Kalimantan Timur mendadak mencekam. Sejumlah aksi pembakaran terjadi di wilayah itu. Kejadian dipicu insiden pengeroyokan seorang warga saat antre bahan bakar minyak (BBM) di Agen Premium dan Minyak Solar (APMS).
Serangkaian aksi pembakaran itu berawal dari keributan kecil yang berbuntut pemukulan terhadap Aming, warga Barong Tongkok, Kutai Barat, Kalimantan Timur, di AMPS pada Jumat siang, 23 November 2012.
Aming yang tidak dilayani saat membeli bensin untuk motornya justru memaki petugas agen premium. Alasan petugas itu karena bensin sudah habis.
Serangkaian aksi pembakaran itu berawal dari keributan kecil yang berbuntut pemukulan terhadap Aming, warga Barong Tongkok, Kutai Barat, Kalimantan Timur, di AMPS pada Jumat siang, 23 November 2012.
Aming yang tidak dilayani saat membeli bensin untuk motornya justru memaki petugas agen premium. Alasan petugas itu karena bensin sudah habis.
Semula Aming dapat memahami, tapi ia emosi lantaran petugas APMS justru melayani pembelian bensin seorang lelaki yang masih ada hubungan kerabat dengan petugas tadi.
Karena kesal, Aming memaki petugas. Kekesalan Aming disambut. Cekcok mulut terjadi, dan Aming dikeroyok tiga petugas di APMS. Karena kalah jumlah, Aming pilih lari dan menyelamatkan diri.
Kejadian pemukulan itu ternyata mengawali keributan besar di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Aming yang tidak terima kemudian datang lagi dengan membawa massa. Tidak banyak tanya, Aming dan sejumlah orang yang masih kerabatnya itu langsung melakukan perusakan peralatan di SPBU itu.
Serangan balasan dilakukan. Dalam hitungan menit, ratusan orang yang menggunakan kain merah yang diikat di tangan dan kepala berkumpul. Kebanyakan dari mereka membawa senjata tajam.
Tidak jelas siapa pelakunya, satu rumah toko sembako milik etnis tertentu kemudian dibakar massa. Kejadian ini dipastikan buntut dari pertikaian antara Aming dengan petugas APMS itu.
Hingga malam, konsentrasi massa masih terjadi dan polisi melakukan penjagaan. Banyak warga takut keluar rumah. Mereka tidak mau menjadi korban sia-sia.
Guna meredam keributan dan menenangkan massa, tindakan tegas langsung dilakukan petugas dari Polres Kutai Barat. Tiga pelaku pengeroyokan terhadap Aming ditangkap. Tapi, tindakan ini belum sepenuhnya membuat massa dari kelompok tertentu tadi puas.
Massa justru menuntut agar pom bensin APMS ditutup dan pemiliknya diusir keluar dari Kalimantan Timur. Tuntutan warga ini kemudian dibicarakan bersama oleh Muspida, tokoh masyarakat, dan pihak keamanan pada hari Sabtu.
Saat perundingan digelar, keadaan masih tetap mencekam. Sejumlah titik konsentrasi massa masih terlihat. Sebanyak 800 personel gabungan dikerahkan. Tapi polisi kecolongan. Ada massa yang mendatangi kawasan Pasar Barong Tongkok dan membakar sejumlah kios.
"Pada Sabtu malam keributan menyebar. Pasar Barong Tongkok terbakar, ada 400 kios yang ludes. Tapi, tidak ada korban jiwa," kata Kepala Bidang Humas Polda Kaltim, Komisaris Besar Antonius Wisnu Sutirta, kepada VIVAnews, Minggu, 25 November 2012.
Massa kemudian dibubarkan petugas. Tapi pada Minggu dini hari, sebuah mess milik karyawan APMS justru terbakar. Polisi belum mau memastikan apa penyebabnya. Apakah kejadian ini memang disengaja atau karena sebab lain.
"Mess terbakar, masih diselidiki apakah ini dibakar. Ini tugas polisi untuk menyelidikinya. Setelah hujan deras turun, massa langsung bubar," katanya lagi.
Pada hari Minggu, kondisi di Kutai Barat masih mencekam. Konsentrasi massa masih terjadi. Puluhan orang terlihat berkelompok dan menenteng senjata tajam yang bentuknya panjang.
Kantor Polres Kutai Barat, Kalimantan Timur, dijadikan tempat perlindungan bagi salah satu kelompok yang terlibat perselisihan. Mereka terlihat berkumpul di lapangan kantor polisi.
Polda Kalimantan Timur masih mendata jumlah orang yang berlindung sementara di Polres Kutai Barat. Sebagian wanita dan anak-anak ditempatkan di aula Polres. Sementara ratusan lelaki terlihat berkumpul di lapangan Polres dan tidur dengan menggunakan tenda. Barang-barang milik warga yang masih bisa diselamatkan juga terlihat di halaman kantor polisi.
Kepala Bidang Humas Polda Kaltim, Komisaris Besar Antonius Wisnu Sutirta, menambahkan, tidak benar kalau keributan yang terjadi di Kabupaten Kutai Barat, berbuntut bentrokan antar etnis. Menurutnya, tidak ada potensi yang menimbulkan pertikaian antar kelompok warga karena kejadian sepele di wilayahnya itu.
"Tidak ada potensi perang etnis. kita yakinkan kemarin itu tindak pidana murni," kata Antonius Wisnu.
Ia menambahkan, paska bentrokan tersebut, situasi di APMS Simpang Raya, Barong Tongkok sudah kondusif, dan tidak ada upaya evakuasi warga sekitar. Tapi belum ada tersangka baru terkait pembakaran ratusan kios dan beberapa tempat di wilayah itu.
"Masyarakat sudah aman, tersangka pengeroyokan juga sudah diamankan. Masih terus dilakukan penyelidikan mendalam terkait jumlah tersangka. Kami pastikan dulu, apakah terbakar atau dibakar, itu masih diselidiki," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi I DPRD Kalimantan Timur, Syaparuddin, menuturkan, diperlukan kepala yang dingin untuk menyelesaikan konflik di Kutai Barat. Seluruh pihak yang bersengketa diminta duduk bersama untuk membicarakan masalah ini.
Syaparuddin mengapresiasi langkah Polda Kaltim dan Polres Kubar yang cepat melakukan antisipasi. Meski kemudian situasi tetap memanas. "Polda sebenarnya sangat cepat melakukan antisipasi," kata Syaparuddin kepada VIVAnews.
Selain itu, tokoh yang berlabel politik diminta menahan diri dan tidak larut dalam permasalahan ini. Diperlukan tokoh informal dari luar yang disegani untuk menyelesaikan konflik di Kubar.
"Bupati yang merupakan tokoh di Kubar saja gagal melakukan upaya damai. Diperlukan tokoh informal dari luar," katanya.
Syaparuddin merupakan anggota DPRD Kaltim dari daerah pemilihan Kutai Barat dan Kutai Kartanegara. Kabar mengenai situasi yang terjadi di daerah pemilihannya itu terus dia pantau. Dia berharap, situasi cepat pulih dan masyarakat bisa beraktifitas kembali dengan normal. Saat ini, yang paling dirugikan dengan kejadian itu adalah masyarakat.
Karena kesal, Aming memaki petugas. Kekesalan Aming disambut. Cekcok mulut terjadi, dan Aming dikeroyok tiga petugas di APMS. Karena kalah jumlah, Aming pilih lari dan menyelamatkan diri.
Kejadian pemukulan itu ternyata mengawali keributan besar di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Aming yang tidak terima kemudian datang lagi dengan membawa massa. Tidak banyak tanya, Aming dan sejumlah orang yang masih kerabatnya itu langsung melakukan perusakan peralatan di SPBU itu.
Serangan balasan dilakukan. Dalam hitungan menit, ratusan orang yang menggunakan kain merah yang diikat di tangan dan kepala berkumpul. Kebanyakan dari mereka membawa senjata tajam.
Tidak jelas siapa pelakunya, satu rumah toko sembako milik etnis tertentu kemudian dibakar massa. Kejadian ini dipastikan buntut dari pertikaian antara Aming dengan petugas APMS itu.
Hingga malam, konsentrasi massa masih terjadi dan polisi melakukan penjagaan. Banyak warga takut keluar rumah. Mereka tidak mau menjadi korban sia-sia.
Guna meredam keributan dan menenangkan massa, tindakan tegas langsung dilakukan petugas dari Polres Kutai Barat. Tiga pelaku pengeroyokan terhadap Aming ditangkap. Tapi, tindakan ini belum sepenuhnya membuat massa dari kelompok tertentu tadi puas.
Massa justru menuntut agar pom bensin APMS ditutup dan pemiliknya diusir keluar dari Kalimantan Timur. Tuntutan warga ini kemudian dibicarakan bersama oleh Muspida, tokoh masyarakat, dan pihak keamanan pada hari Sabtu.
Saat perundingan digelar, keadaan masih tetap mencekam. Sejumlah titik konsentrasi massa masih terlihat. Sebanyak 800 personel gabungan dikerahkan. Tapi polisi kecolongan. Ada massa yang mendatangi kawasan Pasar Barong Tongkok dan membakar sejumlah kios.
"Pada Sabtu malam keributan menyebar. Pasar Barong Tongkok terbakar, ada 400 kios yang ludes. Tapi, tidak ada korban jiwa," kata Kepala Bidang Humas Polda Kaltim, Komisaris Besar Antonius Wisnu Sutirta, kepada VIVAnews, Minggu, 25 November 2012.
Massa kemudian dibubarkan petugas. Tapi pada Minggu dini hari, sebuah mess milik karyawan APMS justru terbakar. Polisi belum mau memastikan apa penyebabnya. Apakah kejadian ini memang disengaja atau karena sebab lain.
"Mess terbakar, masih diselidiki apakah ini dibakar. Ini tugas polisi untuk menyelidikinya. Setelah hujan deras turun, massa langsung bubar," katanya lagi.
Pada hari Minggu, kondisi di Kutai Barat masih mencekam. Konsentrasi massa masih terjadi. Puluhan orang terlihat berkelompok dan menenteng senjata tajam yang bentuknya panjang.
Kantor Polres Kutai Barat, Kalimantan Timur, dijadikan tempat perlindungan bagi salah satu kelompok yang terlibat perselisihan. Mereka terlihat berkumpul di lapangan kantor polisi.
Polda Kalimantan Timur masih mendata jumlah orang yang berlindung sementara di Polres Kutai Barat. Sebagian wanita dan anak-anak ditempatkan di aula Polres. Sementara ratusan lelaki terlihat berkumpul di lapangan Polres dan tidur dengan menggunakan tenda. Barang-barang milik warga yang masih bisa diselamatkan juga terlihat di halaman kantor polisi.
Kepala Bidang Humas Polda Kaltim, Komisaris Besar Antonius Wisnu Sutirta, menambahkan, tidak benar kalau keributan yang terjadi di Kabupaten Kutai Barat, berbuntut bentrokan antar etnis. Menurutnya, tidak ada potensi yang menimbulkan pertikaian antar kelompok warga karena kejadian sepele di wilayahnya itu.
"Tidak ada potensi perang etnis. kita yakinkan kemarin itu tindak pidana murni," kata Antonius Wisnu.
Ia menambahkan, paska bentrokan tersebut, situasi di APMS Simpang Raya, Barong Tongkok sudah kondusif, dan tidak ada upaya evakuasi warga sekitar. Tapi belum ada tersangka baru terkait pembakaran ratusan kios dan beberapa tempat di wilayah itu.
"Masyarakat sudah aman, tersangka pengeroyokan juga sudah diamankan. Masih terus dilakukan penyelidikan mendalam terkait jumlah tersangka. Kami pastikan dulu, apakah terbakar atau dibakar, itu masih diselidiki," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi I DPRD Kalimantan Timur, Syaparuddin, menuturkan, diperlukan kepala yang dingin untuk menyelesaikan konflik di Kutai Barat. Seluruh pihak yang bersengketa diminta duduk bersama untuk membicarakan masalah ini.
Syaparuddin mengapresiasi langkah Polda Kaltim dan Polres Kubar yang cepat melakukan antisipasi. Meski kemudian situasi tetap memanas. "Polda sebenarnya sangat cepat melakukan antisipasi," kata Syaparuddin kepada VIVAnews.
Selain itu, tokoh yang berlabel politik diminta menahan diri dan tidak larut dalam permasalahan ini. Diperlukan tokoh informal dari luar yang disegani untuk menyelesaikan konflik di Kubar.
"Bupati yang merupakan tokoh di Kubar saja gagal melakukan upaya damai. Diperlukan tokoh informal dari luar," katanya.
Syaparuddin merupakan anggota DPRD Kaltim dari daerah pemilihan Kutai Barat dan Kutai Kartanegara. Kabar mengenai situasi yang terjadi di daerah pemilihannya itu terus dia pantau. Dia berharap, situasi cepat pulih dan masyarakat bisa beraktifitas kembali dengan normal. Saat ini, yang paling dirugikan dengan kejadian itu adalah masyarakat.
No comments:
Post a Comment