Wacana
menggabungkan partai Islam untuk membentuk Poros Tengah Jilid II mulai
muncul. Ide menghidupkan lagi Poros Tengah ini mencuat seiring
meningkatnya konstelasi politik paska pemilihan umum legislatif dan
menjelang pemilihan presiden yang akan digelar Juli nanti. Poros Tengah
pernah digagas Amien Rais pada pemilu 1999 lalu.
Seperti
diketahui, dari hasil hitung cepat lembaga survei tidak ada partai yang
sanggup mendulang suara 20 persen. Dari hasil ini dipastikan juga bahwa
tidak ada partai politik yang dapat mengajukan calon presiden dan calon
wakil presiden secara mandiri.
Sejumlah pertemuan elit politik
pun digelar, termasuk dari kalangan partai Islam, yang kemudian memicu
munculnya wacana Poros Tengah Jilid II. Misalnya saja pertemuan Ketua
Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali dengan bakal
calon presiden yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Rhoma
Irama, beberapa waktu lalu. Suryadharma bahkan membenarkan bahwa maksud
pertemuan itu antara lain untuk membahas koalisi Poros Tengah.
Pertemuan
itu, kata dia, bakal digelar kembali. Meski akan menggalang kekuatan
partai Islam, tapi menurut Suryadharma, Poros Tengah Jilid II terbuka
juga bagi partai-partai lain. SDA optimistis koalisi Poros Tengah dapat
mengusung calon presiden alternatif.
"Saya yakin bisa ada Poros
Tengah biasa atau Poros Tengah Plus seperti dua periode belakangan,"
kata Suryadharma di kantor Dewan Pimpinan Pusat PPP, Jakarta, Selasa 15
April 2014.
Rhoma Irama mengamini ucapan SDA. Koalisi partai
Islam, kata dia, sangat terbuka. Bahkan, koalisi partai Islam juga
terbuka bagi partai nasionalis. Sebelumnya, Raja Dangdut itu juga telah
bertemu dengan Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional
(PAN). Ada respons baik dari kedua partai itu, kata Rhoma.
PKS
menyatakan kesiapannya menggalang kekuatan partai Islam maupun partai
yang berbasis massa Islam untuk menghadapi pemilihan presiden pada 9
Juli 2014. Kesiapan tersebut dikemukakan oleh anggota Majelis Syuro PKS,
Refrizal. "Kami siap untuk menjadi konsolidator," katanya.
Menurut
Refrizal, bila suara partai Islam dan berbasis Islam digabungkan maka
hasilnya akan lebih besar dibanding perolehan suara partai-partai yang
berada di peringkat tiga besar.
Namun, Ketua Fraksi PKS Hidayat
Nur Wahid menyampaikan kalau partainya tetap membuka komunikasi dengan
partai lain. PKS saat ini sedang menjalani komunikasi dengan PDIP,
Gerindra, dan Golkar. Tapi siapa yang akan menjadi mitra koalisi
diputuskan Majelis Syuro PKS. Begitu juga nasib tiga kandidat calon
presiden PKS.
Tetapi Anggota Komisi Pertahanan DPR itu tetap
yakin terbentuknya Poros Tengah yang terdiri dari partai-partai Islam
mungkin saja terjadi pada periode pemerintahan mendatang. Poros Tengah,
kata dia, bisa terjadi jika partai telah mengetahui perolehan suara yang
dikeluarkan resmi Komisi Pemilihan Umum.
"Terjadinya Poros
Tengah sangat terbuka. Kita mendukung, tapi itu tidak boleh diartikan
telah terjadi tim poros idealisme karena partai islam juga bagian yang
konstitusional di Indonesia," katanya.
PKS sendiri mempersilakan
Partai Kebangkitan Bangsa untuk memprakarsai terbentuknya poros Islam
jilid II itu. Sebab, berdasarkan hitung cepat, PKB ada di urutan
tertinggi dari partai Islam lainnya.
"Sekarang ini kalau merujuk
pada quick count, suara tertinggi partai Islam merujuk pada PKB,
karenanya saya mengusulkan agar PKB mengambil prakarsa atau inisiatif,"
katanya.
Krisis Sosok Kuat
PKB dalam
hitung cepat memperoleh suara sekitar 9 persen. Sementara partai
bernuansa Islam lainnya, seperti PAN mendapatkan sekitar 8 persen, PPP
sekira 7 persen dan PKS sekitar 7 persen. Jika membentuk Poros Tengah,
jumlah suara yang terkumpul lebih dari 30 persen, lebih dari cukup untuk
mengusung capres sendiri. Tapi permasalahannya, belum ada sosok capres
yang dianggap cukup kuat yang bisa mewakili gabungan partai ini.
Apalagi,
beberapa partai terang-terangan tidak setuju dengan wacana ini. Partai
Amanat Nasional (PAN) misalnya, secara tegas sudah menolak ajakan untuk
menggalang koalisi partai-partai Islam. Ketua Umum Partai Amanat
Nasional, Hatta Rajasa bahkan tak mau menggunakan lagi istilah Poros
Tengah untuk menyebut kumpulan partai tengah yang berkoalisi.
Menurutnya, Poros Tengah itu istilah yang digunakan di masa lalu.
"Kondisinya sangat berbeda dan sudah tidak relevan lagi," kata Hatta di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu 16 April 2014.
Menurut
Hatta, partainya tidak menutup kemungkinan bekerjasama dengan
partai-partai tengah itu lagi meskipun dengan nama yang berbeda. Dia
juga menyadari jika partai-partai tengah itu kembali berkoalisi, maka
bisa membentuk kekuatan baru. Namun, Hatta belum menutup kesempatan
untuk berkomunikasi dengan partai-partai lain. PAN saat ini sedang
mendekati Gerindra, PDIP dan Demokrat.
"Biarkan saja
partai-partai melakukan pendekatan koalisi, jangan terkotak-kotak yang
membuat kita tersekat-sekat untuk membuat bangsa itu bersama-sama,"
katanya.
Menurut politisi PAN, Nasril Bahar, koalisi yang akan
dilakukan partainya tujuannya untuk kepentingan nasional, bukan
kepentingan kelompok tertentu. Apabila koalisi dibangun dengan
menggunakan kekuatan Islam, maka hal tersebut justru akan merugikan PAN.
Sebab partainya telah diterima semua golongan, termasuk di luar
kelompok Islam.
Poros tengah adalah kekuatan politik
partai-partai Islam yang eksis pada tahun 1999. Saat itu himpunan partai
politik Islam yang terdiri dari PPP, PAN, PKB, PK dan PBB, mengusung
Abdurrahman Wahid dalam pemilihan presiden yang dipilih oleh MPR dalam
Sidang Umum MPR tahun 1999 dan sukses dalam pemilihan presiden.
Keinginan
membentuk kembali Poros Tengah Jilid II bisa jadi dilandasi pikiran
bahwa kondisi saat ini seperti suasana Pemilihan Presiden pada 1999.
Poros Tengah sendiri digagas Amien Rais yang menjabat sebagai Ketua
Majelis Pertimbangan PAN.
Soal Poros Tengah Jilid II ini,
pengamat politik dari LIPI, Profesor Siti Zuhro berpandangan apa yang
terjadi saat ini baru sekadar semangat.
"Semangatnya saja. Baru semangat ketika pemilu 2014 memberikan berkah. Mereka happy
banget. Tapi ini baru menyadarkan mereka semua, kalau mereka bersatu
ada jumlah 32 persen dan bisa dikerjasamakan. Bila terwujud ini tentu
luar biasa," katanya.
Meski begitu, masih banyak hambatan yang
akan dihadapi partai-partai yang bersatu untuk membentuk Poros Tengah.
Hambatan egosektoral dengan orientasi masing-masing partai belum
terlihat bisa diselesaikan.
"Mereka belum selesai dengan orientasi masing-masing. Sub-sub ideologi dan pemimpin yang belum ada menjadi masalah," katanya.
Karena
itu, kesepakatan untuk menetapkan siapa calon yang akan diusung harus
lebih awal diselesaikan agar Poros Tengah benar-benar dapat terbentuk.
Hubungan yang kuat atau chemistry sangat diperlukan agar tidak ada partai yang merasa dikebawahkan.
"Diselesaikan dan harusnya dikonsesikan, bahwa masyarakat diperlihatkan pilihan-pilihan," katanya.
No comments:
Post a Comment