Thursday, 17 April 2014

POROS TENGAH JILID II, APAKAH MUNGKIN?

Warna-warni atribut kampanye Pemilu 2014Wacana menggabungkan partai Islam untuk membentuk Poros Tengah Jilid II mulai muncul. Ide menghidupkan lagi Poros Tengah ini mencuat seiring meningkatnya konstelasi politik paska pemilihan umum legislatif dan menjelang pemilihan presiden yang akan digelar Juli nanti. Poros Tengah pernah digagas Amien Rais pada pemilu 1999 lalu.

Seperti diketahui, dari hasil hitung cepat lembaga survei tidak ada partai yang sanggup mendulang suara 20 persen. Dari hasil ini dipastikan juga bahwa tidak ada partai politik yang dapat mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden secara mandiri.

Sejumlah pertemuan elit politik pun digelar, termasuk dari kalangan partai Islam, yang kemudian memicu munculnya wacana Poros Tengah Jilid II. Misalnya saja pertemuan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali dengan bakal calon presiden yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Rhoma Irama, beberapa waktu lalu. Suryadharma bahkan membenarkan bahwa maksud pertemuan itu antara lain untuk membahas koalisi Poros Tengah.

Pertemuan itu, kata dia, bakal digelar kembali. Meski akan menggalang kekuatan partai Islam, tapi menurut Suryadharma, Poros Tengah Jilid II terbuka juga bagi partai-partai lain. SDA optimistis koalisi Poros Tengah dapat mengusung calon presiden alternatif.

"Saya yakin bisa ada Poros Tengah biasa atau Poros Tengah Plus seperti dua periode belakangan," kata Suryadharma di kantor Dewan Pimpinan Pusat PPP, Jakarta, Selasa 15 April 2014.

Rhoma Irama mengamini ucapan SDA. Koalisi partai Islam, kata dia, sangat terbuka. Bahkan, koalisi partai Islam juga terbuka bagi partai nasionalis. Sebelumnya, Raja Dangdut itu juga telah bertemu dengan Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional (PAN). Ada respons baik dari kedua partai itu, kata Rhoma.

PKS menyatakan kesiapannya menggalang kekuatan partai Islam maupun partai yang berbasis massa Islam untuk menghadapi pemilihan presiden pada 9 Juli 2014. Kesiapan tersebut dikemukakan oleh anggota Majelis Syuro PKS, Refrizal. "Kami siap untuk menjadi konsolidator," katanya.

Menurut Refrizal, bila suara partai Islam dan berbasis Islam digabungkan maka hasilnya akan lebih besar dibanding perolehan suara partai-partai yang berada di peringkat tiga besar.

Namun, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid menyampaikan kalau partainya tetap membuka komunikasi dengan partai lain. PKS saat ini sedang menjalani komunikasi dengan PDIP, Gerindra, dan Golkar. Tapi siapa yang akan menjadi mitra koalisi diputuskan Majelis Syuro PKS. Begitu juga nasib tiga kandidat calon presiden PKS.

Tetapi Anggota Komisi Pertahanan DPR itu tetap yakin terbentuknya Poros Tengah yang terdiri dari partai-partai Islam mungkin saja terjadi pada periode pemerintahan mendatang. Poros Tengah, kata dia, bisa terjadi jika partai telah mengetahui perolehan suara yang dikeluarkan resmi Komisi Pemilihan Umum.

"Terjadinya Poros Tengah sangat terbuka. Kita mendukung, tapi itu tidak boleh diartikan telah terjadi tim poros idealisme karena partai islam juga bagian yang konstitusional di Indonesia," katanya.

PKS sendiri mempersilakan Partai Kebangkitan Bangsa untuk memprakarsai terbentuknya poros Islam jilid II itu. Sebab, berdasarkan hitung cepat, PKB ada di urutan tertinggi dari partai Islam lainnya.

"Sekarang ini kalau merujuk pada quick count, suara tertinggi partai Islam merujuk pada PKB, karenanya saya mengusulkan agar PKB mengambil prakarsa atau inisiatif," katanya.

Krisis Sosok Kuat
PKB dalam hitung cepat memperoleh suara sekitar 9 persen. Sementara partai bernuansa Islam lainnya, seperti PAN mendapatkan sekitar 8 persen, PPP sekira 7 persen dan PKS sekitar 7 persen. Jika membentuk Poros Tengah, jumlah suara yang terkumpul lebih dari 30 persen, lebih dari cukup untuk mengusung capres sendiri. Tapi permasalahannya, belum ada sosok capres yang dianggap cukup kuat yang bisa mewakili gabungan partai ini.

Apalagi, beberapa partai terang-terangan tidak setuju dengan wacana ini. Partai Amanat Nasional (PAN) misalnya, secara tegas sudah menolak ajakan untuk menggalang koalisi partai-partai Islam. Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa bahkan tak mau menggunakan lagi istilah Poros Tengah untuk menyebut kumpulan partai tengah yang berkoalisi. Menurutnya, Poros Tengah itu istilah yang digunakan di masa lalu.

"Kondisinya sangat berbeda dan sudah tidak relevan lagi," kata Hatta di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu 16 April 2014.

Menurut Hatta, partainya tidak menutup kemungkinan bekerjasama dengan partai-partai tengah itu lagi meskipun dengan nama yang berbeda. Dia juga menyadari jika partai-partai tengah itu kembali berkoalisi, maka bisa membentuk kekuatan baru. Namun, Hatta belum menutup kesempatan untuk berkomunikasi dengan partai-partai lain. PAN saat ini sedang mendekati Gerindra, PDIP dan Demokrat.

"Biarkan saja partai-partai melakukan pendekatan koalisi, jangan terkotak-kotak yang membuat kita tersekat-sekat untuk membuat bangsa itu bersama-sama," katanya.

Menurut politisi PAN, Nasril Bahar, koalisi yang akan dilakukan partainya tujuannya untuk kepentingan nasional, bukan kepentingan kelompok tertentu. Apabila koalisi dibangun dengan menggunakan kekuatan Islam, maka hal tersebut justru akan merugikan PAN. Sebab partainya telah diterima semua golongan, termasuk di luar kelompok Islam.

Poros tengah adalah kekuatan politik partai-partai Islam yang eksis pada tahun 1999. Saat itu himpunan partai politik Islam yang terdiri dari PPP, PAN, PKB, PK dan PBB, mengusung Abdurrahman Wahid dalam pemilihan presiden yang dipilih oleh MPR dalam Sidang Umum MPR tahun 1999 dan sukses dalam pemilihan presiden.

Keinginan membentuk kembali Poros Tengah Jilid II bisa jadi dilandasi pikiran bahwa kondisi saat ini seperti suasana Pemilihan Presiden pada 1999. Poros Tengah sendiri digagas Amien Rais yang menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PAN.

Soal Poros Tengah Jilid II ini, pengamat politik dari LIPI, Profesor Siti Zuhro berpandangan apa yang terjadi saat ini baru sekadar semangat.

"Semangatnya saja. Baru semangat ketika pemilu 2014 memberikan berkah. Mereka happy banget. Tapi ini baru menyadarkan mereka semua, kalau mereka bersatu ada jumlah 32 persen dan bisa dikerjasamakan. Bila terwujud ini tentu luar biasa," katanya.

Meski begitu, masih banyak hambatan yang akan dihadapi partai-partai yang bersatu untuk membentuk Poros Tengah. Hambatan egosektoral dengan orientasi masing-masing partai belum terlihat bisa diselesaikan.

"Mereka belum selesai dengan orientasi masing-masing. Sub-sub ideologi dan pemimpin yang belum ada menjadi masalah," katanya.

Karena itu, kesepakatan untuk menetapkan siapa calon yang akan diusung harus lebih awal diselesaikan agar Poros Tengah benar-benar dapat terbentuk. Hubungan yang kuat atau chemistry sangat diperlukan agar tidak ada partai yang merasa dikebawahkan.

"Diselesaikan dan harusnya dikonsesikan, bahwa masyarakat diperlihatkan pilihan-pilihan," katanya.

No comments:

Post a Comment