Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Kelud dari
Normal menjadi Waspada pada Minggu 2 Februari 2014. Namun, masyarakat
diminta tidak perlu panik dan cemas.
"Gunung api bersifat slow in set. Artinya, tidak akan tiba-tiba meletus. Ada tanda-tandanya," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Senin 3 Februari 2014.
Berdasarkan data PVMBG, gunung-gunung berstatus waspada yaitu, Gunung Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Seulewah Agam, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci.
Selain itu, PVMBG juga menyebutkan ada tiga gunung berstatus Siaga yakni, Gunung Karangetang, Lokon, dan Rokatenda. Sedangkan satu gunung yang saat ini berstatus awas adalah Sinabung.
"Gunung api bersifat slow in set. Artinya, tidak akan tiba-tiba meletus. Ada tanda-tandanya," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Senin 3 Februari 2014.
Berdasarkan data PVMBG, gunung-gunung berstatus waspada yaitu, Gunung Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Seulewah Agam, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci.
Selain itu, PVMBG juga menyebutkan ada tiga gunung berstatus Siaga yakni, Gunung Karangetang, Lokon, dan Rokatenda. Sedangkan satu gunung yang saat ini berstatus awas adalah Sinabung.
Di Indonesia terdapat 127
gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini. Selain 19 gunung yang
berstatus Waspada, tiga berstatus Siaga dan satu Awas, gunung berapi
lainnya dalam keadaan Normal.
Sifat status gunung berapi sendiri dibagi menjadi empat level, sesuai dengan ancamannya. Empat status itu yakni, Normal (level IV), Waspada (III), Siaga (II), dan Awas (I).
Status Normal bermakna level aktivitas dasar dan tidak ada gejala aktivitas tekanan magma. Waspada berarti ada aktivitas, apapun bentuknya. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya. Gunung berstatus Waspada artinya, ada sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal.
Status Siaga bermakna ada peningkatan intensif kegiatan seismik, gunung sedang bergerak ke arah letusan. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu dua minggu. Sedangkan status Awas berarti gunung berapi segera atau sedang meletus.
Sifat status gunung berapi sendiri dibagi menjadi empat level, sesuai dengan ancamannya. Empat status itu yakni, Normal (level IV), Waspada (III), Siaga (II), dan Awas (I).
Status Normal bermakna level aktivitas dasar dan tidak ada gejala aktivitas tekanan magma. Waspada berarti ada aktivitas, apapun bentuknya. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya. Gunung berstatus Waspada artinya, ada sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal.
Status Siaga bermakna ada peningkatan intensif kegiatan seismik, gunung sedang bergerak ke arah letusan. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu dua minggu. Sedangkan status Awas berarti gunung berapi segera atau sedang meletus.
Beda Tindakan
Menurut Sutopo, pada
setiap tingkatan status gunung berapi, tindakan yang harus dilakukan
juga berbeda. Pada status Normal, tindakan yang dilakukan berupa
pengamatan rutin, survei dan penyelidikan.
Pada status Waspada, tindakan yang perlu diambil adalah dengan melakukan penyuluhan, penilaian bahaya, pengecekan sarana, serta pelaksanaan piket terbatas.
Status Siaga, tindakan yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, serta melakukan koordinasi harian dan piket penuh.
Sedangkan status Awas, tindakan yang harus diambil adalah merekomendasikan wilayah terancam bahaya untuk segera dikosongkan. Pihak-pihak terkait harus melakukan koordinasi secara harian dan melaksanakan piket penuh.
Pada status ini, kata Sutopo, jangan sampai daerah yang ada di luar zona berbahaya menjadi sepi karena dikira masuk area bahaya.
"Aktivitas wisata dan hotel-hotel di Kabanjahe, Sumut, misalnya saat ini sepi pengunjung karena masyarakat takut. Padahal lokasinya aman dan jauh dari Gunung Sinabung," kata dia.
Hingga saat ini, aktivitas Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara, masih erupsi, meskipun terus berkurang. Statusnya juga belum diturunkan dari Awas.
Sutopo mengatakan, BNPB belum bisa memastikan kapan aktivitas Sinabung akan berhenti. "Tetapi kalau melihat tren dari gunungnya diperkirakan akhir Februari atau awal Maret. Pastinya tanggal berapa, belum bisa kami pastikan," ujar Sutopo.
Sebanyak 15 orang tewas, hingga Minggu 2 Februari 2014. Dua korban lainnya yang menderita luka bakar kritis akibat tersapu awan panas masih dirawat intensif di rumah sakit setempat.
Pengungsi saat ini tercatat 30.117 jiwa atau sekitar 9.388 kepala keluarga. Mereka berasal dari 34 desa yang terletak di dekat Gunung Sinabung. [Baca selengkapnya: Awan Panas Sinabung Makan Korban]
Pada status Waspada, tindakan yang perlu diambil adalah dengan melakukan penyuluhan, penilaian bahaya, pengecekan sarana, serta pelaksanaan piket terbatas.
Status Siaga, tindakan yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, serta melakukan koordinasi harian dan piket penuh.
Sedangkan status Awas, tindakan yang harus diambil adalah merekomendasikan wilayah terancam bahaya untuk segera dikosongkan. Pihak-pihak terkait harus melakukan koordinasi secara harian dan melaksanakan piket penuh.
Pada status ini, kata Sutopo, jangan sampai daerah yang ada di luar zona berbahaya menjadi sepi karena dikira masuk area bahaya.
"Aktivitas wisata dan hotel-hotel di Kabanjahe, Sumut, misalnya saat ini sepi pengunjung karena masyarakat takut. Padahal lokasinya aman dan jauh dari Gunung Sinabung," kata dia.
Hingga saat ini, aktivitas Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara, masih erupsi, meskipun terus berkurang. Statusnya juga belum diturunkan dari Awas.
Sutopo mengatakan, BNPB belum bisa memastikan kapan aktivitas Sinabung akan berhenti. "Tetapi kalau melihat tren dari gunungnya diperkirakan akhir Februari atau awal Maret. Pastinya tanggal berapa, belum bisa kami pastikan," ujar Sutopo.
Sebanyak 15 orang tewas, hingga Minggu 2 Februari 2014. Dua korban lainnya yang menderita luka bakar kritis akibat tersapu awan panas masih dirawat intensif di rumah sakit setempat.
Pengungsi saat ini tercatat 30.117 jiwa atau sekitar 9.388 kepala keluarga. Mereka berasal dari 34 desa yang terletak di dekat Gunung Sinabung. [Baca selengkapnya: Awan Panas Sinabung Makan Korban]
Gunung Kelud
Gunung ini berada di tiga
kabupaten di Jawa Timur yakni, Kediri, Blitar, dan Malang. Status
tertinggi (Awas) gunung yang memiliki ketinggian 1.731 m ini diumumkan
PVMBG pada 16 Oktober 2007.
Aktivitasnya kala itu berimplikasi pada penduduk dalam radius 10 km dari gunung. Sebanyak 135.000 jiwa mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Aktivitasnya kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007. Terjadi peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal.
Pada tanggal 3 November 2007, suhu air danau melebihi 74 derajat celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak.
Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah pada November 2007 hingga berukuran selebar 100 m.
Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi Siaga.
Danau kawah Gunung Kelud praktis hilang karena kemunculan kubah lava yang besar. Saat ini tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.
Minggu, 2 Februari 2014, status Gunung Kelud kembali dinaikkan. Namun masih Waspada. Suhu Gunung Kelud mencapai 55 derajat dan trennya terus naik.
Berdasarkan pantauan petugas di Pos PGA Kelud di Desa Margomulyo, Kecamatan Ngancar, Kediri, gunung ini telah beberapa kali mengalami gempa.
Pada 1-14 Januari gempa terjadi 6 kali. Sedangkan pada periode 15-21 Januari sebanyak 98 kali, dan pada pekan terakhir Januari sebanyak 234 kali. Aktivitas ini kembali meningkat pada 1-2 Februari. Dalam dua hari itu terjadi gempa 111 kali.
Pusat Vulkanologi membagi tiga wilayah bahaya letusan Gunug Kelud. Pertama, kawasan Rawan Bencana III. Ini merupakan kawasan paling bahaya. Kawasan dengan radius 2 km dari pusat erupsi ini selalu terancam awan panas, gas racun, lava, dan lahar letusan. Wilayah ini sangat berpotensi tertimpa lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.
Kedua, Kawasan Rawan Bencana II. Kawasan dengan radius 5 km ini tidak berpotensi terkena batu pijar. Namun bisa terkena awan panas, aliran lava, dan lahar, serta berpotensi tertimpa hujan lahar dan abu lebat.
Terakhir, Kawasan Rawan Bencana I yang berpotensi terkena hujan lahar serta tertimpa lahar. Wilayah ini dalam radius 10 km dari pusat erupsi.
Karena itu, masyarakat di sekitar Gunung Kelud, dengan statusnya saat ini, tidak diperbolehkan mendekati kawah yang ada di puncak. Jarak 2 km dari puncak dinyatakan steril dari kegiatan manusia.
Meski mengalami peningkatan aktivitas sejak akhir 2007 dan ditetapkan dalam status Awas (tertinggi), namun Gunung Kelud tidak benar-benar meletus.
Aktivitasnya kala itu berimplikasi pada penduduk dalam radius 10 km dari gunung. Sebanyak 135.000 jiwa mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Aktivitasnya kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007. Terjadi peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal.
Pada tanggal 3 November 2007, suhu air danau melebihi 74 derajat celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak.
Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah pada November 2007 hingga berukuran selebar 100 m.
Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi Siaga.
Danau kawah Gunung Kelud praktis hilang karena kemunculan kubah lava yang besar. Saat ini tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.
Minggu, 2 Februari 2014, status Gunung Kelud kembali dinaikkan. Namun masih Waspada. Suhu Gunung Kelud mencapai 55 derajat dan trennya terus naik.
Berdasarkan pantauan petugas di Pos PGA Kelud di Desa Margomulyo, Kecamatan Ngancar, Kediri, gunung ini telah beberapa kali mengalami gempa.
Pada 1-14 Januari gempa terjadi 6 kali. Sedangkan pada periode 15-21 Januari sebanyak 98 kali, dan pada pekan terakhir Januari sebanyak 234 kali. Aktivitas ini kembali meningkat pada 1-2 Februari. Dalam dua hari itu terjadi gempa 111 kali.
Pusat Vulkanologi membagi tiga wilayah bahaya letusan Gunug Kelud. Pertama, kawasan Rawan Bencana III. Ini merupakan kawasan paling bahaya. Kawasan dengan radius 2 km dari pusat erupsi ini selalu terancam awan panas, gas racun, lava, dan lahar letusan. Wilayah ini sangat berpotensi tertimpa lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.
Kedua, Kawasan Rawan Bencana II. Kawasan dengan radius 5 km ini tidak berpotensi terkena batu pijar. Namun bisa terkena awan panas, aliran lava, dan lahar, serta berpotensi tertimpa hujan lahar dan abu lebat.
Terakhir, Kawasan Rawan Bencana I yang berpotensi terkena hujan lahar serta tertimpa lahar. Wilayah ini dalam radius 10 km dari pusat erupsi.
Karena itu, masyarakat di sekitar Gunung Kelud, dengan statusnya saat ini, tidak diperbolehkan mendekati kawah yang ada di puncak. Jarak 2 km dari puncak dinyatakan steril dari kegiatan manusia.
Meski mengalami peningkatan aktivitas sejak akhir 2007 dan ditetapkan dalam status Awas (tertinggi), namun Gunung Kelud tidak benar-benar meletus.
Gunung Raung
Gunung Raung berada di
Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Bondowoso. Status gunung ini dinaikkan
dari Normal menjadi Waspada sejak Minggu, 5 Januari 2014. Gunung Raung
terpantau sempat mengeluarkan suara gemuruh dan mengeluarkan awan tebal
keabuan.
Gunung dengan ketinggian 3.332 meter ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Berada dalam jajaran Pegunungan Ijen dan termasuk sebagai gunung berapi yang masih aktif dengan tipe stratovolcano, Gunung Raung mempunyai kaldera di puncaknya yang berbentuk lingkaran (circular) dengan dimensi luasan sekitar 750 meter x 2,250 meter.
Kepala PVMBG, Hendrasto, Selasa 4 Febuari 2014, mengatakan hingga kini, dari kawasan kawah selalu mengeluarkan asap dengan ketinggian lebih dari 100 meter dari puncak. Kondisi itu dibarengi dengan gempa vulkanik dan vulkanik jauh. Tapi hari ini, kondisinya justru menurun.
"Kondisi agak menurun hari ini, kita evaluasi lagi. Kalau turun terus akan normal lagi, begitu juga sebaliknya," kata dia.
Gunung Raung terakhir kali meletus atau erupsi pada Januari 2013. Tercatat ada 65 kali hembusan asap, enam kali getaran tremor jauh, dan sembilan kali getaran tremor.
PVMBG telah mengeluarkan larangan pendakian menyusul terjadinya peningkatan gempa di kawah gunung itu.
"Asap yang keluar tidak sampai awan panas. Dari data kegempaan tidak akan besar erupsinya," kata Hendrasto.
Gunung dengan ketinggian 3.332 meter ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Berada dalam jajaran Pegunungan Ijen dan termasuk sebagai gunung berapi yang masih aktif dengan tipe stratovolcano, Gunung Raung mempunyai kaldera di puncaknya yang berbentuk lingkaran (circular) dengan dimensi luasan sekitar 750 meter x 2,250 meter.
Kepala PVMBG, Hendrasto, Selasa 4 Febuari 2014, mengatakan hingga kini, dari kawasan kawah selalu mengeluarkan asap dengan ketinggian lebih dari 100 meter dari puncak. Kondisi itu dibarengi dengan gempa vulkanik dan vulkanik jauh. Tapi hari ini, kondisinya justru menurun.
"Kondisi agak menurun hari ini, kita evaluasi lagi. Kalau turun terus akan normal lagi, begitu juga sebaliknya," kata dia.
Gunung Raung terakhir kali meletus atau erupsi pada Januari 2013. Tercatat ada 65 kali hembusan asap, enam kali getaran tremor jauh, dan sembilan kali getaran tremor.
PVMBG telah mengeluarkan larangan pendakian menyusul terjadinya peningkatan gempa di kawah gunung itu.
"Asap yang keluar tidak sampai awan panas. Dari data kegempaan tidak akan besar erupsinya," kata Hendrasto.
Gunung Papandayan
Status gunung yang memiliki tinggi 2.665 meter ini dinaikkan dari Normal menjadi Waspada pada 6 Juni 2013.
Gunung Papandayan terakhir meletus pada tahun 2003. Letusan dahsyat gunung ini pernah menewaskan 2.951 orang dan menghancurkan 40 desa pada tahun 1772.
Hasil rekam seismograf di Pos Pantau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Papandayan menunjukkan aktivitas kegempaan di gunung itu cenderung turun sejak Senin kemarin.
Berdasarkan data hingga pukul 00.00 Selasa dini hari, ada 9 kali gempa vulkanik bawah, 2 kali gempa vulkanik atas, 1 kali gempa tektonik lokal, dan 7 kali gempa tektonik jauh. Sementara dari tengah malam sampai pukul 06.00 WIB hari ini, tercatat ada 2 kali gempa tektonik lokal dan 1 kali gempa tektonik bawah.
Meski aktivitas kegempaan di Gunung Papandayan turun, petugas mengimbau masyarakat tetap waspada dan tak mendekati lokasi dalam radius 1 kilometer dari kawah gunung. Ini karena kawah Papandayan kerap mengeluarkan gas beracun.
No comments:
Post a Comment