Monday 28 January 2013

Negeri Unik Antiqua, Minta Ijin WTO Jual Produk Bajakan. Ini menanggapi larangan AS atas akses ke laman-laman judi di Antigua

Bendera bajak laut jadi simbol pembajakan hak cipta
Ketika begitu banyak negara meminta perlindungan hak cipta di Internet, Antigua malah bersikap sebaliknya. Negeri kecil di Kepulauan Karibia itu malah ingin mengelola suatu laman yang bisa menjual musik, film, dan piranti lunak bajakan. 

Menurut stasiun berita BBC, pemerintah negeri dua pulau kembar bernama resmi Antigua dan Barbuda itu, hari ini dijadwalkan memohon kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang berbasis di Jenewa, Swiss. Dalam permohonan resmi itu, mereka ingin menjalankan bisnis jual-beli di Internet tanpa harus membayar royalti ke pemilik hak cipta selama beberapa waktu. 

Caranya, Antigua akan membuat suatu toko daring (online) khusus, yang bisa menjual file-file film, musik, game, dan piranti lunak lain dengan, untuk sementara waktu, mengabaikan kesepakatan global mengenai pengaturan hak cipta dan merek dagang, ungkap laman TorrentFreak. Dari bisnis itu, Antigua ingin mendapat omset penjualan hingga US$3,4 miliar sebelum membayar royalti.  

Langkah Antiqua ini bukan bermodal nekat. Kantor berita Reutersmengungkapkan, pemerintah Antigua merasa berhak untuk menjalankan praktik bisnis itu setelah bersengketa hukum dengan AS di WTO, yang diperkarakan pada 2003. 

Dalam perkara itu, AS melarang akses ke laman-laman judi yang berasal dari Antigua, termasuk arena taruhan dan kasino berbasis Internet. Bisnis judi daring itu menjadi sumber pendapatan andalan negeri mungil yang hanya berpenduduk 70.000 jiwa tersebut. Antigua mengklaim larangan itu menyebabkan mereka kehilangan pendapatan miliaran dolar. 

Masalahnya, setelah melarang akses ke laman judi Antigua, AS tidak menyediakan kompensasi ke negara itu berupa bantuan ke sumber pendapatan lain. Merasa diperlakukan tidak adil, Antigua menggugat ke WTO dan gugatannya diterima. Namun, tetap saja AS tidak mencabut larangan itu. 

Menurut pengacara yang mewakili pemerintah Antigua, Mark Mendel, mereka lalu mencari cara menjalankan sumber pendapatan lain. Berjualan "produk bajakan" merupakan alternatif utama, selain menjual pernak-pernik seperti kostum tim sepakbola Manchester United. 

Namun alternatif itu ditolak mentah-mentah oleh AS. "Para pemegang hak properti intelektual di Amerika tengah memerangi pembajakan di penjuru dunia. Mereka membenci pencurian hak-hak properti intelektual mereka sehingga mengerahkan banyak dana untuk mencegahnya," kata Mendel. 

Menurut Mendel, langkah ekstrem Antigua itu sebenarnya hanya ingin menuntut perhatian AS agar tidak seenaknya menerapkan larangan bisnis yang bisa menimbulkan kerugian besar, apalagi Washington tidak membantu mereka mencari sumber pemasukan alternatif. 

Ditanya komentarnya, perwakilan AS menjawab secara diplomatis. "AS masih dalam pembicaraan dengan Antigua dalam mencapai jalan keluar yang saling memuaskan terkait sengketa itu," kata juru bicara Perwakilan Dagang AS.

No comments:

Post a Comment