Menteri
Perdagangan, Gita Wirjawan, mengusulkan agar Indonesia mengimpor dua
juta ekor sapi betina produktif per tahun untuk meningkatkan polulasi
sapi. Hal ini dinilai penting untuk lebih memudahkan pemerintah
mengendalikan tingkat inflasi di masa mendatang.
"Efek
sapi ke inflasi ini tidak kecil," ujar Gita dalam kesempatan diskusi
bersama tim redaksi VIVA Group di Ruang Rapat ANTV, Kompleks Epicentrum,
Jakarta, Senin 13 Januari 2014.
Gita
menjelaskan bahwa kondisi stok sapi di dalam negeri tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan pasar dan permintaan masyarakat yang tinggi
terhadap daging. Sehingga 50 persen kebutuhan daging harus dipasok dari
impor.
Sementara
harga sapi bakalan dan sapi siap potong di negara asal impor begitu
tinggi. Gita mengusulkan agar Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan direvisi demi memudahkan pemerintah
mengimpor sapi berdasarkan zona, bukan negara demi mendapatkan biaya
impor sapi lebih rendah.
Impor
sapi yang lebih rendah akan membuat harga jual daging di pasar lebih
murah. Menurut Gita, ini juga penting mendorong peningkatan konsumsi
daging masyarakat. "Kandungan protein daging itu kan tinggi, untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Gita.
Gita
juga yang merupakan peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat,
menyatakan komitmen untuk meraih kemenangan dengan strategi menarik
simpati pemilih golongan putih alias golput. "Saya lihat golput itu bisa
35-40 persen selama ini. Kenapa tinggi? Supply pemimpin kurang appealing," kata dia.
Simak perbincangan tim Redaksi VIVA Group dengan Gita Wirjawan berikut ini.
Bagaimana dengan Follow up kesepakatan WTO di Bali?
Kemarin di Bali disepakati tiga hal: paket negara miskin, paket pertanian, dan paket fasilitasi perdagangan.
Yang
pertama ini paket untuk negara miskin terkait dengan keinginan negara
miskin supaya mereka diberikan bantuan, bantuan dari negara maju dan
berkembang yang besar supaya kepabeannya, kepelabuhannya, dan apapun lah
yang bisa memperlancar ekspor mineral negara miskin agar bisa lebih
bagus. Itu di belakangnya ada financial assistant.
Yang kedua, perkecualian untuk negara miskin, khususnya negara Afrika.
Kalau mereka mau ekspor kapas, mereka dikenakan tarif. Ketiga, tentunya
adalah di Asia, kalo ada ekspor dari negara miskin, mayoritas negara
Afrika. Kalau di Asia Tenggara, termasuk Laos dan Myanmar. Itu semua
disepakati, keinginan negara miskin.
Yang beda dengan WTO Bali ini adalah prinsip single undertaking. Jadi kalau ada suatu negara yang populasinya cuma 5 juta dan dia merupakan salah
satu 160 negara anggota, itu dia bisa memveto kesepakatan. Kalau China,
penduduknya 1,3 miliar, PDB-nya lebih besar, suaranya satu. Nah ini
bagus, 160 negara ini kemarin sepakat untuk mendukung keinginan negara miskin.
Yang
kedua, paket pertanian yang disepakati oleh kita semua kemarin pada
intinya permintaan grup negara berkembang atau G-33. Memang yang paling
vokal itu India. Indonesia sebetulnya Ketua G-33. Tapi Indonesia harus
menjaga posisi netral, persepsi objektif, karena kita adalah tuan rumah.
Kita mendukung permainan peran oleh India sebagai anggota G-33 untuk
kepentingan paket pertanian. Paling penting adalah di mana negara
berkembang yang punya sektor pertanian yang besar itu bisa dapat
perkecualian antara lain supaya kita bisa berikan subsidi kepada sektor
pertanian dan petani. Kita bisa lakukan penimbunan atau stock holding. Jadi seperti beras, gandung, dan produk pertanian tertentu itu bisa ditimbun.
Selama
ini kan dilarang, justru yang diperbolehkan itu negara maju. Mereka
negara maju itu agak kelewatan, mereka memberikan subsidi kepada
petaninya. Kalau di Amerika itu subsidinya US$80-100 miliar per tahun.
Kalau di Uni Eropa itu 80 miliar euro per tahun. Sedangkan negara–negara
berkembang tidak pernah bisa melakukan subsidi, ini dilarang oleh WTO.
Lalu, kami juga meminta penimbunannya tidak bisa dibatasi seperti apa yang dulu diinginkan Putaran Uruguay tahun
1986, yaitu kalau mau melakukan penimbunan tidak boleh lebih dari 10
persen dari produksi nasional dan berdasarkan harga tahun 1986. Nah,
kita bilang tunggu dulu, bos. Ini harga kan sudah berubah di abad 21.
Solusi interennya adalah oke anda
boleh lakukan subsidi dan lakukan penimbunan tidak ada batasan. Tapi di
solusi permanennya kami minta tidak ada batasan-batasan penimbunan
seperti di kesepakatan Uruguay dulu dan ini harus menggunakan 15 persen
dari harga saat ini. Ini yang nanti akan dirumuskan dalam solusi
permanen. Alhamdulillah, kemarin disepakati untuk dapat pengecualian sementara. Itu bagus.
Bagian terakhir dari paket pertanian yang disepakati adalah tarif rate quota atau TRQ. Tarif rate quota ini
apa? Ini perlindungan kepada petani. Kalau ada impor produk pertanian
dari luar, khususnya dari negara maju atau negara-negara yang kuat, itu
kita bisa kenakan tarif sampai 60 persen. Ini cukup tinggi untuk bisa
berikan perlindungan kepada petani ataupun sektor pertanian. Ini yang
nyata dan bisa dinikmati termasuk oleh Indonesia sekarang. Nah, itu
paket pertanian.
Yang terakhir mengenai fasilitasi
perdagangan. Ini adalah bagaiman secara keseluruhan, 160 negara
anggota, bisa memperlancar kepabeanan, memperlancar sistem kepelabuhanan
udara atau laut supaya ekspor impor bisa makin lancar.
Kalau
dihitung-hitung kemarin Paket Bali cukup bersejarah, karena selama 18
tahun, sejak 1985 berdirinya WTO, tidak pernah ada kesepakatan. Putaran
Doha, bagus kan retorikanya, mulia sekali untuk kepentingan negara
berkembang dan negara miskin bisa dilindungi. Tapi, tidak ada yang
nyata. (Kesepakatan) Cancun, ada orang Korea yang bakar diri, protes.
Lalu di Seatle, demo besar-besaran di Hongkong. Kemudian di Jenewa
tidak pernah ada kesepakatan.
Jadi
kalau dihitung-hitung, ini adalah 10 persen dari Paket Doha. Paket Doha
itu ada 18 sampai 19 hal yang harus disepakati supaya benar-benar
terjadi keseimbangan antara negara maju dengan negara berkembang dan negara miskin.
Dari sekian kesepakatan itu, apakah sudah ada yang terealisasi?
Sudah.
Paket pertanian. Kita sudah bisa mengenakan tarif sampai 60 persen. Ini
sudah diperbolehkan. Jadi kalau ada sikap pemerintah untuk mengenakan
tarif terhadap produk-produk pertanian yang bisa bersaing dengan produk
lokal, kita bisa mengenakannya sampai 60 persen. Itu tidak akan digugat.
Kita juga bisa memberikan subsidi sekarang, itu tidak dianggap
pelanggaran oleh WTO.
Kalau
kemarin tidak ada kesepakatan di Bali, anggaplah kita memberikan
subsidi untuk beras atau apapun lah, kita bisa digugat di WTO. Kita mau
lakukan penimbunan jagung, kedelai, beras, rotan, dan lain sebagainya,
itu bisa digugat di WTO. Sekarang tidak bisa digugat. Itu sudah effective immediately sejak tanggal 6 Desember 2013. Jadi itu nyata.
Memang India punya kepentingan politik karena mereka akan pemilu bulan Mei. Terus itu sektor pertanian sensitif sekali.
Ini soal pembenahan postur
neraca perdagangan. Prediksinya defisit agak menurun. Tapi ditengarai
bebannya akan ada di penguatan nilai tukar dolar AS yang lebih tinggi
lagi tahun ini. Bagaimana Menteri Perdagangan membenahi postur neraca
perdagangan tahun ini agar kita tak masuk zona krisis?
Saya
melihat begini, sebelas bulan pertama 2013, ekspor non migas kita
volumenya naik 33 persen dan persentase kenaikan volumenya itu lebih
tinggi daripada kenaikan 2011 dan 2012. Tahun 2011 kita kan golden year, tapi di 2013 persentasenya lebih bagus dari sisi volume.
Kenapa
ekspor non migas 2013 kita, walau surplus, tapi nilanya tidak setinggi
surplus tahun 2011? Karena harga komoditi di pasar internasionalnya
jatuh sampai akhir semester pertama. Tapi, kalau kita lihat kelapa
sawit, bahkan batubara, dan produk-produk komoditas lainnya, sampai
bulan September sudah mulai terjadi konsolidasi. Sawit itu sejak
September naik, bukan hanya harganya, tapi volumenya juga naik. Ada demand dari China dan India yang sudah meningkat.
Kondisi
ini ditopang oleh pertumbuhan ekonomi atau pemulihan ekonomi di negara
maju, seperti Jepang dan Amerika Serikat. Amerika Serikat pada kuartal
ketiga pertumbuhan ekonominya di atas 4 persen. Kelihatannya harga
minyak juga masih stabil, Nimex masih di bawah US$100 dolar atau sekitar
US$95 per barel. Walau ini musim dingin, pasar sahamnya terus naik, yield treasury untuk 10 tahun di Amerika sudah lebih dari 3 persen, padahal 5 bulan yang lalu masih 2,4 persen. Artinya, tapering off
membuat uang yang ditarik dari seluruh dunia, totalnya lebih dari US$3
triliun dipompa oleh Federal Reserve sejak akhir 2008, imbasnya ke
seluruh dunia cari yield di bond (obligasi) dan di capital market (pasar
saham). Pasar modal Amerika Serikat kenaikan kinerjanya lebih tinggi
daripada pasar modal Asia tahun lalu. Kelihatannya ini pun bakal
berkelanjutan.
Kalau
pemulihan ekonomi di Amerika dan Jepang bisa berkelanjutan, pasti akan
membutuhkan produk-produk yang keluar dari pabrik-pabrik di China dan
negara berkembang. Tentunya penggunaan kapasitas di pabrik-pabrik
tersebut akan membutuhkan produk-produk primer dari negara seperti
Indonesia. Karena itu saya merasa ekspor non migas kita, yang sudah
kelihatan volumenya naik 33 persen, ini akan berkelanjutan.
Surplus non migas kita di tahun 2013 sekitar US$6-7 miliar. Sampai akhir November 2013
surplus kurang lebih US$6,5 miliar. Kalau dihitung sampai Desember bisa
surplus lagi, tambahan, anggaplah US$7 miliar dolar.
Problemnya kenapa kita selalu defisit. defisit nett-nya
adalah minyak mentah. Impornya kan sekitar 400 ribu barrel per hari.
Itu menggerogoti neraca perdagangan kita. Impor migas tahun lalu sampai
akhir tahun 2013 defisit bisa mencapai US$12 miliar dolar. Defisit migas
US$12 miliar, surplus nonmigas US$7 miliar, jadi nett kita defisit US$5 miliar di tahun 2013.
Tapi,
saya percaya kalau pemulihan ekonomi negara maju berkelanjutan, surplus
non migas kita tahun 2014 meningkat dari US$7 miliar dolar, apa lagi
kalau kita bisa naikkan lifting.
Tidak mungkin kita bisa turunkan konsumsi. Kalau harga minyak stabil,
defisitnya bisa lebih kecil 2014. Defisit 2014 mungkin bisa turun dari
capaian 2013 US$5 miliar dolar.
Kalau
di rapat kabinet, apakah yang Anda katakan itu adalah prioritas?
Apalagi mengingat pemerintahan tinggal beberapa bulan lagi. Apakah ada
regulasi dan langkah yang akan segera keluar?
Kalau
saya lihat, non migas sudah jalan cukup bagus, pengaruhnya ke postur
neraca perdagangan,kita, neraca transaksi berjalan. Tinggal inflasinya.
Inflasi ini kan ada impornya juga, imported inflation. Kalau
kita lihat, tarif listrik listrik dijaga, harga minyak dijaga, apalagi
kalau ada subsititusi ke biodiesel bisa dilakukan, itu double impact, bisa kurangi impor dan subsidi.
Efek dari volatile food
terhadap inflasi ini yang menurut saya susah dikendalikan. Karena apa?
Kadang kita harus impor cabai. Kita hampir selalu impor bawang putih.
Produksi nasional bawang putih hanya 5 persen dari kebutuhan. Itu masih
tidak rentan anomali cuaca dari negara asal, jumlahnya juga tidak
terlalu besar.
Tapi
yang lumayan besar efeknya itu memang sapi. Sapi tuh efek ke inflasi
ini tidak kecil. Kita kan impor kan pakai dolar, jadi itu akan
dipengaruhi oleh nilai tukar dan bisa berdampak ke inflasi. Apalagi
kalau ada anomali cuaca.
Kebutuhan
sapi kita tahun 2014 itu bisa sampai sebesar 4 juta ekor. Sedangkan
produksi nasional kita yang bisa disembelih itu cuma 2 juta ekor.
Jadinya, 50 persen kebutuhan nasional untuk sapi itu harus diimpor.
Problemnya adalah undang-undang kita membatasi
dari mana kita bisa impor sapi hidup. Dulu, ada interpretasi Mahkamah
Konstitusi yang mana kita harus. menggunakan pendekatan negara, bukan
zona. Kalau ada negara asal sapi, ada zona yang bebas dari penyakit
mulut dan kuku, tapi satu zona saja tidak bersih, kita tidak boleh
menggunakan impor ini.
Negara-negara
Asia Tenggara lain menggunakan pendekatan zona. Kalau zonanya bersih,
boleh dia impor dari situ. Jadi, zona-zona yang bersih itu disertifikasi
oleh PBB, lembaga internasional berbasis Prancis.
Jadi
kita tidak boleh beli sapi dari negara lain, hanya dari Australia. Kita
boleh mengimpor sapi hidup dari Australia, Selandia Baru, Jepang,
Amerika, Kanada. Sedangkan harga sapi hidup di India itu setengah harga
dari yang di Australia. Tapi kita tidak boleh impor dari India.
Tapi dulu SBY pernah MoU dengan Brasil?
Ya.
Tapi Brasil negaranya jauh. Sapi hidup tidak boleh di kapal lebih dari 8
jam itu katanya dagingnya tidak enak kalau dipotong. Kalau kita ke
Malaysia, 80 persen sapi yang mereka impor dari India, makanya sapi di
Malaysia itu harganya jauh lebih murah daripada di Indonesia. Singapura
juga sapinya lebih murah daripada di Indonesia, padahal mereka tidak
punya peternakan.
Nah,
menurut saya Ini yang harus disikapi. Sebetulnya ini kan bisa disikapi.
Ini kerjaannya hulu, bukan hilir. Maka undang-undangnya harus diubah.
Sudah coba diangkat isu ini?
Wah,
sudah berkali-kali. Kalau ini bisa diubah, kita bisa kendalikan inflasi
lebih bagus daripada sebelumnya. Tapi, saya lihat, beras kayaknya
terkendali pasokannya daripada tahun lalu. Surplus kan. Cabai, bawang
putih, bawang merah, kemarin saya tidak lihat ada tanda-tanda anomali
cuaca di 2014 dan relatif stabil.
50 persen sapi dari impor.
Harga ditargetkan turun di Rp76 ribu per kilogram, tapi sekarang harga
masih di atas Rp90 per kilogram ribu waktu desember lalu. Maka
ditengarai ada indikasi kartel. Apa yang akan dilakukan Kementerian
Perdagangan karena harga belum turun sesuai target?
Waktu kita menargetkan Rp76 ribu, nilai tukar dolar itu masih kisaran Rp10 ribu. Sekarang sudah
Rp12 ribu lebih. Jadi kita hitung, sekarang harga sapi Rp90 ribu
dikurangi saja 20 persen, sudah kena target. Kalau saya lihat, aktivitas
Rumah Pemotongan Hewan sudah lebih bagus. Mereka sudah dapatkan stok
dari luar dan dalam. Harganya sudah lebih bagus secara relatif. Dulu,
karena ada kelangkaan, mereka pasang harga yang lebih tinggi.
Dulu.
Waktu dolar Rp10 ribu, itu sapi hidup yang siap potong itu harganya
Rp30-33 ribu per kilogram. Begitu karkas, bisa sampai Rp60 sekian ribu.
Jadi realistis sekali kalau kita targetkan di pasar Rp76 ribu per
kilogram. Tapi tiba-tiba nilai tukar rupiah bergejolak. Ini yang
meningkatkan biaya sapi hidup yang masuk ke RPH, termasuk karkas dan di
pasar. Ini sudah meningkat harganya.
Kalau
kita lihat ke depan, kita akan datangkan sapi bakalan dan siap potong.
Sapi bakalan porsinya akan lebih banyak, itu sapi yang didatangkan untuk
digemukkan 3-4 bulan, lalu dipotong. Kalau sapi siap potong itu 1-2
minggu itu akan dipotong.
Tapi,
untuk jangka menengah saya bilang kita harus impor dengan skala yang
lebih besar untuk sapi betina produktif. Ini yang berkali-kali saya push
ke Kementerian Pertanian dan Kemenko Perekonomian, dan kabinet. Berapa
impornya, ya 2 juta saja per tahun. Setiap sapi betina produktif ini
bisa melahirkan 1 anak selama 1 tahun dalam 9 tahun. Kalau itu kita
impor 1 juta sampai 2 juta ekor per tahun, ini melipatgandakan populasi
sapi.
Sebab
problemnya juga populasi sapi kita sudah turun. Dua tahun yang lalu,
populasi sapi hampir 16 juta ekor. Sekarang tinggal 13 koma sekian juta
ekor. Ini artinya di hulu harus disikapi. Kalau hulunya tidak beres, ya hilirnya yang keteteran.
Sekarang
saya sedang prakarsai konsep ini dan mudah-mudahan bisa disetujui oleh
kabinet. Kalau sekiranya bisa, ini akan sangat bisa menjawab kebutuhan
kita di jangka menengah sampai jangka panjang.
Keberatan kira-kira muncul dari mana untuk program pembenahan di hulu ini?
Seharusnya tidak ada.
Berapa sapi yang akan diimpor untuk tahun ini?
Kalau tahun ini harus mendatangkan kurang lebih 700-an ribu ekor dalam waktu dekat. Ini sapi bakalan dan sapi siap potong. Tapi ini sapi jantan.
Yang harus didatangkan
justru yang betina dan produktif. Ini tidak ada larangan dari Australia.
Ini harus dimanfaatkan. Mereka ada stoknya. Kalau ini didatangkan, lalu
melahirkan setiap tahun satu sapi. Bayangkan kalau stok pertama
didatangkan dua juta ekor, selama sembilan tahun bisa membuahkan 18 juta
ekor. Apalagi kalau kita setiap tahun impor dua juta ekor sapi betina
produktif, itu akan meningkatkan populasi sapi kita. Tapi ini perlu
pemikiran jangka menengah dan panjang. Tidak bisa cari untung segera.
Ini yang kadang harus digarisbawahi.
Yang 700 ribu ini bakalan?
Bakalan dan siap potong. Tapi, kita bisa memerlukan sampai 2 juta ekor impor. Tahapan pertama, business plan 700 sekian ribu sapi.
Ini di luar yang impor lebaran kemarin?
Ya.
Kalau yang kemarin kan kita impor bakalan kuartal keempat itu 40 sekian
ribu, diakselerasi dan yang siap potong itu datangkan 75 ribu dengan
yang tahapan pertama 25 ribu jadi total 100 ribu.
Mengenai
undang-undang yang harus diubah, karena membatasi untuk impor sapi dari
negara mana saja tadi, apakah Anda sudah pernah sowan ke partai-partai?
Saya
sudah sowan ke Menteri Pertanian. Kuncinya di sana. Ini harus
diprakarsai oleh Kementerian Pertanian.Tapi setiap tahun beliau
bilangnya Insya Allah terus.
Silakan saja tanya ke Menteri Pertanian. Katanya dia akan bawa ke DPR sejak tiga tahun lalu. Saya bicara soal ini sudah lama lho.
Dengar-dengar Anda akan naikkan harga referensi daging dari Rp76 ribu? Kira-kira kapan?
Kita
akan naikkan dalam waktu dekat. Tapi, memang sapi ini masalah
fundamental lho. Konsumsi kita untuk daging juga masih rendah, di bawah
konsumsi negara lain. Konsumsi daging kita masih 2,5 kilogram per
kapita per tahun. Argentina itu 55 kilogram, Brazil 40 kilogram, Jerman
40 sampai 45 kilogram. Singapura dan Malaysia sudah 15 kilogram.
Kita
masih 2,5 kilogram. Padahal ini penting, karena kandungan protein
daging itu kan tinggi, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Stok sapi kita hanya 13 sekian juta. Di Brasil saja stok sapinya 200 juta. padahal penduduknya cuma 49 juta.
Impor sapi betina produktif, yang
baru saja saya wacanakan, hitungan saya kalau mau kita naikkan konsumsi
daging dari 2,5 kilogram ke 20 kilogram per kapita per tahun kita perlu
stok 60 juta ekor sapi. Sekarang cuma 13,5 juta. Jadi memang harus
dinaikkan stoknya.
Soal bisnis online 70 sampai 75 pesen dikuasai pemain kuat seperti Facebook dan Google. Apakah ada pengaturan khusus?
Ya. Ini kecenderungannya kalau tidak diatur akan membunuh pemain lokal. Jawabannya
akan segera keluar. Kementerian Perdagangan akan menggolkan Rancangan
Undang-Undang Perdagangan. Dari zaman Menteri Rahmat Saleh, 30 tahun
yang lalu, undang-undang ini tidak pernah gol. Dalam RUU Perdagangan ini
salah satu poinnya ada mengenai e-commerce. Selama ini tidak ada kepastian hukum dari e-commerce.
Kalau misalnya beli buku di amazoncom, tidak dikenai pajak. Ini
mematikan dotcom dotcom lainnya karena kan dikenai pajak. Tapi kalau
Facebook, amazon.com, Twitter, e-bay tidak ada pajak. Nah, RUU Perdagangan ini akan memayungi kepentingan kita untuk mengambil sikap fiskal terhadap kompetitor. Insya Allah, akhir bulan ini akan diketok di DPR.
RUU
Perdagangan semangatnya, pertama, menghormati kerangka kesepakatan
perdagangan sebelumnya. Kalau kita ada perdagangan bebas dengan ASEAN
dan segalanya, kita tidak akan mengobok-obok. Kedua, kita mendukung
industri dalam negeri.
Ketiga,
kita sangat mendukung perlindungan konsumen. Jangan sampai
sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung formalin, dimakan oleh
anak-anak kita. Juga mainan yang gampang terbakar yang dibuat oleh luar
negeri. Keempat, adalah e-commerce. Ini yang satu-satunya futuristik. Bagaimana supaya bisa memberikan perlindungan kepada pelaku usaha lokal.
Kementerian
Perdagangan kapan akan menerbitkan Permendag tentang ekspor? Pemerintah
telah mengeluarkan larangan tentang ekspor tambang mentah. Kalau sudah
ada PP-nya, bagaimana Permendagnya dan kapan keluar?
Jadi
kita harus tegap dan tegar terhadap hilirisasi. Masa depan harus
tercermin dalam kapasitas kita dalam ekspor barang-barang yang telah
diproses. Itu value added tinggi sekali. Di pipe line ini banyak yang sudah bangun smelter. Mereka mengejar supaya bisa ekspor.
Tentang
konvensi capres Demokrat, Anda masih ingin terus berkompetisi padahal
survei hasil menunjukkan elektabilitas Anda lebih rendah dari Dahlan
Iskan?
Ya. Memang rendah banget. Saya akui. Tapi
saya punya kepercayaan bahwa lembaga survei tidak selalu benar. Survei
itu tidak memotret golput. Saya lihat golput itu bisa 35-40 persen
selama ini. Kenapa tinggi? Supply pemimpin kurang appealing.
Tapi
kalau saya lihat fenomena sosial media, pengikut saya cukup signifikan
meningkat dalam dua bulan terakhir ini. Di Facebook fans sudah lebih
dari 1,1 juta. Awal November baru 3 ribuan. Di Twitter follower sudah
ada 430 ribu. Ini juga kalau saya perhatikan, banyak yang muda, cewek
juga banyak. Saya bisa merasakan komunikasi batinnya bahwa mereka inilah
yang selama ini golput. Tapi saya tidak tahu. Biar Yang Di Atas
menentukan semua ini dan rakyat. Kami ikhtiar saja semaksimal mungkin
sampai titik konvensi. Kalau belum diperkenankan, ya belum
diperkenankan. Tapi, saya menghormati opini survei-survei yang ada.
Masih percaya dengan konvensi Demokrat atau ada opsi jadi capres partai lain?
Tidak ada. Saya berteman dengan keluarga pak Ical, bu Mega, dan pimpinan partai lainnya. Tapi saya tidak ada deal-deal
dengan siapa pun. Saya untuk sementara ini mengikuti ini dan saya
komitmen untuk menang di konvensi. Tapi saya yakin kalau saya berikhtiar
saya akan menang di konvensi. Intinya saya harus berikhtiar dan
berdoalah.
Saya
percaya bahwa konvensi ini yang paling demokratis. Ini satu-satunya
mekanisme yang menyajikan pilihan yang bermutu. Ada 11 orang peserta dan
disodorkan kepada 250 juta rakyat. Jadi masyarakat tinggal memilih.
Jujur saja, ini satu-satunya yang available kan untuk kader muda dan mungkin punya keinginan untuk berkecimpung dalam proses politik.
Anda
pernah menyatakan bahwa kabinet sebaiknya tidak boleh ada orang dari
parpol. Ini berdasarkan kondisi saat ini menteri-menteri sudah sibuk
untuk urusan pemilu. Bagaimana dengan Anda yang sibuk di konvensi?
Saya
percaya selama empat tahun terakhir ini mungkin kurangnya koordinasi
satu dengan yang lain karena nuansa politik yang kental. Sulit bagi
seorang menteri disuruh mengurusi urusan teknis 100 persen, di sisi lain
harus urus umbul-umbul dan katering untuk acara partai. Saya percaya
bahwa kepemimpinan ke depan, harus dikelilingi teknokrat sebanyak
mungkin untuk kepentingan teknis, apalagi untuk kementerian teknis yang
sifatnya di hulu.
Bagaimana komentar Anda soal dianggap sebagai antek neolib?
Adakah yang bisa menjelaskan kepada saya arti neolib? Saya mendekatkan diri ke
rakyat lewat jembatan komunikasi yang lumayan bagus. Kedua, golputnya
dirangkul. Mungkin sekarang mereka belum lihat yang sosok yang appeal. Ketiga, policy saya cukup sangat pro rakyat selama ini.
Saya Menteri Perdagangan yang mengeluarkan peraturan yang membatasi minimarket 150 outlet, saya membatasi restoran franchise 250 outlet. Saya
Menteri Perdagangan pertama yang melarang ekspor bahan baku rotan
karena ratusan ribu pekerja di Cirebon di-PHK akibat mereka tidak bisa
mendapatkan bahan bakunya di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Tapi,
sejak policy itu dikeluarkan awal tahun 2012, lebih dari seratus ribu
lapangan tersedia kerja di Cirebon dan di kota-kota lainnya di
Indonesia.
Saya
Menteri Perdagangan pertama yang mengeluarkan peraturan di mana 80
persen produk dijual di retail modern harus di dalam negeri. Saya
Menteri Perdagangan pertama yang mengeluarkan Peraturan Menteri di mana
ekspor timah kita mengacu ke bursa timah kita harus mengacu ke bursa di
Indonesia, bukan ke London. Kenyataannya Indonesia adalah pengekspor
terbesar kedua di dunia, kenapa harus harus mengacu ke London Metal
Exchange.
Bukti
nyata, harga timah di bursa berjangka Indonesia US$23.100 per ton,
sedangkan di London Metal Exchange cuma US$21.000 per ton. Per ton ini
bedanya 2.100 dolar. Menurut saya ini untuk kesejahteraan rakyat. Ini
kebijakan yang menggunakan harga bursa kita dan ekspor timah September
di atas 80 ribu ton. Yang begini-begini menurut saya sih kalau masih
dibilang neolib, mungkin kita harus segera diskusi lagi. Itu saja
sebagai bahan pertimbangan.
Dan
hasil WTO Bali itu Anda bisa lihat hasilnya sangat pro rakyat. Setiap
negara miskin dan berkembang punya hak veto. Kalau mereka tidak happy dengan kesepakatannya, mereka tidak akan tinggalkan Bali.
Tapi WTO kurang mencuat beritanya ya?
Saya
itu sudah bilang ke seluruh dunia. Seminggu sebelumnya, ada 20 sampai
30 pemred saya undang. Tapi itu mereka kelihatannya memang sudah
pesimis. Omongan merekam ini ibarat jenazah dibawa dari Jenewa. Tapi
saya tidak begitu pandangannya, ini ibarat orang pingsan yang masih bisa
dibangunkan lagi. Dan kenyataannya kan bangun lagi, setelah 18 tahun.
Setiap
hari di Bali waktu itu ada media briefing. Tapi ratusan kursi
disediakan, yang datang itu bule-bule dari Pakistan, India, Afrika,
Amerika Latin. Indonesia? Paling yang kelihatan hanya beberapa.
Padahal
ada isu paling mengena, kita bisa kenakan tarif sampai 60 persen untuk
produk pertanian impor. Ini proteksi untuk para petani.
Anda
kan seorang menteri dan juga peserta konvensi, bagaimana dengan
dukungan dari keluarga? Ada pembagian khusus waktu dengan keluarga di
tengah kesibukan Anda?
Alhamdulillah,
waktu di awal itu selamat waktunya untuk konsultasi dan konsolidasi.
Mereka lebih penuh dengan keikhlasan dan menghormati proses.
Weekend Sabtu-Minggu saya dengan anak saya olah raga. Atau paling kita ke mal saja. Kalau ke pasar weekdays. Seminggu 2-3 kali lah cek harga pasar. Dulu, cek harga saham, sekarang saya cek harga cabai dan sebagainya. Hahaha…
Soal agenda konvensi. Bagaimana cara Anda untuk membagi waktunya?
Untuk debat? Mampu. Kita tanggal 21 dan 23 itu juga malam jam 7-9.
Saya
sih benar-benar ingin jadi pemimpin berdasarkan 3. Tesis utamanya dari
rakyat ke rakyat. Tiga hal yang nyambung ke tesis itu adalah: Pertama,
Bagaimana pemimpin bisa lebih mendengar suara rakyat. Kedua, Bagaimana
kita bisa urun rembuk bersama rakyat, bukan hanya turun tangan saja.
Tapi, mencari jawabannya bersama rakyat dan ada solusi. Ketiga, Jangan
sampai ada yang tertinggal, terpinggirkan, atau minoritas, Semuanya
harus inklusif. Kalau kita membicarakan kenaikan kesejahteraan lahir dan
batin, ini harus semuanya.
Ini
komitmen saya dan itu adalah pesan yang ingin saya sampaikan dan ini
akan jadi muara kepentingan debat. Ini akan bisa dikupas apakah untuk
kepentingan sosial, budaya, keamanan, hukum. Ujung-ujungnya pertama,
kepentingan rakyat terjawab. Harga jengkol, kedelai, sapi, itu
terjangkau. Fasilitas pendidikan, kesehatan itu terjangkau.
Kedua,
Dalam arti kita, bangsa kita, dalam konstruksi geopolitik, harus bisa
dirasakan rakyat. Jangan sampai kita sebagai negara demokrasi terbesar
ketiga di dunia, populasi terbesar nomor empat di dunia, negara
termiskin terbesar di dunia, perekonomian terbesar 15 di dunia tidak
dimanfaatkan untuk kepentingan kita. Yang selalu saya ceritakan adalah
relevansi kita dalam konstruksi geopolitik, itu harus tercermin dalam
kapasitas kita mempengaruhi saudara kita di Palestina, masalah Laut
China Selatan, selat Hormus, mempengaruhi apa pun di dunia.
Saya yakin di abad 21 ini kita punya kesempatan dahsyat untuk jadi middle power, kekuatan tengah yang bisa melakukan dua hal.
Pertama, menjembatani deficit shock power antara negara Timur Tengah dan Amerika Serikat.
Kedua,
kekuatan tengah yang bisa menjembatani dua perekonomian besar di dunia,
yaitu Tiongkok dan Amerika Serikat. Saya lihat kita itu pilihan peran
netral untuk jembatani Tiongkok dan Amerika Serikat yang akan menjadi
perekonomian terbesar selama 30-50 tahun ke depan.
Kenapa?
Karena Tiongkok sejarahnya dengan Jepang dan Korea Selatan kurang
indah. Dan Jepang dengan Korea Selatan juga punya sejarah yang indah
dengan Amerika Serikat. Jadinya, diperlukan peran yang netral, secara
geografis dan geopolitik. Indonesia harus berperan di situ karena akan
memenuhi aspirasi rakyat kalau kita bisa meningkatkan relevansi
geopolitik. Nah ini siapa yang akan dicari pemimpin ke depan. Itu alasan
saya mengikuti konvensi.
Kritikan internal Demokrat mengenai Anda ikut konvesi capres?
Secara langsung tidak ada.
Tanggapan dari SBY?
Dia
yang mengajak saya secara langsung. Pembicaraan pertama dan kedua saya
tidak terlalu respon. Tapi, setelah beberapa kali diajak, akhirnya saya
bilang: gini-gini saya harus konsolidasi sama keluarga, Pak.
Akhirnya, saya duduk sama istri, anak, ibu, dan mertua. Setelah
konsolidasi baru saya confirm, ok. Jadi saya siap, ikhlas, dan ikhtiar.
Bukankah Anda sempat mau mundur?
Betul.
Mundur dari Mendag. Saya sampaikan dua kali ke Presiden. Pertama, waktu
itu saya mau masuk ke konvensi, saya bilang ke beliau, pak, kalau
begini, saya mau fokus. Saya tidak mau realita ada benturan kepentingan.
Saya seakan-akan menggunakan anggaran sebagai menteri dan saya juga
ikut konvensi. Tapi Presiden minta saya terus saja.
Saya
percaya bahwa siapa pun yang menang di konvensi itu berpengaruh
terhadap elektabilitas populernya Partai Demokrat, bisa positif, netral,
dan negatif. Tergantung rakyat melihat bagaimana sosok peserta
konvensi.
Jika Anda terpilih sebagai capres di konvensi, apakah bisa memberikan pengaruh elektabilitas besar?
Insya Allah.
Saya rasa generasi muda kita ini haus dengan kepemimpinan yang bisa
bikin kita lepas landas dan terbang. Saya sih yang tidak bangga kalau
bisa lihat kejayaan kita. Yang paling nyata. Kejayaan kita itu apa sih?
Di sini ada yang pakai handphone buatan dalam negeri? Kejayaan kita, menurut saya, semuanya pakai handphone
buatan Indonesia. Kejayaan kita adalah kebutuhan kita untuk pendidikan,
kesehatan, dan segala macam, itu harganya terjangkau. Simpel.
Ya jangan sampai, kita hanya bisa sekedar bukin handphone. Tapi kita buat handphone yang lebih bagus dan lebih murah dari handphone yang dibuat di China. Sekarang produk Samsung, Apple, dan Blackberry sudah dibuat di China.
Apakah Anda akan fokus menjadi capres saja? Tapi jika ada yang meminta Anda jadi orang kedua bagaimana?
Saya sekarang fokus untuk memenangi konvensi dan konvensi itu untuk pemilihan capres. Insya Allah.