Wednesday, 5 December 2012

Bentrok 2 Hari di Areal Tambang, Pulau Buru Mencekam. Lebih dari satu orang dilaporkan tewas

Ilustrasi: Bentrokan
Kondisi areal penambangan di Kabupaten Pulau Buru, Maluku, masih mencekam. Status keamanan ditingkatkan karena bentrokan yang terjadi berlangsung hampir tiga hari. Lebih dari satu orang dilaporkan tewas.

Pemerintah Kabupaten Buru, Maluku secara resmi menutup kawasan penambangan di Gunung Botak, Desa Dava, Dusun Wamsait, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru dari segala aktivitas penambangan. Para penambang yang berasal dari luar Pulau Buru juga harus angkat kaki.

Langkah ini diambil karena situasi keamanan di kawasan Gunung Botak dan juga Pulau Buru yang tidak kondusif. "Setelah melakukan koordinasi dengan Polda dan Kodam, lokasi penambangan ini ditutup permanen,” kata Bupati Ramli Usamusugi saat dihubungi, Rabu 5 Desember 2012. 

Bahkan untuk membantu upaya penutupan kawasan yang berpenghuni sekitar 40 ribu jiwa itu, markas TNI/Polri di Ambon juga berangkatkan tiga satuan setingkat kompi. Pasukan berangkat dengan menggunakan Kapal Motor Penyebrangan milik ASDP ke lokasi penambangan Selasa 3 Desember malam.

Bersama itu dengan menggunakan pesawat terbang, pagi tadi Wakil Gubernur Maluku Said Assagaff juga melakukan kunjungan kerja sekaligus meninjau kondisi keamanan di lokasi tambang emas. Ikut serta dalam rombongan Wagub, Panglima Kodam XVI/Pattimura Mayjen TNI Eko Wiratmoko dan Kapolda Maluku Brigjen Polisi Muktiono, serta sejumlah perwira Kodam dan Polda Maluku.

"Memang benar Pak Wagub bersama Panglima dan Kapolda akan meninjau langsung kondisi keamanan di kawasan pertambangan emas Gunung Botak," kata Kepala Bagian Humas Setda Maluku Booy Kaya.

Kondisi mencekam terjadi di areal pertambangan sejak dua hari terakhir. Ketakutan kini dirasakan ribuan penambang yang beroperasi di lokasi tambang. Kondisi ini dipicu tewasnya satu penambang emas yang berasal dari Ternate, Provinsi Maluku Utara.

Korban yang belum diketahui identitasnya itu dibantai orang tidak dikenal di lokasi tambang emas yang berada di jalur B, Senin 3 Desember 2012 sekitar pukul 23.00 WIT. Kasus ini informasinya sudah diselesaikan secara adat antara penambang asal Ternate dengan masyarakat adat setempat.

Tapi pada Selasa 4 Desember 2012 situasi kembali tak terkendali sekitar pukul 11.00 waktu setempat, saling serang terjadi dan korban berjatuhan. Jumlah korban meninggal dalam kejadian itu masih simpang siur. 

Polisi juga belum dapat memastikan penyebab pembunuhan dan jumlah korban tewas dalam insiden itu. Bahkan akibat pembunuhan itu, situasi di lokasi pertambangan mulai dari jalur Wamsait hingga jalur Ketel Anhoni mencekam. 

Segelintir penambang yang masih bertahan dan beraktivitas di Gunung Botak memilih untuk mengamankan diri di dalam tenda masing-masing. Kondisi mencekam itu membuat ribuan penambang ketakutan. Mereka memilih meninggalkan Gunung Botak menuju Kota Namlea untuk menyelamatkan diri.

Informasi yang diperoleh, bukan hanya satu kelompok yang bertikai di areal tambang, namun terdapat beberapa kelompok. Mereka tersebar di beberapa titik atau beberapa jalur menuju Gunung Botak. Belum diketahui identitas kelompok-kelompok tersebut secara jelas. Di antara kelompok-kelompok massa terjadi saling serang dengan menggunakan senjata tajam dan batu, bahkan menggunakan bom yang diketahui bom molotov.

Kondisi Pulau Buru memang sudah tidak aman karena marak aksi kejahatan. Mulai dari kasus pencurian, menjamurnya PSK dan juga berbagai aksi pembunuhan dan penyerangan orang tak di kenal di kawasan Gunung Botak. 

No comments:

Post a Comment