Manajemen PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) meluruskan pemberitaan yang menyebutkan bahwa perusahaan itu akan menjual kepemilikannya di stasiun televisi ANTV. Selain ANTV, kelompok VIVA memiliki sejumlah perusahaan media lain seperti Viva.co.id, Gonla.com TVOne dan tengah mengembangkan stasiun televisi SportOne, danVivaSky, sebuah saluran tivi berbayar.
“Pemberitaan tersebut sangat menyesatkan. Kami klarifikasi berita tersebut tidak benar sama sekali. Sumber berita tersebut sangat tidak akurat dan cukup menyesatkan,” kata Sekretaris Perusahaan VIVA, Neil Tobing, di Jakarta, Selasa 27 November 2012.
Menurut Neil, isu tersebut jelas sangat merugikan perusahaan yang kini tengah berkembang itu. Sebab, Grup VIVA telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga saham yang terus naik. Berita itu bisa menimbulkan reaksi serta gejolak negatif dari publik dan pasar. Hingga sesi siang, saham grup yang berkode VIVA itu memang sempat turun Rp20 (3,2 persen) menjadi Rp600, tapi sore hari harga saham itu kemudian naik lagi ke Rp640.
Manajemen Grup VIVA meminta Jakarta Globe, media yang menulis berita yang belum jelas tersebut, untuk memberi klarifikasi dan meminta maaf. Tapi petinggi Grup VIVA belum berpikir untuk menempuh langkah hukum.
Kabar yang beredar di seputar isu penjualan stasiun ANTV tersebut bertolak belakang dengan kemajuan ANTV di bawah payung Grup VIVA sepanjang dua tahun terakhir. Saat ini ANTV berada pada peringkat lima besar yang paling banyak ditonton pemirsa televisi selama prime time, terutama untuk olahraga dan program genre perempuan. ANTV adalah aset utama Grup VIVA, dan beriringan dengan itu Grup Bakrie akan lebih besar. Perusahaan ini juga terus meraih untung dari tahun ke tahun. (Baca: Lampaui ekspektasi, laba bersih VIVA naik 289%).
Menurut Neil, isu tersebut jelas sangat merugikan perusahaan yang kini tengah berkembang itu. Sebab, Grup VIVA telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga saham yang terus naik. Berita itu bisa menimbulkan reaksi serta gejolak negatif dari publik dan pasar. Hingga sesi siang, saham grup yang berkode VIVA itu memang sempat turun Rp20 (3,2 persen) menjadi Rp600, tapi sore hari harga saham itu kemudian naik lagi ke Rp640.
Manajemen Grup VIVA meminta Jakarta Globe, media yang menulis berita yang belum jelas tersebut, untuk memberi klarifikasi dan meminta maaf. Tapi petinggi Grup VIVA belum berpikir untuk menempuh langkah hukum.
Kabar yang beredar di seputar isu penjualan stasiun ANTV tersebut bertolak belakang dengan kemajuan ANTV di bawah payung Grup VIVA sepanjang dua tahun terakhir. Saat ini ANTV berada pada peringkat lima besar yang paling banyak ditonton pemirsa televisi selama prime time, terutama untuk olahraga dan program genre perempuan. ANTV adalah aset utama Grup VIVA, dan beriringan dengan itu Grup Bakrie akan lebih besar. Perusahaan ini juga terus meraih untung dari tahun ke tahun. (Baca: Lampaui ekspektasi, laba bersih VIVA naik 289%).
Potensi pendapatan itu akan terus tumbuh dengan berbagai program yang ada, apalagi grup ini mengantongi hak siar pesta bola sedunia, Piala Dunia di Brasil tahun 2004.( Baca: Pendapatan dari Piala Dunia dan ISL bakal meningkat)
“Kami berkomitmen untuk terus mempertahankan, tumbuh dan berkembang dalam rangka untuk memenuhi permintaan pemirsa kami yang terus bertumbuh,” ujar Neil Tobing.
Sebelumnya Jakarta Globe memberitakan bahwa Grup Bakrie berencana menjual salah satu jaringan medianya yakni staisun televisi ANTV untuk membiayai utang yang jatuh tempo serta memperkuat bisnis utamanya di bidang batubara melalui PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Sumber tersebut tidak menjelaskan lebih detil skema transaksi tersebut. Dia hanya menyebutkan, penasehat keuangan aksi korporasi Bakrie adalah Credit Suisse.
Bakrie Group memang tengah kesulitan pendanaan. Laporan keuangan BNBR audit 2011 menyebutkan, total utang BNBR mencapai Rp5,4 triliun. Tapi petinggi perusahaan itu bisa menanggani masalah ini dan sama sekali tidak harus membuat Grup bakrie berencana melego salah satu usahanya.
Bakrie Group memang tengah kesulitan pendanaan. Laporan keuangan BNBR audit 2011 menyebutkan, total utang BNBR mencapai Rp5,4 triliun. Tapi petinggi perusahaan itu bisa menanggani masalah ini dan sama sekali tidak harus membuat Grup bakrie berencana melego salah satu usahanya.
No comments:
Post a Comment