Wednesday 20 March 2013

Misteri Penculikan dan Pembunuhan Sadistis Pengusaha Bekasi

Imam Assyafi'i (alm), pengusaha komputer asal Bekasi
Imam Assyafi'i (31), pengusaha jual-beli komputer asal Bekasi, Jawa Barat, ditemukan tidak bernyawa dengan kondisi mengenaskan di dalam mobil Suzuki Vitara B 531 EV miliknya sendiri di areal parkir Terminal 1C kedatangan Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Mayat Imam tertelungkup di jok belakang mobilnya. Saat ditemukan, tangannya terikat, kepalanya dilakban seperti mumi, dan ada tali kopling yang masih menjerat lehernya. Dengan kondisi ini, bisa dipastikan bahwa Imam adalah korban pembunuhan.
Menurut dugaan sementara polisi, pembunuhan itu terjadi tiga hari sebelum mayat korban ditemukan.
Adalah Dony, warga sekitar yang menemukan mayat Imam ada di dalam mobil sekitar pukul 01.00 WIB, Selasa 19 Maret 2013 dini hari. Awalnya, dia mencium bau busuk di areal parkir yang ternyata berasal dari mobil Suzuki Vitara. Temuan ini kemudian dia laporkan kepada petugas keamanan. Tak berselang lama, petugas dari Polres Bandara yang tiba di lokasi langsung membongkar paksa pintu mobil bagian belakang dan menemukan jasad Imam.
Setelah diidentifikasi, polisi memastikan korban adalah Imam Assyafi'i, warga Jalan Lumbu Utara IID No. 226 RT7 RW19, Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Keluarga korban yang diminta datang ke kamar mayat RSU Tangerang juga sudah memastikan bahwa itu adalah Imam.

Menurut Humas Polres Bandara Ajun Komisaris Pol. Agustri, hingga kini motif pembunuhan masih belum jelas. Polisi masih menyelidiki aksi sadistis ini dan tengah menunggu hasil autopsi.

Diculik
Sama seperti polisi, keluarga Imam juga tidak mengetahui apa motif di balik pembunuhan ini. Sebelumnya, keluarga sudah melaporkan kasus penculikan pengusaha itu, Senin kemarin.

Menurut adik korban, Ahmad Dardiri, Imam meninggalkan rumah sejak pukul 10.30 WIB, pada Sabtu, 16 Maret 2013, hari ulang tahunnya yang ke-31. Siang itu Imam pamitan akan mengecek barang di Kawasan Industri Pulogadung. Ahmad naik mobil pribadinya, Suzuki Grand Vitara berwarna hitam.

Belum lama pergi, Imam menelepon Taruji (40), salah satu karyawannya. Imam meminta agar segera dilakukan pengiriman barang ke Bandung, Jawa Barat. Satu jam kemudian, tepatnya sekitar pukul 11.30 WIB, Imam kembali menelepon Taruji. Tapi, tidak ada suara apapun di ujung telepon.

"Setelah diam, tiba-tiba terdengar suara orang sedang bertengkar," Ahmad menuturkan.

Merasa curiga, Taruji kemudian merekam suara ribut-ribut yang terdengar dari telepon korban. Samar-samar, percakapan dalam situasi tegang itu berlangsung sekitar 25 menit. Diperkirakan ada empat orang lebih yang terlibat dalam percakapan yang dibumbui ancaman pembunuhan. Suara salah seorang lelaki, yang diperkirakan adalah Imam, berulang kali meminta maaf agar tidak dianiaya.

"Ya ya ya... sudah, dia minta maaf. Elo nggak pernah ngelakuin ini. Dengerin, jadi setelah ini, dia datang dan elo SMS janji sama gua. Jemput gua di kawasan di pintu masuk, elo jemput gua dalam kondisi begini," begitu antara suara yang terdengar dari telepon Imam.

Dan tak lama kemudian, tedengar suara Imam mengerang kesakitan dan menjerit minta tolong.
Keributan itu seperti terdengar dari dalam sebuah mobil. Menjelang akhir rekaman, salah satu pria mengancam Imam dan memaksanya memberi tahu nomor PIN ATM miliknya. Pelaku lain mengancam akan melukai anak dan istri Imam. Setelah itu, telepon terputus.
Taruji kembali berusaha menghubungi nomor telepon Imam, tapi tidak pernah diangkat. Semua empat nomor telepon milik Imam tidak aktif.

Berdasarkan rekaman itu, keluarga korban kemudian melapor ke Polsek Bekasi Timur pada Minggu, 17 Maret 2013. Yang jadi masalah, meski sudah ada bukti rekaman yang menunjukkan adanya dugaan penganiayaan, petugas malah mengarahkan laporan itu menjadi sekadar kasus orang meninggalkan rumah.

"Bukan kasus penculikan. Inilah yang kami sayangkan, padahal bukti rekaman yang kami buat dalam format CD, sudah diserahkan ke polisi," kata Ahmad.

Pihak keluarga yakin Imam selama ini tidak punya masalah dengan siapapun, apalagi terkait persoalan utang-piutang.

Istri almarhum, Ida Arifah (29), dan dua anaknya, Toriq (7) dan Urfa (2I), tidak henti-hentinya menangisi kepergian suami dan ayah mereka. Mereka berharap para pembunuh Imam segera ditangkap. Keluarga yakin Imam diculik sebelum dibunuh. Mereka menyesalkan, bila saja polisi bertindak cepat, nyawa Imam dapat diselamatkan.

Keluarga makin yakin Imam diculik setelah mengecek rekening BCA miliknya. Mereka mendapati ada sejumlah transaksi yang mencurigakan. Pada Sabtu, 16 Maret 2013, sekitar pukul 15.09 WIB, ada penarikan tunai total senilai Rp10 juta di ATM BCA Mangga Dua, Jalan Mangga Dua Raya 8, Jakarta.
Selain itu, ada transaksi pembelian perhiasan emas sebesar Rp40.075.000 di toko Joen Sin Jewelery di Pasar Baru Blok D No. 45 lantai satu, Jalan Mangga Dua Raya, Jakarta. "Totalnya ada transaksi sebesar Rp50juta lebih. Setelah kami cek, kami telepon bank dan semua rekening korban diblokir," kata Ahmad.

Rekan bisnis
Petugas gabungan dari Polres Bekasi, Polres Bandara Soekarno Hatta dan Polda Metro Jaya masih memburu para pembunuh Imam. Penyelidikan polisi dipusatkan pada pria yang terakhir kali bersama Imam saat dia masih hidup. Dia diduga adalah rekan bisnisnya.

"Inisialnya D. Kami duga hubungannya dengan korban sebagai teman bisnis," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol. Rikwanto. Nama D muncul dari keterangan keluarga Imam.
Berdasarkan hasil pemeriksaan rekaman kamera CCTV di Bandara Soekarno Hatta, polisi menemukan fakta bahwa mobil korban masuk Terminal 1C pada Sabtu, 16 Maret 2013, sekitar pukul 14.30 WIB. Imam sendiri menghilang pukul 10.30 WIB di hari yang sama.

Menurut Rikwanto, apakah korban dibunuh dalam perjalanan menuju bandara atau di sekitar bandara, polisi akan mengungkapnya setelah berhasil menangkap pelaku. Dari kondisi tubuh korban yang sudah membusuk, diduga kuat Imam sudah tewas saat mobil masuk Terminal 1C. (Laporan: Nur Khafiva, Tangerang 

No comments:

Post a Comment