Semua pasti pernah mendengar banjir, iklim buruk, topan dan gempa bumi yang dahsyat hingga mengakibatkan korban puluhan ribu jiwa. Jenis bencana ini termasuk rutin yang menghampiri manusia setiap tahun. Hampir membentuk seperti siklus, karena memang pada dasarnya bumi ini aktif dan terus berputar, tak heran jika bencana-bencana itu tidak pernah berhenti berputar dari utara ke selatan, dari barat ke timur, dan manusia pasti tahu itu. Tapi ada satu yang tidak pernah di duga dan sulit di tebak, yakni bencana dari angkasa luar. Pada rabu (2/1) dini hari lalu, manusia diingatkan kembali akan ancaman itu, sebuah meteorit.
Fenomena yang sangat jarang terjadi ini mengejutkan warga Bali dan Indonesia. Dengan cepat berita jatuhnya meteor ini menyebar keseluruh penjuru. Bahkan ada terbersit seputar tahayul antara tsunami, bencana manusia, jatuhnya pesawat Nomad di Aceh hingga ke bencana longsor dan banjir. Akan kah manusia masih mendahulukan mitos? Pastinya tidak ada hubungan antara jatuhnya pesawat TNI AL di Aceh, dengan longsor atau prediksi banjir.
Danny Hilman, pakar gempa bumi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengatakan tidak lagi manusia mempercayai mitos. ”Seperti kabar mimpi dari salah satu warga di Brasil beberapa waktu lalu yang sempat gempar di tanah air karena dikatakan gempa besar akan terjadi pada 23 Desember di Padang, kemarin. Meski benar disana ada potensi gempa besar tidak ada yang tahu kapan akan terjadi dan kalo pas tanggal itu terjadi itu pun hanya kebetulan,” ujarnya. Menurutnya keberadaan mitos itu, tidak ada kajian ilmiah dan kebenarannya, itu hanya mitos dan membuktikannya butuh ahli metafisika, untuk ilmu pasti tidak bisa membuktikannya.
Sama seperti kabar adanya meteor jatuh di persawahan dusun Banjar Kelumpang, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Tidak ada hubungan dengan kedatangan makhluk alien atau semacamnya. Benda jatuh yang di duga meteor tersebut hanya menyisakan tiga puing batu, mirip batu apung berwarna hitam, yang bisa diuji kebenarannya. Hubungan dengan bencana, sama sekali tidak ada. ”Untuk bahaya seperti potensi radiasi atau apakah benar batu itu batu meteor kita harus mengambil sampel tanah dilokasi kejadian,” kata Thomas Djamaluddin, Peneliti Utama Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN Bandung. Biasanya jika memang ada radiasi maka ada kematian makhluk disekitarnya atau ada perubahan warna.
Thomas hanya menduga, kemungkinan selain tiga batu kecil yang ditemukan masih ada batu besar yang masuk ke dalam tanah. Kasus serupa pernah terjadi di Pontianak 2003 lalu. Menurutnya bahwa batu yang lebih besar pernah diangkat karena masuk ke tanah yang lembek. Di Gianyar lokasi jatuhnya meteorit ini berada pada area persawahan yang baru tanam.
Ia menjelaskan peristiwa meteor jatuh ke bumi adalah fenomena biasa yang luar biasa. Dimaksud biasa karena hampir setiap malam ada puluhan meteor yang masuk ke atmosfer bumi. Akibat gesekan dengan udara, batu-batu angkasa ini hangus terbakar menjadi abu dan tidak sampai ke bumi. Selanjutnya kejadian meteor menjadi luar biasa karena saat jatuh mereka bisa sampai kepermukaan bumi. Meteor ini disebut sebagai meteorit, dan efek jatuhannya bisa menimbulkan bencana.
Thomas menggambarkan bagaimana di darat hamburan debunya bisa membuat sakit pernafasan, jika menghantam rumah bisa membuatnya terbakar atau hancurkan total, membuat cekungan, membuat kerusakan materi bumi, dan jika membentur ke laut menimbulkan gelombang pasang. Semakin besar ukuran meteorit maka semakin besar dampaknya, bahkan tsunami pun bisa terpicu karenanya. Peristiwa seperti ini pernah terjadi jutaan tahun lalu di Yukatan, pada masa dinosaurus. Akhirnya di duga memusnahkan kehidupan masa itu.
No comments:
Post a Comment