Selama ini kita mengenal teror bom dilakukan oleh  para teroris.  Rakyat  dibuat cemas dan dicekam ketakutan karena  sewaktu-waktu bisa menjadi korban ledakan bom. 
Apalagi, dalam aksinya teroris terkadang mengincar tempat-tempat yang  biasanya banyak dikunjungi orang, seperti mal atau hotel. Sangat jarang  terdengar teroris mengincar rumah-rumah penduduk untuk dijadikan sasaran  peledakan bom.
Tetapi,kini ceritanya lain. Orang yang tinggal di rumah-rumah justru  tengah dilanda ketakutan dan kecemasan yang luar biasa. Bukan oleh bom  yang bakal dilempar teroris ke rumah mereka, tetapi oleh tabung gas  elpiji ukuran 3 kg yang sewaktu-waktu bisa meledak.
Ya tabung gas 3 kg kini seakan menjadi momok amat menakutkan bagi rakyat  Indonesia. Rakyat seperti menyimpan bom yang bisa meledak kapan saja.  Ancaman menjadi korban ledakan tabung gas juga terus membayang-bayangi  pikiran mereka. Mereka pantas takut karena nyawa bisa melayang dan   harta benda ludes.
Konversi minyak tanah ke gas yang yang dilakukan pemerintah sejak 2007  lalu ternyata berbuntut tidak mengenakan. Rakyat yang dipaksa  menggunakan gas elpiji ukuran 3 kg justru menimbulkan teror baru bagi  mereka. Padahal, dalih pemerintah ketika itu bahwa penggunaan gas lebih  aman, bersih, dan hemat.
Dari data Badan Perlindungan Konsumen Nasional  (BPKN) yang dilansir  sejumlah media, sebagian besar kecelakaan berupa ledakan tabung gas  terutama ukuran 3 kg terjadi di Jakarta. 
Pada 2007 terjadi lima kasus tidak ada yang meninggal. Tahun 2008  tercatat 27 kasus ledakan dengan 2 korban jiwa 35 luka-luka. Pada 2009  terjadi 30 kasus dengan 12 tewas dan 48 luka-luka sedangkan sampai Juni  2010 terjadi 33 kasus ledakan dengan 8 orang tewas dan 44 orang  luka-luka. 
Tiga tahun sejak  digulirkan, sejumlah ledakan terdengar di mana-mana.  Tak hanya di Jakarta, tetapi juga di berbagai wilayah yang jauh dari  pusat kota pemerintahan.   
Di Makassar, Sulawesi Selatan,sepanjang 2010 terjadi 21 kali ledakan  tabung gas. Kasus serupa juga terjadi di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa  Tengah, dan Lampung 
Rakyat seolah harus sendirian menghadapi ledakan tabung gas ini.  Padahal, ketika konversi diberlakukan mereka  dipaksa  untuk  meninggalkan penggunaan minyak tanah dan beralih ke gas.
Kini ketika jumlah korban bertambah banyak, pemerintah baru bereaksi  dengan membentuk  tim elpiji di bawah Menteri Koordinator Bidang  Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono.
Meski terlambat, paling tidak pemerintah masih punya kepedulian  melindungi rakyatnya. Pemerintah  berjanji akan mengawasi penggunaan  semua produk terkait penggunaan tabung elpiji. 
 
 
No comments:
Post a Comment