Saturday, 3 November 2012

Perubahan Iklim dan Keganasan Topan Sandy

Hanya melintas dalam hitungan jam, Topan Sandy membuat negara semaju Amerika Serikat kalang kabut. Lebih dari 90 orang tewas, kerugian mencapai angka fantastis US$50 miliar. 

Sebanyak 8 juta warga hidup tanpa listrik, ratusan ribu orang harus dievakuasi, lebih dari 15.000 penerbangan dibatalkan. Pabrik, toko, dan rumah sakit tutup. Pusat kota Manhattan gelap, sunyi, porak-poranda, dan terendam air. 

Seperti dilaporkan BBC, hingga Jumat 2 November 2012, penduduk Pantai Timur AS menderita kekurangan bahan bakar, rusaknya sistem transportasi, dan ketiadaan listrik. 

Perselisihan hingga  perkelahian terjadi di sejumlah SPBU di New York dan New Jersey. Orang-orang berebut bahan bakar. Sementara perusahaan pembangkit memperingatkan, listrik mungkin tak bakal tersedia hingga 11 November mendatang. 

Walikota New York Michael Bloomberg, yang menyaksikan sendiri kehancuran kota yang ia pimpin, menghubungkan bencana itu dengan pemilihan presiden AS. Ia menyebut, Sandy menghangatkan kembali isu perubahan iklim. Dukungan pun ia berikan pada satu-satunya kandidat yang melihatnya sebagai masalah penting: Barack Obama. 

Menurut Bloomberg, Obama telah mengambil langkah penting untuk mengurangi konsumsi karbon. Dibandingkan penantangnya Mitt romney. "Iklim kita sedang berubah," kata Bloomberg dalam sebuah artikel Bloomberg View, seperti dimuat Reuters 2 November 2012. "Dan sementara cuaca ekstrem yang kami alami di New York dan seluruh dunia mungkin adalah dampak dari perubahan iklim." 

Senada, Gubernur New York, Andrew Cuomo menegaskan, "Mereka yang mengatakan tak ada perubahan dalam pola cuaca saat ini, sedang mengingkari kenyataan."

Apa hubungan antara Sandy dengan perubahan iklim?

Banyak ilmuwan muncul dan mendukung hipotesis bahwa Sandy mengganas dan menerjang apapun yang ia lewati tanpa ampun, terkait dengan perubahan iklim. 

Salah satunya adalah laporan yang dikeluarkan Komisi Iklim Australia, yang mengatakan Topan Sandy menjadi lebih besar, lebih ganas, dan lebih merusak akibat pemanasan global yang dipicu ulah manusia. 

Yakni, pembakaran bahan bakar fosil memberikan kontribusi material terhadap kondisi atmosfer yang memperbesar dan menyokong terjadinya badai dahsyat. Demikian laporan Komisi Iklim seperti dimuat Sydney Morning Herald

Sandy, siklon tropis terbesar menerjang Pantai Timur AS, menyebabkan kerusakan dalam skala luas di Karibia dan AS. Membunuh 162 orang secara keseluruhan. 

Ada tiga faktor kunci yang membuatnya menjadi petaka: permukaan air laut yang naik 20 centimeter dalam seabad terakhir, kelembaban udara sekitar 5 persen di atas level pra-industri. Juga permukaan laut yang makin panas. 

"Semua bukti menunjukkan, perubahan iklim memperparah tingkat keganasan  Sandy," demikian ujar laporan tersebut. 

Sementara data Badan Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA) mengatakan suhu permukaan perairan Atlantik, di mana Sandy menarik energinya, 3 sampai 5 derajat lebih tinggi dari rata-rata. 

Ketua Panel Penasehat Komisi Iklim,  Matthew  England mengatakan, udara dan permukaan laut yang lebih panas, memicu badai yang lebih parah. "Pertanyaan yang tepat bukan 'apakah Sandy disebabkan perubahan iklim?', melainkan 'apakah ia dipengaruhi perubahan iklim." 

Analoginya seperti seorang perokok berat menderita kanker paru-paru. Tak bisa lantas dikatakan kebiasaannya itu menyebabkan kanker, mungkin saja itu karena ia tinggal di kota dengan kualitas udara rendah. 

Meski penyebabnya sulit dijabarkan. "Namun kita tahu pasti seseorang yang merokok akan lebih berpotensi menderita kanker." 

Profesor England mengatakan, bagaimana perubahan iklim mempengaruhi masa depan dipengaruhi keputusan yang kita buat hari ini terkait pembakaran bahan bakar fosil dan aktivitas lain yang meningkatkan gas rumah kaca di atmosfer.  "Di masa depan, badai dan topan seperti Sandy dan siklon tropis Yasi akan lebih sering terjadi, kecuali ada upaya menyetabilkan level karbondiosida di atmosfer, ke tingkat aman."

Dengan kata lain, Sandy menguak fakta pahit masa depan suram umat manusia. Apalagi jika tak ada perbaikan yang dilakukan. 

No comments:

Post a Comment