Thursday 27 December 2012

Newsweek dan Senjakala Media Cetak. Newsweek pamit dari bentuk cetak, dan terbit digital mulai 2013

Edisi cetak terakhir Newsweek
Senin, 24 Desember 2012, waktu Amerika Serikat adalah hari penerbitan edisi cetak terakhir majalah Newsweek. Pernah hampir merajai pasar majalah puluhan tahun lalu, media ini akhirnya tergerus dengan arus zaman, menyerah pada digitalisasi.

Dalam edisi terakhirnya, Newsweek tetap memainkan fitur andalan penarik pembacanya, yaitu sampul. Desain sampul majalah ini memang terkenal kontroversial sejak pertama kali diterbitkan hampir 80 tahun lalu.

Gambar besar halaman depan menampilkan gedung tua bekas markas Newsweek di tengah kota Manhattan. Kalimat tunggal kapital tanpa spasi menjadi judul besar terbitan terakhir ini: #LASTPRINTISSUE".

Memasang tanda pagar (#) di depan kalimat, New York Post dalam sebuah artikelnya menuliskan bahwa Newsweek mencoba memakai gaya bahasa "pembunuhnya" yaitu Twitter. Edisi terakhir ini berisikan kenangan dan perjalanan para punggawa Newsweek dalam menyajikan berita.

Pemimpin redaksi, Tina Brown, dalam artikelnya di edisi penutup ini mengatakan,  "Edisi di tangan anda ini adalah edisi cetak terakhir Newsweek. Terkadang, perubahan tidak hanya baik, tapi perlu," tulis Brown.

"Edisi selanjutnya pada minggu pertama Januari akan hadir di iPad, Kindle dan telepon seluler anda. Pada akhir Februari, anda akan melihat evolusi total Newsweek Global, yang baru dan digital, yang saat ini sedang dikembangkan," kata Brown.

Ya, Newsweek akan beralih dari cetak ke digital. Sejak bergabung dengan Daily Beast, majalah nomor dua terbesar di AS setelah TIME ini mengalami penurunan drastis di edisi cetak mereka. Dalam 10 tahun terakhir, penjualan mereka menurun 51,5 persen ke angka 1,5 juta.
Didirikan sejak tahun 1933 oleh beberapa keluarga kaya AS pada masa itu - Whitney, Mellons dan Harriman - Newsweek menapaki puncak popularitasnya saat dibeli oleh Washington Post pada tahun 1961. Di bawah pimred Osborn Elliot dari tahun 1961 sampai 1973, Newsweek berkutat di isu-isu hak-hak sipil, Perang Vietnam, perubahan budaya dan korupsi di Washington.

Ketenaran Newsweek meroket setelah mendapatkan banyak penghargaan jurnalistik dari dalam dan luar negeri, di antaranya National Magazine Awards, Overseas Press Club Awards dan Gerald Loeb Awards. Penghargaan yang diterima majalah ini lebih banyak daripada majalah lain di masa itu.

Tahun 1998, Newsweek mulai menjajaki era digital dengan menerbitkan Newsweek.com. Lebih dari empat juta orang per minggunya pada tahun 2004 mengunjungi situs ini. Namun, New York Post mengungkapkan, kecenderungan pembaca online yang lebih menyukai berita ringan dan hiburan mematikan Newsweek yang mengandalkan berita berbobot.

Majalah ini pun terperosok dalam kemelaratan. Tahun 2010, melihat trendnya yang semakin turun dan hampir bangkrut, Washington Post Co sebagai perusahaan induk Newsweek menjual media ini hanya seharga US$1 kepada miliuner Sidney Harman. Selanjutnya, Newsweek digabungkan dengan media Daily Beast yang dikelola Harman dan mitranya.

Memutuskan untuk transisi total ke digital, Newsweek diramalkan masih akan melalui hari-hari yang menyiksa. Diperkirakan tahun depan, perusahaan media ini masih akan merugi sekitar US$20 juta.

Sebelumnya, Newsweek Daily Beast telah memecat 60 pegawai demi perampingan anggaran.
Media SenasibTidak hanya percetakan Newsweek saja yang harus bertekuk lutut dihantam arus digitalisasi. Pada tahun 2008 dan 2009, banyak perusahaan koran yang mengalami penurunan pendapatan dari iklan. Beberapa babak belur dan akhirnya bangkrut.

Sebuah kolom di Knight Digital Media Center, situs jurnal Berkeley Graduate School of Journalism, mendata beberapa perusahaan media AS yang mengakhiri edisi cetaknya. Di antaranya adalah Rocky Mountain News, Seattle Post Intelligencer dan the Ann Arbor News.Beberapa media telah mengajukan perlindungan pailit, di antaranya adalahTribune Company, Minneapolis Star Tribune, Philadelphia Newspapers, Chicago Sun Times, Journal Register Co., American Community Newspapers, Freedom Communications, Heartland Publications, Creative Loafing dan Columbian newspaper di Vancouver.

Akhir tahun ini, para pembesar di salah satu koran terbesar Inggris The Guardian tengah berdiskusi soal menghapuskan versi cetak dan menggantinya dengan online. Dalam beberapa tahun terakhir, Guardian rugi 44 juta pound sterling per tahun.

Berbagai cara koran dan majalah cetak untuk menghemat uang mereka dan mempertahankan versi kertas. Di antaranya adalah melakukan perampingan, pemotongan gaji, bermitra dengan media lain untuk rubrikasi, menghilangkan kolom tidak favorit seperti daftar harga saham atau mengurangi jumlah halaman.

Beberapa di antaranya mengubah strategi pemberitaan demi menarik lebih banyak pembaca. Media yang menerapkan strategi ini tidak menuliskan breaking news, yang sudah pasti kalah dengan internet, dan lebih menampilkan tulisan analisis dan kontekstual.

Untuk tetap menjaring pembaca "tradisional" dan modern, beberapa media menerapkan pemberitaan cetak dan online. Jadi, selain mencetak koran, mereka juga membuat koran versi digital di internet. Namun, ini juga dinilai tidak mampu mengembalikan keuntungan media-media tersebut.
Ternyata lesunya bisnis ini tidak hanya dirasakan oleh media cetak, media televisi juga terkena dampak berkembangnya era internet. Wall Street Journalbeberapa tahun lalu menuliskan, salah satunya yang terdampak adalah stasiun televisi NBC.

Tahun 2009, stasiun televisi ini memecat 15 pegawai atau sekitar 6 persen dari jumlah pekerjanya. Jumlah penontonnya juga menurun dari tahun ke tahun. Solusinya, dia terus melakukan perampingan, menggabungkan departemen dan menggunakan kembali perangkat lama.

No comments:

Post a Comment