pemilu 2014.

"Itu pernyataan tidak benar. Jangan lupa, Presiden melakukan kegiatan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat hanya di weekend atau hari libur," Ikhsan menegaskan.

Lebih lanjut, Ikhsan menuturkan bahwa bencana alam yang dihadapi di Indonesia juga dialami di belahan dunia lain, seperti gelombang panas di Australia, angin topan di beberapa negara Asia tenggara, serta cuaca dingin ekstrem di Amerika Serikat.

"Dalam kondisi alam seperti ini, saatnya untuk semua komponen bangsa bekerjasama, berkontribusi, dan turun langsung mengantisipasi dan membantu koran bencana. Bukannya saling menyalahkan dan mempolitisasi isu bencana alam," kata Ikhsan.

No comments:

Post a Comment