Seberkas cahaya kilat menembus tirai jendela di ruang kelas itu, dan mengalahkan sinar matahari pada pukul sembilan pagi. Ruang kelas di gedung School Number 15, di kota Chelyabinks, Rusia mendadak bersinar terang seperti disiram belasan lampu merkuri.
Valentina Nikolayeva, guru di sekolah itu, sedang mengajar di hadapan belasan bocah siswa sekolah dasar. Kelebatan cahaya menyentak seisi kelas, pada Jumat 15 Februari 2013 itu. Lalu beberapa sekon kemudian: “buuum!”. Suara ledakan keras menggetarkan dinding. Kaca-kaca jendela pecah. Tirai pun lepas.
Seisi kelas panik. Para bocah berlari ke sang guru, yang dengan sigap menggiring anak-anak itu ke luar kelas. "Seumur hidup tidak pernah saya melihat ada kilat cahaya seterang itu. Saya mengira hari kiamat telah tiba," kisah Nikolayeva. Tubuhnya berkeringat.
Di luar gedung sekolah, orang-orang bertumpahan di jalan. Pecahan kaca berserakan. Semua jaringan Internet dan saluran telepon seluler terputus. Di langit, tampak segaris awan menyerupai jejak pesawat jet. "Tapi, ini berukuran sepuluh kali lebih besar," kata Nikolayeva.
Tak seorang pun mengenali "tamu" yang menyentak warga Chelyabinsk pagi itu. Seorang saksi bercerita, dia sedang menyetir mobil pagi itu, saat di langit meledak sinar terang, lebih terang dari cahaya siang hari. “Saya kira mata saya buta," ujar saksi itu.
Suara ledakan itu juga cukup keras, hingga memantik nyala alarm sejumlah mobil di parkiran. Ini bukan ledakan biasa. Chelyabinsk panik. Kota itu mendadak tegang. Sejumlah saksi mata mengatakan, ledakan dan cahaya itu bisa dilihat dari radius ratusan kilometer, di Tyumen dan Sverdlovsk, Republik Bashkiria, serta bagian utara Kazakhstan.
“Seperti film Armageddon saat hujan meteor terjadi. Saya pasrah, dan berpikir dunia sedang kiamat," kata seorang warga, Gulnara Dudka, 20 tahun.
Sebelum kepanikan menjalar, Menteri Keadaan Darurat Rusia, Vladimir Puchkov angkat bicara. Dia mengatakan, kota Chelyabinsk baru saja dihantam meteor. Kabar itu menggemparkan Rusia. Dunia pun melirik ke negeri itu.
Tiga pesawat tempur diterbangkan menyisir lokasi. Polisi di sekujur kota pun dikerahkan menjaga berbagai infrastruktur penting.
Meski tak langsung dihantam meteor, kaca jendela yang pecah itu melukai sekitar 1.100 orang, 200 di antaranya adalah anak-anak. Menteri Kesehatan Daerah, Marina Mokvicheva memaparkan data-data korban lebih detail. “Sekitar 985 orang luka-luka, 43 orang dirawat di rumah sakit”. Untung, tak ada korban jiwa.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan syukurnya kepada Tuhan. "Benda besar itu tidak jatuh di daerah penduduk. Meski ada sejumlah orang yang terluka," kata Putin, beberapa jam setelah “serangan” meteor itu.
Lebih dari 297 apartemen, 12 gedung sekolah, serta fasilitas umum plus infrastruktur industri rusak di Chelyabinsk. Putin mengerahkan 10 ribu orang, yang tergabung di tim khusus membersihkan puing-puing itu. Kerugian harta, ujar Gubernur Chelyabinsk, Mikhail Yurevich, sekitar satu miliar rubel Rusia (US$33 juta), atau setara Rp320 miliar.
Tentu saja kerusakan jendela itu membuat warga lebih berat menghadapi musim dingin. Suhu malam hari bisa jatuh 15 derajat celsius di bawah nol.
Meteor atau aksi militer?
“Serangan” pagi hari itu membuat Angkatan Darat Rusia bersiaga. Mereka mengamankan tiga titik jatuhnya meteor. Dua titik di Danau Chebarkul, bagian barat Chelyabinsk. Satu titik lagi di dekat Zlatoust, sekitar 80 kilometer dari titik lainnya.
Satu pecahan benda misterius itu menghantam dinding pabrik seng, sebelum akhirnya lenyap ditelan danau Cherbakul. Di danau itu, para pencari menemukan lubang selebar lebih enam meter. Tak ada kenaikan radiasi di daerah sekitar kejadian. Sampel air pun tak tercemar bahan asing.
Selang dua hari kemudian, tim penyelam Kementerian Keadaan Darurat Rusia menyatakan tak ada jejak berarti di sekitar Danau Chebarkul. Para penyelam hanya menemukan benda kecil seukuran satu sentimeter. Tak ada fragmen besar meteor. Begitu pula ribuan pekerja darurat Rusia, atau tim satuan reaksi cepat, yang menyisir Pegunungan Ural sejak Jumat pekan lalu. Nihil.
Lalu, merebaklah spekulasi baru: benarkah ledakan itu dari meteor, atau rudal canggih yang sengaja mengarah ke Chelyabinsk? Karena belum ditemukan bukti pecahan meteor waktu itu, sempat muncul teori konspirasi.
Vladimir Zhirinovsky, pemimpin nasionalis Rusia, misalnya percaya benda yang meluncur ke kota kecil itu adalah "war mongers", atau ajakan perang dari Amerika Serikat. "Itu senjata baru yang sedang diuji oleh Amerika Serikat," kata Zhirinovsky kepada Telegraph.
Oksana Trufanova, aktivis hak asasi manusia di Rusia, mengatakan ia agak yakin jika ledakan itu ada hubungannya dengan aktivitas militer.
Aneka dugaan itu memang beralasan. Chelyabinsk punya sejarah panjang riset penelitian nuklir rahasia sejak 1940. Pada 1957, sebuah tangki limbah di pabrik senjata nuklir Mayak, Chelyabinsk, meledak. Saat itu, kontaminasi asam merebak hingga radius 23.000 kilometer persegi. Pemerintah harus mengungsikan sekitar 10.000 orang dari sana.
Kini, wilayah itu masih menjadi lokasi limbah utama senjata nuklir Rusia. Sekitar 85 kilometer sebelah timur kota, berdiri pabrik pengolahan senjata kimia. Kota Chelyabinsk juga disebut 'Tankograd'. Tank terkenal Soviet T-34 dibuat di kota itu.
Tapi, teori konspirasi itu menguap. Misteri benda misterius menghantam Chelyabinsk pelan-pelan mulai terkuak.
Berburu meteor
Akhirnya sejumlah pecahan meteorit ditemukan para ilmuwan di Cherbakul, tiga hari kemudian. "Meteorit ini adalah chondrite (jenis meteorit yang belum mengalami diferensiasi dari kondisi awalnya) biasa. Ini adalah meteorit berunsur batu dengan kandungan 10 persen besi," ujar Viktor Grohovsky dari Universitas Federal Urals.
Meteorit itu lantas diberi nama Chebarkul. Sampai hari ini, terkumpul 53 pecahan. Viktor mengatakan, yang ditemukan baru sekumpulan fragmen kecil di permukaan danau. Yang lebih besar, bisa ditemukan di dasar danau.
Perburuan para ilmuwan itu rupanya dilihat sebagai peluang bisnis oleh para kolektor meteor. Di jagat maya, jual beli meteor berlangsung sesaat setelah meteor jatuh. Usut punya usut, rata-rata calon pembeli memburu fragmen meteor asli untuk dijual di acara lelang.
Harganya pun fantastis. Sekeping kecil meteorit, misalnya, ditawarkan sekitar US$4.000, atau Rp38,6 juta. Melihat peluang laba, sejumlah warga lalu berbondong-bondong ke lokasi jatuhnya meteor. Apalagi, ada seseorang warga mendapat pecahan meteor seberat 269 gram di sekitar sebuah pabrik. Tak jelas, apakah dia mau menjual pecahan itu atau tidak.
Iklan batu meteorit pun bermunculan di dunia maya. Harganya beragam. Di situs online Avito.ru, misalnya, seorang warga bernama Andrew menawarkan 18 potong batuan meteorit.Harganya 500 rubel per potong, atau Rp160 ribu. Ada pula yang mau melego batu luar angkasa seharga 300 ribu rubel, atau Rp9,6 juta, per potong.
Apa kata Amerika?
Insiden meteor di Cheblyanisk, Rusia, menarik perhatian Badan Antarika Nasional AS (NASA). Lembaga itu menduga meteor yang menghantam wilayah Pegunungan Ural hanya seukuran bus, dan beratnya sekitar 7.000 ton. Jika sampai ke Bumi, daya ledaknya bisa mencapai 20 kali bom atom yang pernah menimpa Hiroshima.
"Beruntung, sebagian besar energi super itu terbakar saat menembus atmosfer, sehingga meninggalkan serpihan batu kecil, dan jejak berupa asap putih di langit," kata Amy Mainzer, seorang ilmuwan di Laboratorium Propulsi Jet.
NASA memperkirakan, meteorit yang mampir di Rusia berdiameter sekitar 15 meter saat menghujam Bumi. Meteorit itu meluncur dengan kecepatan melebihi kecepatan suara. Badan Antariksa Rusia Roscosmos mencatat benda itu melesat melewati atsmosfer dengan 30.000 mil per jam, atau 53.108 kilometer per jam, sekitar 177 kali lebih cepat dari mobil Formula 1.
Peristiwa jatuhnya meteor seperti di Rusia itu juga sangat jarang terjadi. "Peristiwa sebesar Cheblyanisk hanya terjadi sekali dalam 100 tahun," kata ilmuwan NASA, Paul Chodas.
Artinya, seabad lagi, ada kemungkinan bumi dihantam meteor lebih besar?
No comments:
Post a Comment