Riuh tepuk tangan terdengar ketika seorang pria paruh baya muncul di atas panggung di acara “Google Zeitgeist” di Inggris, pertengahan Mei 2012 lalu. Dengan penampilan serba santai--hanya mengenakan kaos oblong dibalut blazer--pria itu langsung menyapa audiens.
Ada yang tak biasa dari penampilannya. Sorot mata hadirin justru tertuju pada kacamata yang dia kenakan.
Pria itu adalah pendiri sekaligus CEO Google, Larry Page.
Tahu perhatian tertuju ke kacamatanya, Larry langsung berkomentar. "Ini Google Glass. Masih dalam tahap pengembangan awal memang, namun saya sungguh senang bisa memiliki satu," kata dia seperti dilansir TechRadar.
Ini merupakan kedua kalinya kacamata berdesain tak biasa itu dipamerkan ke publik. Sebelumnya, pendiri Google Sergey Brin telah memakainya ke sebuah acara amal di San Fransisco, satu bulan sebelumnya.
Belum banyak informasi tentang kacamata itu. Namun, kehadirannya telah jadi buah bibir di dunia maya dan diperkirakan akan menjadi salah satu terobosan teknologi paling ditunggu pada tahun 2013. Foto-foto hingga video demonya telah beredar luas, hingga akhirnya Google Glass dipamerkan secara resmi di depan para pengembang aplikasi di Konferensi Google I/O 2012 di San Fransisco, Amerika Serikat, 27 Juni 2012. Di forum ini Brin mengatakan smart glasses atau kacamata pintar ini masih berupa prototipe, belum siap menjadi produk konsumen, dan karena itu belum diperjualbelikan secara bebas.
Kacamata ini dirancang dengan motivasi yang sama seperti halnya setiap proyek baru Google: mengubah fiksi ilmiah menjadi realitas. Google menyatakan kacamata ini bisa melakukan banyak hal sekaligus (multi-tasking) layaknya sebuah ponsel pintar. Dikontrol dengan suara, Google Glass bisa digunakan untuk melakukan pencarian online, mengirim dan menerima email, serta melakukan navigasi arah. Tak cuma itu, ia bisa pula dipakai untuk chat-video. Dan, ya, semua aktivitas itu akan muncul di lensa kacamata, tepat di depan mata penggunanya.
Seperti perangkat cerdas pada umumnya, kacamata pintar Google dibekali dengan prosesor, memori internal untuk menyimpan data, mikrofon untuk mengirim dan menerima pesan suara, speaker pada bingkai sebelah kanan, dan radio ganda untuk komunikasi data Internet.
Desainnya sendiri sangat futuristik. Bingkainya terbuat dari titanium, sehingga sangat ringan ketika dikenakan. Kacamata ini memproyeksikan gambar dan data virtual secara langsung ke mata penggunanya, dengan menerapkan teknologi augmented reality (AR). Ia juga dibekali kamera yang dapat memotret dan merekam video tanpa sentuhan tangan.
Augmented reality adalah teknologi yang bisa menipiskan batas antara apa yang nyata dan apa yang dihasilkan komputer, sehingga kita dapat melihat, mendengar, merasa dan mencium melaluinya. Ketika Anda membaca Koran, misalnya, dengan teknologi augmented reality koran tersebut tidak hanya menampilkan tulisan dan foto, tetapi juga video dan suara.
Menurut blogger Google Seth Weintraub, kacamata tersebut menggunakan LCD transparan atau tampilan AMOLED, yang akan menampilan keseluruhan informasi di depan bola mata Anda. Untuk itu pengguna dibantu oleh kamera, GPS, speaker. Jadi, Anda hanya cukup memiringkan kepala, menengok, dan menyuarakan perintah untuk mengontrol fungsi kacamata; apakah untuk searching, mengirim email, atau merekam video.
Di sebuah ulasan Harian The New York Times, Google Glass dilukiskan akan berbasis Android, memiliki koneksi 3G atau 4G, dan bisa tersambung ke smartphone melalui koneksi Wi-Fi atau bluetooth.
Yang disodorkan Project Glass—nama proyek pengembangan Google Glass--adalah sebuah gebrakan di dunia teknologi dunia. Itu kata kelompok yang menyambutnya penuh semangat: bahwa sebentar lagi kita akan hidup di era fiksi ilmiah masa depan!
Tapi, buat mereka yang pesimistis, piranti ini cuma akan berakhir sebagai vapourware--produk yang gegap-gempita diumumkan akan diluncurkan ke publik, namun pada akhirnya akan ditarik atau sama sekali batal diluncurkan.
Beberapa malah menuding motif Google sebetulnya hanya ingin menarik perhatian lebih para pengguna Internet terhadap iklan-iklan mereka. Kalangan ini beranggapan iklan pop-up yang muncul pada laman web saja sudah cukup menyebalkan, dan apa jadinya jika advertensi model itu menyodok langsung mata Anda.
Dari sisi teknologi, ada yang menyoroti kendala yang bakal dihadapi. Menurut Blair MacIntyre, Direktur Augmented Environments Lab di Georgia Tech, augmented reality tidak bakal bisa dijalankan dengan tampilan seperti pada Google Glass. Peneliti MIT Media Lab, Pranav Mistry, juga mengamini bahwa layar yang teramat kecil tidak akan dapat memberikan sensasi seperti yang dipertontonkan di video demo Google Glass.
"Ada beberapa kendala engineering, seperti membuat layar yang bisa bekerja dalam gelap atau saat diterpa cahaya matahari. Itu sangat sulit dan teknologi display portabel tidak menawarkan pemfokusan dinamis yang dapat menghantarkan tampilan yang bersih dan sempurna," katanya.
Google sendiri telah memilih lima jurnalis untuk manjajal langsung kacamata tersebut. Oleh Sergey Bin, di kaca mata mereka hanya diputarkan sebuah video kembang api.
"Kualitas video demo kembang api tak terlalu bagus. Wajar saja, ini adalah kacamata prototipe. Lensanya ada di depan mata kanan. Telinga kanan saya dapat menangkap suara dengan jelas," kata Peter Ha, wartawan TechCrunch.
Ketika menolehkan kepala, kacamata itu memang menawarkan pengalaman augmented reality; yang menggabungkan objek nyata dengan objek virtual secara real time. Saat ada notifikasi pesan masuk yang berbunyi “ding”, maka pengguna kacamata harus memiringkan kepalanya sampai pesan keluar dan bisa dibaca.
Diburu produsen film porno
Semua kritik itu tidak menyurutkan ambisi Google. Mereka optimistis kacamata pintar ini bakal jadi ladang uang baru. Google Glass sudah dijual dengan harga US$1.500, sekitar Rp14,5 juta, kepada para pengembang aplikasi (developer) yang menghadiri acara Google I/O 2012. Google baru akan mengirimkan kacamata ini kepada para developer yang memesannya pada awal tahun 2013.
Semua kritik itu tidak menyurutkan ambisi Google. Mereka optimistis kacamata pintar ini bakal jadi ladang uang baru. Google Glass sudah dijual dengan harga US$1.500, sekitar Rp14,5 juta, kepada para pengembang aplikasi (developer) yang menghadiri acara Google I/O 2012. Google baru akan mengirimkan kacamata ini kepada para developer yang memesannya pada awal tahun 2013.
Yang sudah pasti, minat bukan datang dari kalangan developer. Google Glass ternyata kencang diburu banyak studio film porno. Dilansir harian Daily Mail, studio film porno Pink Visual yang terkesima dengan teknologi yang ditawarkan Google Glass, menyatakan memiliki ide baru untuk membuat kategori baru film panas dengan memanfaatkan kacamata tersebut.
"Ini merupakan perangkat yang memudahkan kami merekam video berkualitas tinggi tanpa tangan dan membuat proses perekaman POV (Point of View) menjadi makin mudah," kata juru bicara Pink Visual, Quenin Boyer.
Melihat respons positif dari pasar dan potensi yang begitu besar, Microsoft dan Apple pun tak mau kalah. Mereka sedang mengembangkan produk serupa untuk menyaingi Google Glass.
Dilaporkan BBC, paten Microsoft yang didaftarkan di Amerika Serikat menunjukan tampilan sebuah kacamata pintar. Dalam ilustrasinya, kacamata itu tampak bisa menampilkan informasi para pemain bisbol di lapangan. Paten itu sudah didaftarkan sejak Mei 2011, namun baru kali ini ditampilkan dengan cukup jelas. Salah satu kecanggihannya, kacamata ini bisa menampilkan informasi langsung sebuah acara secara live. Diperkirakan, pengguna dapat mengontrol kacamata tersebut dengan berbagai cara. Salah satunya dengan perintah suara atau bahkan cukup dengan menggerakkan mata.
Menurut Nitin Bash, analis senior di lembaga riset Juniper, kacamata pintar semacam ini akan menjadi faktor pendorong utama pasar komputer di akhir tahun 2014 sampai 2017.
Selain Microsoft, Apple juga disebut-sebut sedang mengembangkan perangkat serupa. Apple diyakini tengah menggarap kacamata futuristik semacam Google Glass. Kabarnya, Apple bahkan telah lebih dulu mendaftarkan paten di seputar teknologi mutakhir ini. Lembaga paten AS pekan lalu melansir Apple telah menggelar serangkaian uji coba atas seperangkat kacamata berteknologi augmented reality.
Selain Microsoft, Apple juga disebut-sebut sedang mengembangkan perangkat serupa. Apple diyakini tengah menggarap kacamata futuristik semacam Google Glass. Kabarnya, Apple bahkan telah lebih dulu mendaftarkan paten di seputar teknologi mutakhir ini. Lembaga paten AS pekan lalu melansir Apple telah menggelar serangkaian uji coba atas seperangkat kacamata berteknologi augmented reality.
Diberitakan Los Angeles Times, kacamata Apple menampilkan data dan informasi di LED kecil pada kacamata mereka. Jika Google Glass menampilkan informasi hanya di lensa kanan, kacamata Apple menampilkannya di dua sisi lensa.
Tahun 2013 tampaknya akan menjadi tahun perang teknologi smartglasess.
No comments:
Post a Comment