Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Banten segera menggelar Muswayarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) untuk memilih pengganti mendiang Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar Banten, Hikmat Tomet. Almarhum merupakan suami Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, yang sejak pekan lalu jadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Maka, setelah sekian lama mendominasi, kekuasaan keluarga Atut di
Banten mulai terguncang. Begitu pula pengaruh politik Atut dan keluarga
di Partai Golkar, yang selama ini memiliki basis yang kuat di provinsi
bagian barat Pulau Jawa itu.
Jelang Musdalub Golkar, adik Atut, Ratu Tatu Chasanah, Kamis 26
Desember 2013, menegaskan siap berkompetisi dalam pemilihan itu meski
ditentang sejumlah kalangan.
"Tidak masalah itu. Diambil positifnya saja, buat masukan untuk
saya," kata Tatu usai mengunjungi Atut di Rutan Pondok Bambu, Jakarta
Timur.
Wakil Bupati Serang itu tak khawatir dengan upaya pembersihan
dinasti Atut dari stutktur partai di Banten. Ia yakin, keluarganya masih
dibutuhkan partai.
"Itu belum seperti mengakhiri dinasti," ujarnya.
Ratu Tatu menambahkan, soal musdalub ia menyerahkan sepenuhnya
pemilihan Ketua DPD kepada pemilik suara. Sebab mereka yang akan memilih
pengganti definitif Hikmat Tomet.
"Ya nanti siapapun yang terpilih, yang penting bisa ngurus Golkar
bareng-bareng," ujar perempuan yang kini menjabat Pelaksana Tugas (Plt)
Ketua DPD Partai Golkar Banten.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Golkar untuk Wilayah Banten dan Jawa
Barat, Ade Komaruddin mengatakan, pelaksanaan Musdalub itu direncanakan
digelar akhir bulan ini. "Akhir Desember ini kami akan musdalub," kata
Ade di Jakarta, Jumat 20 Desember 2013.
Tiga tokoh Golkar Banten disebut-sebut akan bertarung dalam
Musdalub itu. Selain Tatu, ada Anggota Komisi VII DPR Tubagus Ace Hasan
Syadzily dan Wali Kota Cilegon Iman Aryadi. Ace Hasan disebut-sebut
didukung oleh Wakil Ketua Umum Golkar Fadel Muhammad, sementara Iman
Aryadi didukung oleh Ketua Dewan Pembina Golkar Akbar Tanjung.
Bagaimana kans mereka?
Ketua Balitbang DPP Golkar, Indra Jaya Piliang, menilai kans ketiga
kandidat itu sama besar. Menurut dia, mereka memiliki peluang dan
pendukung masing-masing.
“Tidak ada larangan bu Tatu maju. Pak Iman, Pak Hasan, silakan.
Siapapun yang menang harus didukung dari pusat maupun daerah,” kata
Indra saat dihubungi, Kamis, 26 Desember.
Bukan karena Atut
Indra menegaskan bahwa pelaksanaan Musdalub bukan karena Atut
ditahan oleh KPK. Musdalub diselenggarakan untuk memilih pengganti ketua
DPD yang meninggal dunia di tengah-tengah periode jabatannya. Itu
merupakan mekanisme baku dalam tata keorganisasian partai.
“Sama dengan Bangka Belitung, Pak Eko meninggal kemudian digelar
musdalub dipilih ketua DPD yang baru, di Jatim juga begitu,” ujarnya.
Menurut Indra, politisi Golkar biasa memandang persoalan secara
proporsional dan objektif. Begitu juga dalam persoalan hukum Ratu Atut.
Bahwasanya Ratu Atut disangka korupsi oleh KPK, tidak lantas seluruh
keluarganya juga divonis bersalah.
“Kita harus proporsional dan objektif,” ujarnya.
Kata dia, kalau karena ada hubungan darah tidak bisa diikutkan
kesalahan saudaranya. Kalau satu anggota keluarga diduga korup tidak
bisa lantas seluruh anggota keluarga divonis salah tanpa bukti yang
kuat.
Hak politik anggota keluarga yang tidak terbukti bersalah tetap
harus dihormati, sehingga tidak ada larangan bagi Ratu Tatu untuk
mencalonkan diri sebagai ketua.
“Kita harus melihat keluarga bu Atut ini punya pengaruh di internal
Golkar. Okelah yang punya kasus hukum, itu diserahkan ke lembaga
hukum,” ujarnya.
Menurutnya, kalaupun ada pergantian unsur kepengurusan pasca
Musdalub, itu merupakan bagian dari reorganisasi. Menurutnya, internal
Golkar akan menghormati apapun hasilnya.
“Kita melakukan konsolidasi. Salah satunya memilih ketua DPD
Banten. Karena Pak Hikmat Tomet meninggal. Kasusnya berbeda dengan Ibu
Atut.”
Tergantung pemilik suara
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar,
Tantowi Yahya, menilai tidak ada yang salah dengan keinginan Tatu
tersebut. Menurutnya, siapapun kader Golkar yang bersedia melalui proses
secara demokratis, maka dia layak memimpin partai berlambang pohon
beringin itu di Banten.
"Tidak masalah asal dia dipilih oleh pemilik suara. Hakim terakhir adalah mereka yang punya hak pilih," kata Tantowi.
Apabila Wakil Bupati Serang itu benar-benar menjadi Ketua DPD,
Tantowi juga meyakini tidak akan memperburuk citra Golkar sebagai partai
yang dikuasai oleh dinasti tertentu. Sebab, keterpilihannya juga
berlangsung secara jujur dan terbuka.
"Saya rasa ada kedewasaan. Saya rasa tidak memperburuk citra. Masyarakat akan bisa memilah-milah," ujarnya.
Anggota Komisi I DPR RI itu melanjutkan, posisi Golkar di Banten
juga tengah mendapat tantangan. Setelah Ratu Atut ditetapkan sebagai
tersangka dan sekarang ditahan, lanjut dia, suara Golkar di daerah
tersebut tentu saja terganggu.
Apalagi Pemilu 2014 tinggal beberapa bulan saja. Tantangan tidak
mudah, yang bersangkutan memimpin Golkar pada saat Golkar seperti
sekarang, khususnya setelah penetapan Atut tersangka membuat tugas
siapapun Ketua Golkar di Banten lebih berat, harus memperbaiki citra,
dan menyiapkan strategi bagaimana memenangkan Golkar di Banten,"
urainya.
Tetap Eksis
Sejak penahanan Atut, Tatu menegaskan bahwa keluarga besar mereka,
yang menjabat beberapa posisi strategis di pemerintahan Banten tetap
menjalankan tugas seperti biasa.
"Kami harus tetap melakukan pengabdian. Saya sebagai Wakil Bupati
dan Andika anggota DPD melakukan tugas kerjanya," kata Ratu Tatu saat
ditemui usai membesuk Atut di rumah tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur,
24 Desember.
Keluarganya yang menjabat tetap berkomitmen untuk meneruskan
pembangunan daerah Banten. Baik anaknya yang menjabat sebagai anggota
DPD perwakilan Provinsi Banten, adik iparnya, Airin selaku Wali Kota
Tanggerang Selatan dan kerabat lainnya.
"Kami harus meneruskan pembangunan Banten, sampai sekarang tetap berkarya. Semua tidak melihat tua atau muda," katanya.
Lebih lanjut, Ratu Tatu membantah bahwa keluarganya telah membangun
dinasti. Menurut dia, posisi strategis yang dijabat keluarganya terjadi
secara alamiah.
No comments:
Post a Comment