Thursday 3 January 2013

Teror Virus Flu Burung Jenis Baru di Indonesia. Sejak Oktober 2012, flu burung ini menyebabkan kematian 150 ribu itik

Wabah flu burung
Virus flu burung (H5N1) kembali meneror Indonesia. Kali ini dari jenis (clade) baru, 2.3. Virus jenis baru ini lebih ganas dari clade 2.1 yang sebelumnya pernah menyebar di Indonesia dan belahan bumi lainnya.

Sejak Oktober 2012, flu burung jenis baru ini tercatat telah menyebabkan kematian 100 ribu lebih unggas jenis itik. "Lebih dari 150 ribu itik mati di 50 kabupaten, tersebar di sembilan provinsi di Indonesia," ujar peneliti Food and Agriculture Organization (FAO), Baso Darmawan, Selasa 1 Desember 2012.

Menurut Baso, serangan flu burung jenis baru ini telah dipastikan melalui penelitian laboratorium. Menurut dia, virus ini memang lebih ganas jika menyerang bebek atau itik. "Ayam juga kena, tapi tidak banyak," kata dia.

Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan, Ali Gufron, mengatakan virus jenis baru ini telah menyebar ke sejumlah daerah. Namun demikian, belum ada laporan penularan dari unggas ke manusia. "Clade baru ini belum ada yang menyerang manusia, belum ada laporan," kata Ali saat berbincang denganVIVAnews, Rabu 2 Januari 2013.

Serangan virus jenis baru ini, kata Ali, tidak merata di tiap wilayah. Sehingga, status penanganan di tiap wilayah juga berbeda. "Status kejadian luar biasa atau KLB tergantung wilayah masing-masing," kata dia. Ali tidak menyebut daerah mana saja yang telah berstatus KLB serangan virus ini.

Meski jenis baru, menurut Ali, penularan virus jenis 2.3 ini sama dengan jenis 1.2. Penularan utamanya melalui kontak langsung dengan unggas yang terjangkit. Oleh sebab itu, masyarakat diimbau tidak menyentuh langsung unggas yang terjangkit. "Kalau ada unggas yang mati mendadak, apalagi dalam jumlah banyak, masyarakat harus waspada," kata dia. 

Ali juga mengimbau masyarakat untuk memakai masker dan sarung tangan apabila melakukan kontak dengan unggas. "Kalau ada yang punya riwayat kontak langsung, dan mengalami gejala panas dan flu, harus segera memeriksakan diri ke rumah sakit," kata dia. Selain itu, tambah Ali, jika akan mengonsumsi daging unggas, masyarakat harus memasaknya dengan matang.

Belum ada vaksin?

Ali Gufron mengatakan hingga saat ini Indonesia belum memiliki vaksin khusus untuk virus jenis baru ini. Vaksin yang telah diproduksi oleh Indonesia merupakan vaksin untuk virus jenis 2.1. "Vaksinnya masih dalam proses, untuk yang ini belum diproduksi," kata dia.

Ali mengaku belum tahu apakah vaksin yang dimiliki Indonesia ini mampu mengatasi serangan clade 2.3 atau tidak. "Apakah vaksin yang telah kita punya bisa dipakai untuk menanggulangi yang jenis baru ini, belum tahu. Itu yang harus dikaji lagi," kata Ali.

Selain di Indonesia, virus jenis baru ini telah merebak di negara lain, seperti China, India, dan Vietnam. Negara-negara itu kemungkinan telah mengembangkan antivirus yang baru. Namun, Ali mengaku belum tahu apakah Indonesia akan membeli vaksin dari negara-negara itu atau tidak. "Kami belum mengkajinya," tutur dia.

Yang jelas, Ali menambahkan, Kementerian Kesehatan telah mengambil sejumlah langkah untuk menanggulangi penyebaran virus flu burung jenis 2.3 ini. Kemenkes, kata dia, telah menginstruksikan semua dinas kesehatan di daerah untuk siaga. "Kami telah mengirim surat edaran dua minggu lalu, meminta setiap dinas di daerah untuk siap dan siaga. Mendeteksi virus itu secara aktif," kata Ali.

Selain itu, Kemenkes juga telah melakukan koordinasi dengan instansi lainnya untuk menanggulangi penyebaran virus flu burung ini. "Kami terus berkoordinasi, dengan Kementerian pertanian juga berkomunikasi," kata dia.

Pemerintah juga berkoordinasi dengan Komisi Nasional Zoonosis. Pemerintah tak ingin penyakit ini menular dari unggas ke manusia. "Koordinasi itu dilakukan untuk melihat wabah penyakit tersebut," kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, Jumat 14 Desember 2012.

Dia menuturkan, Kementerian Perdagangan akan berkoordinasi dengan komisi yang diketuai deputi Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat itu. Koordinasi yang sama, Bayu menambahkan, juga dilakukan dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Peternakan beserta FAO dan WHO, untuk melihat gambaran penyebaran flu itik yang menyerang itik di Indonesia.

"Kementerian Perdagangan akan melakukan pengawasan perdagangan itik, membatasi perdagangan itik, bahkan melarang perdagangan itik," ujarnya.

Serangan

Serangan virus ini telah menyebabkan kematian ribuan itik di sejumlah daerah. Dalam kurun waktu 4 bulan terakhir, setidaknya ada 113.700 itik di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, mati karena virus ini. "Kematian itik ini terus mewabah hingga daerah lain dan mencapai puncaknya pada Desember ini," kata Epidemologist Balai Besar Veteriner (BBVet) DIY, Putut Djoko Purnomo, Rabu 26 Desember 2012.

"Berdasarkan hasil penelitian labolatorium BBVet terhadap itik yang mati mendadak di Jatim, Jateng, dan DIY, diketahui bahwa unggas jenis ini mati akibat serangan flu burung jenis H5N1 clade (kelompok) 2.3. Kelompok virus ini lebih ganas dari kelompok virus sebelumnya yaitu clade 2.1," Putut menambahkan.

Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal DIY, Ismartoyo, mengatakan unggas yang mati akibat virus flu burung ini sebagian besar berada di daerah pantai, dari Bantul hingga Kulonprogo.

Peternak di DIY, kata Ismartoyo, rata-rata memiliki itik di bawah 1.500 ekor, sedangkan di Jawa Timur rata-rata di atas 5.000 ekor. Ismartoyo berharap pemerintah memberi perhatian serius dan segera turun tangan. Dia ingin pemerintah bertindak sebagaimana menangani penyakit yang menyerang pada ternak lainnya.

Kematian itik secara massal juga terjadi di Desa Cigawir, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada akhir Desember 2012. Ribuan itik milik warga mati dalam dua pekan. Warga mengalami kerugian hingga jutaan rupiah karena kematian itik mereka.

Di Kabupaten Murojambi, Provinsi Jambi, virus flu burung menyerang empat desa, yaitu Nagasari, Kumpeh, Simpang Selat, dan Talang Duku. Ribuan ayam milik peternak mati. Tak hanya itu, virus ini juga menyerang unggas di Kecamatan Sekernan dan Sengeti. 

"Ada sekitar seratus lebih ayam mati mendadak lagi. Gejalanya persis sama dengan desa lain yang terserang flu burung," kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Muarojambi, Parahuman Lubis, Kamis 20 Desember 2012. Setelah mendapat laporan, Dinas Peternakan langsung menyemprotkan desinfektan ke kandang dan unggas warga.

No comments:

Post a Comment