Malam Paskah. Rimbun deretan pohon aprikot yang tengah ranum itu memberi
ketenangan. Malam berlangsung damai. Penduduk kota Slovyansk, timur
Ukraina, sudah lebih banyak bercengkrama di dalam rumah. Namun
mendadak, di sebuah sudut kota, situasi berubah mencekam. Pukul dua dini
hari terdengar letusan senjata api. Baku tembak sengit pun pecah. Lima
orang dilaporkan roboh meregang nyawa.
Penembakan itu terjadi pos
pemeriksaan milik separatis Ukraina pro-Rusia. Kota Slovyansk di timur
Ukraina itu memang telah dikuasai militan pemberontak. Menurut versi
mereka kepada Reuters, insiden menjelang pagi, Minggu 20 April
2014, itu diawali oleh datangnya empat kendaraan ke pos mereka. Tanpa
aba-aba, orang-orang di kendaraan itu menembaki pos. Maka mereka pun
membalas dengan tembakan.
Usai baku tembak, pemandangan sekitar
terlihat menghitam. Sebuah mobil pikap hangus terbakar. Bodinya
bolong-bolong ditembus peluru di kedua sisinya. Para jurnalis melihat
dua mayat dekat lokasi penembakan. Kamar jenazah kota mengaku menerima
tiga jasad. Sementara militan pro Rusia mengatakan lima orang tewas,
tiga anggota mereka dan dua penyerang.
Insiden itu adalah sebuah
babak baru prahara Ukraina. Ketegangan antara Rusia dan negara bekas
pecahan Uni Sovyet itu sudah memasuki fase kulminasi. Sejumlah orang
ingin bergabung kembali dengan Rusia. Sementara sebagian ingin bergabung
dengan Uni Eropa. Akibatnya kekerasan meletus di mana-mana.
Separatisme
Gerakan
separatisme berbau Rusia menyebar dari Crimea ke wilayah timur Ukraina
pada pekan kedua April. Salah satu pemicunya adalah diproklamirkannya
kemerdekaan Donetsk dari Ukraina oleh massa pro-Rusia. Referendum
kemerdekaan akan digelar tidak lama lagi. Hal ini membuat pemerintah
Kiev ketar-ketir. Masalahnya, mereka baru saja kehilangan Crimea.
Anggota
militan separatis berbahasa Rusia ini berbahaya. Berpakaian militer,
bertopeng dan bersenjata, mereka menguasai gedung-gedung pemerintahan di
10 kota di provinsi-provinsi timur. Selain Donetsk, ada Luhansk dan
Kharkiv. Barikade kawat berduri dipasang di sekeliling gedung. Pasukan
bersenjata tanpa atribut berjaga penuh.
Mereka menyerukan
intervensi Rusia untuk segera menggelar referendum seperti Crimea, untuk
pisah dari Ukraina dan bergabung dengan Si Beruang Merah
Militer
dan polisi Ukraina juga bak macan ompong. Beberapa kali mereka menyerah
tanpa perlawanan saat pangkalan direbut pasukan asing.
New York Times menulis,
operasi militer untuk mengkonfrontir militan pro-Rusia terbukti tidak
berhasil. Sebanyak 21 kendaraan lapis baja yang dikerahkan malah
berpisah, menyerah atau mundur. Di beberapa kesempatan, saat berhadapan
dengan militan separatis, militer dan polisi Ukraina malah memihak
mereka. Upaya pemerintahan Kiev yang katanya akan menurunkan pasukan
anti teror juga belum terdengar kabarnya.
Ukraina menyalahkan
Rusia yang menurut mereka mulai agresif mendukung gerakan separatis.
Menurut Ukraina, penembakan di Slovyansk terjadi atas provokasi
"kekuatan luar". Secara tidak langsung mereka menuding Rusia.
Moskow
membantahnya dan mengatakan bahwa kejadian itu diprovokasi kelompok
nasionalis pro-Barat, Right Sector. Rusia punya bukti-buktinya. Salah
satunya adalah kartu nama Dmytro Yarosh, pemimpin Right Sector. Yarosh
membantahnya.
Sejak peristiwa di Crimea, Ukraina yakin betul
Rusia telah menurunkan pasukan ke negara mereka. Belum lagi ditambah
40.000 pasukan Rusia yang diturunkan Presiden Vladimir Putin di
sepanjang perbatasan Rusia.
Rusia juga tidak pandai berbohong.
Berkali-kali Presiden Rusia Vladimir meralat pernyataannya. Seperti
saat Putin mengatakan bahwa puluhan ribu pasukan disiagakan di
perbatasan untuk keperluan latihan. Belakangan juru bicara Putin, Dmitry
Peskov mengakui bahwa tentara itu dikerahkan untuk menjaga negara,
kalau-kalau kerusuhan di Ukraina menyebar ke Rusia.
Putin juga
dengan tegas mengatakan telah mencaplok Crimea. Padahal sebelumnya dia
membantah tuduhan Rusia coba menginvasi wilayah yang jadi pangkalan
kapal perang mereka itu. Pasukan Rusia yang diturunkan ke Crimea, kata
Peskov, adalah bentuk "perlindungan bagi warga berbahasa Rusia".
Gejolak
kali ini di timur Ukraina juga satu lagi bukti perubahan sikap Rusia.
Sebelumnya, Kremlin menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka
tidak akan memasuki wilayah lain selain Crimea di Ukraina. Belakangan,
Putin menyebut provinsi tenggara Ukraina sebagai "Rusia Baru".
Pasukan
tanpa atribut di Crimea juga terbukti adalah tentara Rusia. Dalam foto
yang dengan jeli diteliti oleh media Barat, terlihat bahwa beberapa
orang tentara yang saat ini berada di Ukraina adalah tentara Rusia yang
pada 2008 lalu menginvasi Georgia
Barat
yang digawangi Amerika Serikat juga mulai bawel mengecam tindakan
Rusia. Namun Putin tetap bergeming dan menangkis setiap serangan
terhadap negaranya. Sanksi AS dan sekutunya terhadap Moskow juga
ditanggapi santai.
Dimulai dari Kiev
Kemelut
di Ukraina itu dimulai dari revolusi di ibukota Kiev pada Februari
2014. Revolusi itu berhasil menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych
yang pro-Rusia. Revolusi dipicu langkah Yanukovych membatalkan rencana
kesepakatan pemberian dana Uni Eropa (UE) yang diperlukan masyarakat.
Pria yang kini tidak diketahui rimbanya itu menolak syarat dari UE untuk
menghentikan hubungan ekonomi dengan Rusia.
Membatalkan kerja
sama dengan UE, Yanukovych malah menandatangani perjanjian ekonomi
dengan Rusia. Langkahnya ini menuai kecaman dari rakyat yang langsung
turun ke jalan. Kerusuhan terjadi saat lebih dari 100.000 orang bentrok
dengan aparat. Lebih dari 100 orang tewas, ratusan lainnya terluka.
Yanukovcyh
berhasil digulingkan. Dan Rusia marah besar. Pasukan pro-Rusia mulai
bergerak di semenanjung Crimea, tempat ditambatkannya Armada Laut Hitam.
Referendum warga akhirnya memutuskan wilayah otonomi Crimea dan
Sevastopol pisah dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
Amerika
Serikat yang berembuk dengan Jerman dan Inggris serta negara-negara
Eropa lainnya akhirnya mengeluarkan Rusia dari kelompok negara G8.
Pertemuan G8 yang rencananya akan diadakan di Sochi, Rusia, Juni
mendatang dibatalkan. G8 yang berubah menjadi G7 memindahkan pertemuan
ke Brussels.
Rusia lagi-lagi menanggapinya dengan santai. "G8
adalah organisasi informal yang tidak ada kartu anggotanya, maka dari
itu, tidak bisa mengeluarkan siapa pun. Seluruh masalah ekonomi dan
finansial diputuskan di G20, dan G8 hanya jadi forum dialog antara
negara Barat dan Rusia. Kami tidak melihat kerugiannya jika tidak ikut
berkumpul," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
AS
menegaskan tidak akan menggunakan cara militer untuk mengatasi masalah
ini. Dan memilih menjatuhkan sanksi. Selain larangan bertransaksi untuk
bank AS dengan bank Rusia, Barat juga menerapkan larangan bepergian dan
tidak memberi visa pada sejumlah pejabat Rusia dan Ukraina yang
pro-Moskow.
Untuk pertama kalinya sejak konflik pecah di Crimea,
Ukraina dan Rusia bertemu di satu meja di Jenewa pada 17 April 2014.
Pada pertemuan selama enam jam yang juga dihadiri AS dan Uni Eropa itu,
Ukraina menyerukan agar pasukan bersenjata pro-Rusia untuk menyerah,
meninggalkan gedung pemerintah dan jatuhkan senjata.
Ukraina dan
Rusia juga sepakat untuk tidak kontak senjata, mencegah tindak
provokasi dan menolak setiap bentuk intoleransi, termasuk sentimen
anti-Yahudi. Rusia juga mengatakan bahwa penggunaan kekerasan dari
Ukraina terhadap para militan separatis hanya akan memicu perang
saudara.
Sikap pesimis soal perjanjian ini disiratkan baik oleh
AS dan Rusia. Presiden AS Barack Obama mengatakan bahwa perjanjian itu
"menunjukkan secercah harapan", namun "kami tidak akan terlalu
bergantung padanya". AS telah mengancam akan menjatuhkan sanksi lebih
berat pada Rusia jika perjanjian ini dilanggar.
Pemerintah Putin
menyatatakan akan manut pada perjanjian, namun tidak demikian dengan
militan pro-Rusia di Ukraina -yang diduga berasal dari unsur tentara
Kremlin juga. Salah satunya adalah kelompok separatis di Donetsk yang
menyatakan tidak mundur dari gedung pemerintah sampai referendum pisah
dari Ukraina digelar.
"Lavrov dan Kerry (John Kerry, Menlu AS)
yang memutuskan, memangnya mereka siapa buat kami? Kami adalah Republik
Donetsk. Kami adalah rakyat yang memutuskan nasib sendiri," kata Vasili
Domashev, yang menyebut dirinya wakil komandan di gedung pemerintah
dikuasai di Donetsk, kepada New York Times.
Uni Soviet Baru
Perdana
Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk mengatakan bahwa Rusia sangat
berambisi untuk mencaplok Ukraina. Hal ini, kata Yatsenyuk tidak lain
karena Putin ingin membentuk kembali Uni Soviet yang baru. "Presiden
Putin punya mimpi mengembalikan Uni Soviet. Dan setiap harinya, dia
berjalan semakin jauh dan jauh, dan hanya Tuhan yang tahu kemana akhir
tujuannya," kata Yatsenyuk dalam wawancara dengan NBC.
"Saya
yakin anda ingat pidato Putin yang terkenal di Munich, saat dia
mengatakan bahwa bencana terbesar di abad ini adalah runtuhnya Uni
Soviet. Saya katakan, bencana terbesar abad ini adalah kembalinya Uni
Soviet di bawah naungan Presiden Putin," tegas Yatsenyuk lagi.
Salah
satu cara yang digunakan Putin menyatukan kembali Uni Soviet adalah
dengan dalih melindungi warga negara berbahasa Rusia. Alasan ini jugalah
yang digunakan Putin untuk menurunkan pasukannya di Crimea. Menurut
Putin, warga berbahasa Rusia di Ukraina dimarjinalkan. Negara-negara
bekas Soviet seperti Estonia, Latvia dan Lithuania diduga akan jadi
sasaran selanjutnya.
Sebenarnya cara seperti ini pernah digunakan
Nazi Jerman 80 tahun yang lalu. Saat itu, Jerman di bawah kediktatoran
Hitler mulai mencaplok negara-negara di sekelilingnya dengan alasan
melindungi warga berbahasa Jerman dari diskriminasi. Jargon Hitler tahun
1930an itu adalah "mempersatukan dan melindungi warga-warga berbahasa
Jerman”, persis seperti alasan Putin sekarang.
Untuk membendung
upaya Rusia ini, Ukraina meminta tidak hanya bantuan diplomatik dan
ekonomi, tapi juga militer. "Kami perlu meningkatkan militer Ukraina.
Kami perlu memodernisasi keamanan dan kekuatan militer kami. Kami perlu
bantuan konkret," kata Yatsenyuk.
AS memang menyatakan tidak akan
menggunakan cara kekerasan untuk menghadapi Rusia. Namun belakangan AS
dilaporkan telah mengirimkan ratusan tentara mereka mendekat ke Ukraina.
Lebih dari 500 pasukan AS dikirimkan ke Polandia dengan alasan untuk
latihan. Negara berikutnya yang akan dikunjungi tentara AS adalah
Lithuania, Latvia dan Estonia - semuanya mengelilingi Ukraina.
Graham
Allison, Professor ilmu pemerintahan di Harvard Kennedy School
mengatakan bahwa memang tidak ada kepentingan apapun bagi AS di Ukraina.
Namun bukan berarti AS akan membiarkan Putin mencaplok satu per satu
negara eks Soviet.
Bahkan menurut Allison, krisis di Ukraina
secara tidak langsung akan membahayakan kepentingan nasional AS. Dia
mengatakan, kejadian di Crimea akan ditiru di beberapa negara lainnya,
Latvia contohnya.
Bukan tidak mungkin, terinspirasi dari Crimea,
masyarakat Latvia akan membentuk kelompok separatis yang akan disokong
Rusia. Ada 25 persen warga Latvia yang berbahasa Rusia, potensial
mendorong bergabung dengan Kremlin. Jika sudah begini, Rusia dipastikan
akan kembali mengirim pasukannya, tanpa atribut agar tidak dikenali.
Latvia
dan negara-negara Baltik lainnya adalah anggota NATO. Berdasarkan
kesepakatan NATO, AS harus membantu dengan kekuatan militer jika negara
anggota NATO lainnya diserang. Tertulis dalam Ayat 5 NATO, "Serangan
terhadap satu anggota NATO, berarti serangan terhadap semua anggota."
"Pemimpin
di Washington dan Moskow harus menindaklanjuti dengan langkah-langkah
yang tegas untuk mencegah konflik di Ukraina menjadi perang saudara,"
kata Allison kepada CNN.
Dan, prahara Ukraina agaknya memang belum akan berakhir.
Saturday, 26 April 2014
WAJAH BARU PENGHUNI SENAYAN 2014 - 2019
Sejumlah nama baru berhasil menyodok masuk dan mengempaskan
politisi tersohor dari perebutan kursi wakil rakyat. Politisi muda dan
politisi yang kuat di daerah berhasil mendapatkan kursi Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.
Ada sejumlah nama yang mengundang kontroversi karena kasus. Ada pula yang latar belakangnya jauh dari dunia politik.
Mereka bakal mengisi kursi penyelenggara negara yang berkewenangan membuat hukum di tanah air selama lima tahun ke depan.
Aceng Fikri
Pria ini mengundang kontroversi. Mantan Bupati Garut Aceng Fikri.
Dia diberhentikan dari jabatan bupati karena tersandung kasus nikah
kilat.
Sempat gagal menjadi caleg karena batu sandungan tersebut, dia
sukses mendapatkan kepercayaan rakyat melalui pemilihan anggota Dewan
Perwakilan Daerah.
Terpilihanya Aceng membuat kaget Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Linda Gumelar. "Ah yang benar? Saya kehabisan
kata-kata, kaget, surprise," kata Linda di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat, 25 April 2014.
Linda juga mengaku heran ada masyarakat yang memilih Aceng sebagai
wakilnya di Senayan. Sebab, kata dia, Aceng pernah menjadi sorotan
karena kasusnya yang menyinggung martabat perempuan.
"Ternyata masyarakat ya masih seperti itu ya. Saya juga mesti melihat lebih jauh ini," kata dia.
Kasus Aceng mencuat pada Desember 2012 ketika dia masih menjabat
sebagai Bupati Garut. Dia dimakzulkan dari jabatannya oleh DPRD Garut
atas rekomendasi Mahkamah Agung karena telah menikah siri dengan anak
yang baru berusia belasan tahun Fani Oktora pada 14 Juni 2012.
Pernikahannya berlangsung kilat, empat hari. Dia menceraikan Fani hanya dengan pesan singkat pada 17 Juli 2014.
Kasus ini mendapat sorotan publik dan beberapa tokoh politik
langsung memantaunya dari Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi hingga
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Aceng menyadari banyak hujatan tertuju kepadanya karena kasus itu.
Sebab itu, selama kampanye dia mengandalkan sebuah stragegi khusus:
meminta maaf setiap kali bertemu dengan masyarakat.
"Saya dihujat atas latar belakang saya, makanya saya lebih menonjolkan permintaan maaf. Ya sambil mengklarifikasi," ucap Aceng.
Tahu terpilih, Aceng tak kuasa menahan haru. Tetes air mata
berlinang. Dia bersyukur karena masih dipercaya oleh masyarakat Jawa
Barat untuk menjadi salah satu wakilnya di DPD.
"Saya sangat terharu, karena ternyata saya masih dipercaya dan
dipilih oleh masyarakat di Jawa Barat," ucapnya sambil menitikan air
mata.
Oni SOS
Oni SOS dikenal sebagai pelawak. Dia selalu mengenakan pakaian khas
Sunda, mirip almarhum Kang Ibing. Oni yang akrab disapa Kang Oni ini,
dia dipastikan lolos menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
"Insya Allah, saya masuk jadi salah satu anggota DPD dari Jawa
Barat," kata pelawak bernama asli Oni Suwarman itu, Rabu, 23 April 2014.
Pria kelahiran Kabupaten Subang yang kini menetap di Bandung itu
memperoleh suara tertinggi dari Kota dan Kabupaten Bandung dengan
perolehan suara masing-masing 206.852 dan 294.924 suara.
Di Garut, Kang Oni memperoleh suara tertinggi dengan 127.091 suara, mengalahkan Aceng di posisi kedua dengan suara 121.218.
Saat kampanye, dia tidak menawarkan program aneh untuk pembangunan
Jawa Barat. Dia hanya bercita-cita ingin menjadi seorang negarawan
penghibur dan bisa membuat masyarakat Jawa Barat tertawa bahagia. Tapi
tidak jelas apa yang dimaksud Oni.
Soal nasib grup lawak SOS, dia mengaku akan tetap setia dan terus
menghidupkan grup lawak itu. Hanya saja, soal pengelolaan, dia akan
menyerahkan ke orang lain.
Lucky Hakim
Pesinetron Lucky Hakim berhasil duduk di kursi kehormatan DPR RI akhirnya membuahkan hasil.
Berdasarkan perhitungan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jawa
Barat sebanyak 126.457 dari 1. 770.967 pemilih dapil Jabar 6, yang
mencakup kota Bekasi dan Depok, memilih Lucky untuk menjadi wakil rakyat
di DPR.
Lolosnya Lucky mengikuti jejak rekannya sesama selebritis Anang Hermansyah yang menjadi calon legislatif dari partai yang sama, Partai Amanat Nasional (PAN).
“Saya baru tahu hasil akhirnya ba’da magrib tadi keputusan
rekapitulasi di KPUD Provinsi Jawa Barat. Saya langsung sujud syukur,”
katanya.
Lucky pun tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan
masyarakat kepadanya. Baginya menjadi anggota dewan adalah tugas baru
yang tidak main-main.
“Saya sangat berterima kasih pada masyarakat Bekasi dan Depok. Insya Allah saya akan menjalankan fungsi dewan,” janji Lucky.
Menjadi anggota DPR RI nanti, laki-laki kelahiran Cilacap, 12
Januari 1980 ini mengincar masuk komisi 4 yang membidangi kehutanan,
perikanan, pertanian, perkebunan dan pangan. Lucky mengatakan, hal yang
pertama akan dibenahinya sebagai anggota dewan adalah masalah pangan.
Fahira Idris
Fahira Idris terpilih sebagai anggota DPD dari daerah pemilihan DKI
Jakarta. Berdasarkan rekapitulasi hasil pemilu 2014 di tingkat
provinsi, putri mantan Menteri Fahmi Idris itu meraup 511.323 suara
mengungguli AM Fatwa, Dailami Firdaus, dan Abdul Azis Khafia yang
sama-sama terpilih.
Nama Fahira Idris naik daun pada 2010. Namanya marak disebut
setelah dia berdebat seru dengan FPI di Twitter. Di statusnya, ia
menyapa FPI: "Dear FPI, apakah seperti itu Islam yang diajarkan Nabi Muhammad?"
Pada tahun itu pula, sebuah poll bertajuk The Most Inspiring
Tweeter mencatatkan Fahira Idris (@fahiraidris) terpilih sebagai Tweeps
yang paling memberikan inspirasi bagi pengguna lainnya.
Fahira, yang kala itu memiliki 8.780 pengikut dan telah posting
28.448 pesan, terpilih dari 16 nominator lain dari Amerika Serikat,
Inggris, India, Filipina, dan Malaysia. Sebanyak 71 persen responden
memilihnya sebagai sumber inspirasi penting di situs microblogging
tersebut.
Namanya kembali membetot perhatian publik tanah air dengan Gerakan
Nasional Anti Miras (GeNAM) yang bertujuan menyelamatkan anak bangsa
dari bahaya miras.
Monday, 21 April 2014
Mitos dan Kontroversi Sejarah RA Kartini.
Mengapa setiap 21 April kita memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada
wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan? Masih banyak
pahlawan wanita Indonesia yang berjuang. Contoh Cut Nyak Dien,
Laksamana Malahayati, Cut Meutia, dll. Kenapa Mesti Kartini saja yang
diperingati padahal kalau kita membaca sejarah, banyak juga Pejuang
wanita Indonesia yang tidak mau tunduk dengan Belanda (penjajah).
Pada Tahun 2009 Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?
Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan.
Pada Tahun 2009 Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?
Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan.
Quote:
Pada tahun 1970-an, di saat kuat-kuatnya pemerintahan Orde Baru,
guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah
menggugat masalah ini. Ia mengkritik ‘pengkultusan’ R.A. Kartini sebagai
pahlawan nasional Indonesia.
Ia secara halus berusaha meruntuhkan mitos Kartini: “Dan, bilamana ternyata bahwa dalam berbagai hal wanita-wanita ini lebih mulia, lebih berjasa daripada R.A. Kartini, kita harus berbangga bahwa wanita-wanita kita lebih hebat daripada dikira sebelumnya, tanpa memperkecil penghargaan kita pada RA Kartini.”Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anw`r Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan.
Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar. Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya.
Ia secara halus berusaha meruntuhkan mitos Kartini: “Dan, bilamana ternyata bahwa dalam berbagai hal wanita-wanita ini lebih mulia, lebih berjasa daripada R.A. Kartini, kita harus berbangga bahwa wanita-wanita kita lebih hebat daripada dikira sebelumnya, tanpa memperkecil penghargaan kita pada RA Kartini.”Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anw`r Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan.
Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar. Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya.
Quote:
Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana
School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang
sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita
pertama di negeri ini. Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam
surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam
tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif
menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung
melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu
(Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga
Cahaya Sumatera (Medan).Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak
Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan
Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di
negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka
adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan
kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut
berperang juga adalah seorang ulama-wanita.
Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati.Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda.
Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik.
Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan,” begitu kata Rohana Kudus.Seperti diungkapkan oleh Prof. Harsja W. Bachtiar dan Tiar Anwar Bahtiar, penokohan Kartini tidak terlepas dari peran Belanda.Harsja W. Bachtiar bahkan menyinggung nama Snouck Hurgronje dalam rangkaian penokohan Kartini oleh Abendanon. Padahal, Snouck adalah seorang orientalis Belanda yang memiliki kebijakan sistematis untuk meminggirkan Islam dari bumi Nusantara. Pakar sejarah Melayu, Prof. Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan adanya upaya yang sistematis dari orientalis Belanda untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah Kepulauan Nusantara.Dalam bukunya, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu ((Bandung: Mizan, 1990, cet. Ke-4), Prof. Naquib al-Attas menulis tentang masalah ini:“Kecenderungan ke arah memperkecil peranan Islam dalam sejarah Kepulauan ini, sudah nyata pula, misalnya dalam tulisan-tulisan Snouck Hurgronje pada akhir abad yang lalu.Kemudian hampir semua sarjana-sarjana yang menulis selepas Hurgronje telah terpengaruh kesan pemikirannya yang meluas dan mendalam di kalangan mereka, sehingga tidak mengherankan sekiranya pengaruh itu masih berlaku sampai dewasa ini.”Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgronje? Dalam sejumlah suratnya kepada Ny. Abendanon, Kartini memang beberapa kali menyebut nama Snouck
SUMBER : http://forum.viva.co.id/sejarah/1591377-mitos-dan-kontroversi-sejarah-ra-kartini.html
Saturday, 19 April 2014
KEBINGUNGAN POROS TENGAH
Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) resmi berkoalisi dengan Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra). Jumat, 18 April 2014, kedua partai mendeklarasikan Prabowo
Subianto sebagai calon presiden di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP
di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Ketua Umum PPP Suryadharma Ali, yang akrab disapa SDA, menegaskan partainya sudah menetapkan untuk menjalin koalisi dengan Gerindra. Koalisi ini menurut SDA merupakan kesepakatan secara bulat dari seluruh pengurus di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partainya.
"Koalisi sudah mengkristal. Ketua umum bersama pengurus DPP sepakat berkoalisi dengan Pak Prabowo," katanya di kantor DPP PPP, Jakarta, Jumat 18 April 2014.
Tidak hanya berhenti pada koalisi resmi kedua partai, SDA juga menyatakan dukungan penuh dari PPP terhadap pencalonan Prabowo sebagai calon presiden (Capres). “Kami menilai Prabowo cocok memimpin Indonesia ke depan. Ini menurut pandangan kami. Yang lain mungkin punya pandangan berbeda,” kata SDA.
Menurut SDA, koalisinya dengan partai Gerindra adalah karena kesamaan visi dan misi untuk membuat Bangsa Indonesia lebih baik ke depan. Namun, ia tidak bersedia menjelaskan kesepakatan politik kedua partai dalam koalisi ini.
"Seluruhnya diarahkan untuk kepentingan bangsa. Bersatu dulu, kita punya visi dan misi yang sama untuk memperjuangkan bangsa ini. Tidak ada politik transaksi," ujarnya.
Ketika ditanya soal kemungkinan dijagokan sebagai calon wakil presiden (Cawapres), SDA enggan menjawab apakah dia disiapkan untuk menduduki kursi cawapres mendampingi Prabowo. "Saya tidak mau mengandai-andai, mengalir saja. Apa yang akan terjadi nanti kita lihat nanti," katanya.
Namun, PPP sepertinya tak bulat memberikan suara pada Prabowo. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy tak hadir dalam pendeklarasian Prabowo.
Saat dihubungi VIVAnews, Romi menyatakan partainya tetap membuka diri untuk menjalin koalisi dengan partai-partai lain. "Kemarin malam sudah ada pertemuan sebelumnya dengan partai Islam, menurut saya Poros Tengah hanya sebuah alternatif saja, sebagai pemecah kebuntuan istilahnya," kata Romi ketika dihubungi VIVAnews, 18 April 2014.
Romi mengatakan, pertemuan semalam hanya sebatas pertemuan politik saja dan bukan pertemuan yang langsung menuju ke arah pengambilan keputusan. Menurutnya, PPP juga tidak menutup kemungkinan akan menyerukan koalisi ramping yang terdiri dari empat partai yaitu Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan terakhir adalah PPP.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ray Rangkuti menilai koalisi antara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang baru saja diresmikan oleh Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto adalah koalisi yang membingungkan.
Pasalnya menurut Ray, baru Kamis 17 April malam kemarin, PPP melakukan pertemuan dengan partai-partai Islam dan memunculkan opsi Koalisi Indonesia Raya. "Belum apa-apa sudah berkoalisi, jadi apa gunanya pertemuan kemarin malam, apa untungnya jika ujung-ujungnya partai nasional lagi yang memegang kekuasaan," kata Ray ketika dihubungi VIVAnews, Jumat 18 April 2014.
Saat ini Ray melihat cita-cita yang diusung oleh partai-partai Islam telah memudar. Menurut Ray yang tersisa hanya sebuah kesepakatan untuk mendapatkan keuntungan yang diraih untuk kepentingan masing-masing.
Poros Tengah Didekati Prabowo
Pencalonan Prabowo oleh PPP jelas memperkuat langkah Prabowo mendekati partai-partai Islam. PPP dan Gerindra 'melangkahi' hasil pertemuan tertutup selama tiga jam semalam, antara petinggi partai-partai Islam yang juga dihadiri oleh sejumlah tokoh Islam.
Ketua Umum PPP Suryadharma Ali, yang akrab disapa SDA, menegaskan partainya sudah menetapkan untuk menjalin koalisi dengan Gerindra. Koalisi ini menurut SDA merupakan kesepakatan secara bulat dari seluruh pengurus di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partainya.
"Koalisi sudah mengkristal. Ketua umum bersama pengurus DPP sepakat berkoalisi dengan Pak Prabowo," katanya di kantor DPP PPP, Jakarta, Jumat 18 April 2014.
Tidak hanya berhenti pada koalisi resmi kedua partai, SDA juga menyatakan dukungan penuh dari PPP terhadap pencalonan Prabowo sebagai calon presiden (Capres). “Kami menilai Prabowo cocok memimpin Indonesia ke depan. Ini menurut pandangan kami. Yang lain mungkin punya pandangan berbeda,” kata SDA.
Menurut SDA, koalisinya dengan partai Gerindra adalah karena kesamaan visi dan misi untuk membuat Bangsa Indonesia lebih baik ke depan. Namun, ia tidak bersedia menjelaskan kesepakatan politik kedua partai dalam koalisi ini.
"Seluruhnya diarahkan untuk kepentingan bangsa. Bersatu dulu, kita punya visi dan misi yang sama untuk memperjuangkan bangsa ini. Tidak ada politik transaksi," ujarnya.
Ketika ditanya soal kemungkinan dijagokan sebagai calon wakil presiden (Cawapres), SDA enggan menjawab apakah dia disiapkan untuk menduduki kursi cawapres mendampingi Prabowo. "Saya tidak mau mengandai-andai, mengalir saja. Apa yang akan terjadi nanti kita lihat nanti," katanya.
Namun, PPP sepertinya tak bulat memberikan suara pada Prabowo. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy tak hadir dalam pendeklarasian Prabowo.
Saat dihubungi VIVAnews, Romi menyatakan partainya tetap membuka diri untuk menjalin koalisi dengan partai-partai lain. "Kemarin malam sudah ada pertemuan sebelumnya dengan partai Islam, menurut saya Poros Tengah hanya sebuah alternatif saja, sebagai pemecah kebuntuan istilahnya," kata Romi ketika dihubungi VIVAnews, 18 April 2014.
Romi mengatakan, pertemuan semalam hanya sebatas pertemuan politik saja dan bukan pertemuan yang langsung menuju ke arah pengambilan keputusan. Menurutnya, PPP juga tidak menutup kemungkinan akan menyerukan koalisi ramping yang terdiri dari empat partai yaitu Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan terakhir adalah PPP.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ray Rangkuti menilai koalisi antara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang baru saja diresmikan oleh Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto adalah koalisi yang membingungkan.
Pasalnya menurut Ray, baru Kamis 17 April malam kemarin, PPP melakukan pertemuan dengan partai-partai Islam dan memunculkan opsi Koalisi Indonesia Raya. "Belum apa-apa sudah berkoalisi, jadi apa gunanya pertemuan kemarin malam, apa untungnya jika ujung-ujungnya partai nasional lagi yang memegang kekuasaan," kata Ray ketika dihubungi VIVAnews, Jumat 18 April 2014.
Saat ini Ray melihat cita-cita yang diusung oleh partai-partai Islam telah memudar. Menurut Ray yang tersisa hanya sebuah kesepakatan untuk mendapatkan keuntungan yang diraih untuk kepentingan masing-masing.
Poros Tengah Didekati Prabowo
Pencalonan Prabowo oleh PPP jelas memperkuat langkah Prabowo mendekati partai-partai Islam. PPP dan Gerindra 'melangkahi' hasil pertemuan tertutup selama tiga jam semalam, antara petinggi partai-partai Islam yang juga dihadiri oleh sejumlah tokoh Islam.
Pertemuan yang dihadiri
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais,
Bendahara Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Bacruddin Nasori, Sekjen
Majelis Pertimbangan PAN, Azwar Abubakar, dan Presiden Partai Keadilan
Sejahtera, (PKS) Anis Matta, bersama dengan tokoh-tokoh Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU), dan MUI itu sepertinya baru sebatas forum
silaturahmi. Usai pertemuan, Amien Rais mengatakan pihaknya tengah
menyatukan pendapat tentang koalisi ini.
"Jadi, tadi saya dengar sendiri teman-teman parpol Islam ini akan bekerja sama, menyetel orkes yang indah begitu, kemudian mencari platform. Memang tidak mungkin tanpa kekuatan lain," kata Amien.
Senada dengan Amien, Anis Matta, mengemukakan hal yang sama. Anis mengatakan bahwa mereka tengah menyamakan pandangan tentang koalisi.
"Targetnya hanya menyamakan persepsi dulu bahwa perolehan suara parpol Islam sangat signifikan. Ini waktunya untuk memikirkan kemungkinan kita memiliki capres sendiri dari parpol Islam," ujarnya.
Anis mengatakan usai pertemuan itu, akan ada pertemuan selanjutnya untuk membicarakan hal tersebut. Sayangnya, dia tidak menyebutkan waktu pasti pertemuannya. "Masalah ini tidak mungkin diselesaikan dalam satu kali pertemuan, ya," katanya.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengapresiasi pertemuan itu. Namun JK mengakui memang sulit menyatukan mereka seperti yang pernah terjadi di tahun 1999 saat mengusung pasangan Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.
"Cita-cita itu kan pasti baik, tetapi kadang tidak mudah dilaksanakan karena masing-masing partai punya cara yang tidak mudah," kata JK di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Semua parpol Islam menurut JK memiliki ideologi yang hampir sama. Namun, di internal partai yang berasas Islam tersebut para elite dan tokohnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Mantan Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut mengakui tidak bisa menghadiri pertemuan para elite dan tokoh-tokoh partai Islam tadi malam, lantaran punya agenda lain yang tidak bisa ditinggalkan. JK menambahkan, semua partai itu kini sama, baik itu yang berideologi Islam maupun nasionalis.
"Di mana-mana partai Islam itu sudah nasional semua," ujarnya.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan perolehan suara partai Islam dalam Pemilu legislatif 2014 ini cukup signifikan dan jika bersatu atau berkoalisi maka dapat mengusung calon presiden dan calon wakil presiden. Meski begitu, menurut pria yang akrab disapa Buya ini, untuk mewujudkan partai Islam berkoalisi tidaklah mudah.
Buya Syafii berpendapat, sebaiknya tokoh yang nantinya akan diusung menjadi capres dan cawapres berasal dari tokoh di luar partai Islam. Namun tetap yang santri seperti dalam buku "Tokoh Islam Non Parpol".
"Jika masing-masing parpol berbasis Islam mengusung capresnya masing-masing maka koalisi partai Islam sulit terwujud," kata Buya Syafii di Yogyakarta, Jumat 18 April 2014.
Buya Syafii menambahkan, harus ada kebesaran hati dari partai politik berbasis Islam agar koalisi ini terbentuk. Sebab, pada akhirnya adalah untuk kepentingan umat Islam. "Patut disyukuri perolehan suara partai berbasis agama Islam ini meningkat, karena banyak pihak yang memprediksi suara akan jeblok," ujarnya.
PKB Tak Mau Ikut
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), Marwan Ja'far, mengatakan partainya cenderung berkoalisi dengan partai berbasis nasionalis dari pada partai berbasis Islam. Alasannya, ia tidak melihat figur yang bisa menjadi pemimpin dari partai berbasis Islam.
"Belum ada figur yang mampu menjadi kandidat capres atau cawapres dalam kerangka partai berbasis Islam. Saat ini kondisinya dilematis," katanya di Jakarta, Jumat 18 April 2014.
Dia meragukan berbagai tokoh partai Islam yang saat ini muncul ke permukaan. Para tokoh tersebut dianggapnya dalam posisi yang belum meyakinkan untuk menjadi capres ataupun cawapres.
"Kalau toh mau, belum tentu mampu. Kalau toh mampu, belum tentu mau. Kondisinya sangat dilematis," ungkapnya.
Ia menambahkan alasannya, yakni sampai saat ini belum ada tokoh Islam yang punya elektabilitas dan popularitas tinggi, hingga mampu bersaing dengan tokoh dari partai nasionalis. Ini penting di mana persaingan pilpres sangat mengutamakan figur. "Sementara, waktu untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas sangat mepet," katanya.
Sisi finansial partai Islam menjadi perhatian Marwan. Menurutnya biaya kampanye dalam pemilihan presiden sangat tinggi. Ia meragukan partai Islam mempunyai kemampuan finansial.
"Mulai sosialisasi, membuat iklan, kunjungan ke daerah hingga membantu relawan pembentukan tim sukses, semuanya itu membutuhkan biaya tinggi," ujarnya.
Menurut Marwan dalam situasi politik yang dinamis, semua kemungkinan bisa terjadi. Menurutnya politik sangat dinamis dan penuh nuansa ketidakpastian. Marwan menekankan dalam politik kontemporer Indonesia sudah tidak relevan lagi mendikotomikan antara partai berbasis nasionalis dengan partai berbasis Islam.
"Islam itu rahmatan lil'alamin. Segala kemungkinan politik sedang kami kaji secara mendalam dan komprehensif. Dalam konteks Indonesia, Islam tidak perlu diformalisasikan, tapi dilaksanakan secara substantif. Yang penting spirit Islam mewarnai Indonesia," katanya.
"Jadi, tadi saya dengar sendiri teman-teman parpol Islam ini akan bekerja sama, menyetel orkes yang indah begitu, kemudian mencari platform. Memang tidak mungkin tanpa kekuatan lain," kata Amien.
Senada dengan Amien, Anis Matta, mengemukakan hal yang sama. Anis mengatakan bahwa mereka tengah menyamakan pandangan tentang koalisi.
"Targetnya hanya menyamakan persepsi dulu bahwa perolehan suara parpol Islam sangat signifikan. Ini waktunya untuk memikirkan kemungkinan kita memiliki capres sendiri dari parpol Islam," ujarnya.
Anis mengatakan usai pertemuan itu, akan ada pertemuan selanjutnya untuk membicarakan hal tersebut. Sayangnya, dia tidak menyebutkan waktu pasti pertemuannya. "Masalah ini tidak mungkin diselesaikan dalam satu kali pertemuan, ya," katanya.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengapresiasi pertemuan itu. Namun JK mengakui memang sulit menyatukan mereka seperti yang pernah terjadi di tahun 1999 saat mengusung pasangan Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.
"Cita-cita itu kan pasti baik, tetapi kadang tidak mudah dilaksanakan karena masing-masing partai punya cara yang tidak mudah," kata JK di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Semua parpol Islam menurut JK memiliki ideologi yang hampir sama. Namun, di internal partai yang berasas Islam tersebut para elite dan tokohnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Mantan Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut mengakui tidak bisa menghadiri pertemuan para elite dan tokoh-tokoh partai Islam tadi malam, lantaran punya agenda lain yang tidak bisa ditinggalkan. JK menambahkan, semua partai itu kini sama, baik itu yang berideologi Islam maupun nasionalis.
"Di mana-mana partai Islam itu sudah nasional semua," ujarnya.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan perolehan suara partai Islam dalam Pemilu legislatif 2014 ini cukup signifikan dan jika bersatu atau berkoalisi maka dapat mengusung calon presiden dan calon wakil presiden. Meski begitu, menurut pria yang akrab disapa Buya ini, untuk mewujudkan partai Islam berkoalisi tidaklah mudah.
Buya Syafii berpendapat, sebaiknya tokoh yang nantinya akan diusung menjadi capres dan cawapres berasal dari tokoh di luar partai Islam. Namun tetap yang santri seperti dalam buku "Tokoh Islam Non Parpol".
"Jika masing-masing parpol berbasis Islam mengusung capresnya masing-masing maka koalisi partai Islam sulit terwujud," kata Buya Syafii di Yogyakarta, Jumat 18 April 2014.
Buya Syafii menambahkan, harus ada kebesaran hati dari partai politik berbasis Islam agar koalisi ini terbentuk. Sebab, pada akhirnya adalah untuk kepentingan umat Islam. "Patut disyukuri perolehan suara partai berbasis agama Islam ini meningkat, karena banyak pihak yang memprediksi suara akan jeblok," ujarnya.
PKB Tak Mau Ikut
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), Marwan Ja'far, mengatakan partainya cenderung berkoalisi dengan partai berbasis nasionalis dari pada partai berbasis Islam. Alasannya, ia tidak melihat figur yang bisa menjadi pemimpin dari partai berbasis Islam.
"Belum ada figur yang mampu menjadi kandidat capres atau cawapres dalam kerangka partai berbasis Islam. Saat ini kondisinya dilematis," katanya di Jakarta, Jumat 18 April 2014.
Dia meragukan berbagai tokoh partai Islam yang saat ini muncul ke permukaan. Para tokoh tersebut dianggapnya dalam posisi yang belum meyakinkan untuk menjadi capres ataupun cawapres.
"Kalau toh mau, belum tentu mampu. Kalau toh mampu, belum tentu mau. Kondisinya sangat dilematis," ungkapnya.
Ia menambahkan alasannya, yakni sampai saat ini belum ada tokoh Islam yang punya elektabilitas dan popularitas tinggi, hingga mampu bersaing dengan tokoh dari partai nasionalis. Ini penting di mana persaingan pilpres sangat mengutamakan figur. "Sementara, waktu untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas sangat mepet," katanya.
Sisi finansial partai Islam menjadi perhatian Marwan. Menurutnya biaya kampanye dalam pemilihan presiden sangat tinggi. Ia meragukan partai Islam mempunyai kemampuan finansial.
"Mulai sosialisasi, membuat iklan, kunjungan ke daerah hingga membantu relawan pembentukan tim sukses, semuanya itu membutuhkan biaya tinggi," ujarnya.
Menurut Marwan dalam situasi politik yang dinamis, semua kemungkinan bisa terjadi. Menurutnya politik sangat dinamis dan penuh nuansa ketidakpastian. Marwan menekankan dalam politik kontemporer Indonesia sudah tidak relevan lagi mendikotomikan antara partai berbasis nasionalis dengan partai berbasis Islam.
"Islam itu rahmatan lil'alamin. Segala kemungkinan politik sedang kami kaji secara mendalam dan komprehensif. Dalam konteks Indonesia, Islam tidak perlu diformalisasikan, tapi dilaksanakan secara substantif. Yang penting spirit Islam mewarnai Indonesia," katanya.
UANG ADALAH TUHAN
Mayer Amschel Rothschild (1744-1812), pendiri House of Rothschild
Mungkin hal yang paling penting untuk mengetahui tentang kekuasaan di dunia saat ini adalah bahwa sebagian besar negara tidak memiliki kontrol atas mata uang mereka sendiri. Sebaliknya swasta, bank nirlaba pusat - seperti Federal Reserve System di AS - membuat uang dari apa-apa dan kemudian meminjamkannya dengan bunga kepada pemerintah masing-masing. Ini adalah penipuan yang sangat menguntungkan, tapi itu bukan yang terburuk.
Tidak hanya bank sentral memiliki kekuatan untuk menciptakan uang secara gratis , mereka juga memiliki kekuatan untuk menetapkan suku bunga , untuk memutuskan berapa banyak kredit yang dikeluarkan , dan untuk memutuskan berapa banyak uang yang dimasukkan ke dalam sirkulasi . Dengan kekuatan ini bank sentral dapat - dan melakukan - mengatur siklus boom dan bust , memungkinkan pemilik super- kaya bank untuk mendapatkan keuntungan dari investasi selama booming , dan membeli aset-aset dengan harga murah selama patung . Dan itu masih belum keseluruhan cerita .
Yang paling menguntungkan dari semua kegiatan bank sentral adalah pembiayaan perang besar , terutama dua Perang Dunia . Ketika negara-negara yang terlibat dalam peperangan , dengan kelangsungan hidup mereka dipertaruhkan , pemerintah menguras sumber daya mereka untuk batas dalam kompetisi untuk menang . Perjuangan untuk mendapatkan lebih banyak pendanaan menjadi sama pentingnya dengan kompetisi di medan perang . Rentenir, cinta peminjam ( per-kreditan ) yang putus asa , dan kekayaan besar telah dibuat dengan memperluas kredit kepada kedua belah pihak dalam konflik : semakin lama perang terus berlanjut , semakin banyak keuntungan bagi bank sentral .
Kekayaan terpusat Menghasilkan Daya yang lebih
Beberapa laki-laki terbesar di Amerika Serikat yang takut akan sesuatu. Mereka tahu ada kekuatan di suatu tempat, sangat terorganisir, begitu halus, begitu waspada, sehingga saling bertautan, begitu lengkap, begitu meluas bahwa mereka lebih baik tidak berbicara atas napas mereka ketika mereka berbicara dalam kutukan itu.
- Woodrow Wilson (1856-1924), Presiden ke-28 Amerika Serikat
Sistem politik kami, berdasarkan partai yang bersaing untuk terpilih, secara intheren rentan terhadap korupsi. Sama seperti perjuangan untuk pembiayaan adalah penting dalam kampanye militer, jadi itu penting dalam kampanye politik. Donor kaya bisa mendapatkan perlakuan khusus, ketika datang ke undang-undang dan regulasi yang mempengaruhi kepentingan bisnis mereka. Korupsi seperti ini, bagaimanapun, adalah hanya puncak gunung es.
Cara yang lebih efektif bahwa kekayaan diterjemahkan menjadi kekuatan adalah dengan menempatkan agen - individu yang setia kepada pendukung kaya - ke posisi pengaruh dan kekuasaan. Sebagai contoh, ketika Rothschild dan Rockefeller bergabung untuk mendirikan Federal Reserve , mereka merekrut seorang profesor diketahui , Woodrow Wilson , berjanji untuk membuat Presiden , dan dijamin janji kembali, bahwa ia akan menandatangani RUU Federal Reserve ketika saatnya tiba .
Dengan pengaruh mereka atas bos partai , kontrol mereka terhadap surat kabar , dan pendanaan terbatas , mereka mampu mendapatkan Wilson terpilih . Dia mungkin kemudian menyesali tawar-menawar dengan setan , seperti yang disarankan dalam kutipan di atas .
Sebuah contoh yang lebih modern adalah Obama , yang pada tahun 2009 ditugaskan oleh Henry Kissinger ( dirinya agen kunci dari Rockefeller ) untuk menciptakan sebuah " tatanan dunia baru . " Seperti Wilson , Obama muncul dari politik mana, yang meroket ke Kepresidenan , dan membuktikan kesetiaannya di kantor . Dalam kasus Obama , ini terlibat segera mengubah Gedung Putih ke agen pusat - bankir dari Wall Street - Timothy Geithner dan teman-temannya . Mereka membuat kebijakan; Obama membuat pidato .
Hal semacam ini telah berlangsung selama berabad-abad , pertama di Eropa dan kemudian di Amerika Serikat . Apa yang dimulai sebagai penempatan agen kunci telah berkembang dari waktu ke waktu . Apa yang kita miliki sekarang adalah sebuah web internasional kontrol , dengan agen kunci ditempatkan dalam partai politik , pemerintah dan lembaga mereka , media , papan perusahaan , badan intelijen , dan militer . Di tengah-tengah web adalah dinasti bank sentral - Dewa Uang - yang tetap sebagian besar di belakang layar , menarik helai kekuasaan yang sesungguhnya .
Teknik Transformasi
Dalam politik , tidak ada yang terjadi secara kebetulan . Jika itu terjadi, Anda dapat bertaruh itu direncanakan dengan cara itu.
- Franklin D. Roosevelt (1882-1945) , Presiden ke-32 Amerika Serikat
Apakah Anda pernah melamun tentang apa yang akan Anda lakukan jika Anda memiliki kekayaan dan kekuasaan ? Untuk beberapa jawabannya mungkin kehidupan luang dan kesenangan , tapi bagi banyak pikiran mereka akan beralih ke mengubah dunia , membuat dunia 'lebih baik' .
Contoh ikon akan Bill Gates , yang lebih suka menggunakan sebagian besar kekayaannya untuk membuat perubahan di dunia - terutama hubungannya dengan pengurangan populasi - daripada mengabdikan untuk mengumpulkan kekayaan lebih besar .
Para Dewa Uang ( The Gods Of Money) seperti itu . Mereka punya kekayaan dan kekuasaan , lebih besar , selama beberapa generasi , dan tidak seperti Anda dan saya , mereka dapat melakukan lebih dari lamunan . Usaha mereka telah terlibat dalam selama beberapa abad belum mengumpulkan lebih banyak kekayaan , melainkan telah mengubah dunia ke dalam jenis yang diinginkan mereka sendiri fiefdom pribadi . Mereka telah mencapai ini dalam serangkaian proyek transformasional pada skala global. Apa yang disebut sebagai ' The New World Order ' hanyalah terbaru dalam proyek seri ini .
The Great America Project : Sebuah Basis Ideal Operasi
Ketika koloni Amerika mencapai kemerdekaan dari Inggris , sebuah negara baru diciptakan yang jelas memiliki potensi untuk menjadi kekuatan dunia benar-benar hebat . Sebuah benua besar , lebih besar dari seluruh Eropa , dan dengan sumber daya yang sangat besar , yang tersedia untuk ditaklukkan dan dieksploitasi . Jika Rothschild bisa menguasai Amerika , mereka bisa menggunakannya sebagai basis operasi untuk mengkonsolidasikan kekuasaan mereka secara global .
Tahun 1800-an AS tumbuh menjadi kekuatan industri yang tangguh . Kami meng-asosiasikan kenaikan ini berkuasa dengan nama-nama seperti Carnegie , Mellon , JP Morgan , dan Rockefeller , yang kemudian dikenal sebagai ' baron perampok ' . Namun itu Rothschild uang , dan bank , yang memainkan peran utama dalam pembiayaan proyek industrialisasi ini Rothschild -linked . Keluarga Rothschild dengan hati-hati mempersiapkan basis masa depan mereka operasi . JD Rockefeller adalah yang terbesar dari para baron perampok , dan ia mampu bergabung dengan Dewa Uang pantheon pada kurang lebih sama dengan istilah Rothschild .
Dengan AS didirikan sebagai kekuatan industri utama , langkah berikutnya adalah untuk Dewa Uang untuk mengambil kontrol yang kuat dari raksasa ini mereka membantu menciptakan . Seperti dijelaskan di atas , ini dicapai dengan biasa di belakang layar manipulasi melalui penciptaan Federal Reserve pada tahun 1913 .
Proyek Perang Dunia 1
Langkah berikutnya adalah untuk memainkan kekuatan Eropa melawan satu sama lain . Dengan dukungan dari Rothschild , seperti yang dijelaskan dalam buku Hidden History (lihat sidebar di halaman 14 edisi ini New Dawn ) , sebuah komplotan rahasia elit Inggris rekayasa ' Perang Besar ' dengan Jerman , yang industri dan kekuatan finansial mulai gerhana bahwa dari Kerajaan Inggris . Tujuannya komplotan rahasia adalah untuk melestarikan supremasi Inggris . Para Dewa Uang , bagaimanapun, memainkan permainan yang lebih dalam . Jerman kalah perang , tapi itu adalah AS yang muncul sebagai penerima manfaat utama , bukan Inggris .
Sementara negara-negara Eropa yang melelahkan diri dalam perang , AS memasok mereka dengan cara-cara untuk melakukannya , dan persediaan tersebut sedang dibayar oleh kredit dimungkinkan oleh Federal Reserve baru - yang telah didirikan tepat pada waktunya untuk tujuan itu . Ketika perang berakhir , kekuatan Eropa berutang jumlah astronomi ke AS , dan AS telah sangat memperluas kapasitas industri dalam proses penyediaan bahan perang .
Sebelum perang , AS, Inggris , dan Jerman yang lebih atau kurang setara sebagai kekuatan industri . Dengan hanya keterlibatan militer diabaikan , AS muncul dari perang jauh kekuatan industri terbesar, dan negara terkaya di dunia juga. Namun AS hanya satu Power Besar di antara banyak . Itu tidak memiliki armada kelas dunia juga tidak memiliki tentara yang kelas dunia
Mungkin hal yang paling penting untuk mengetahui tentang kekuasaan di dunia saat ini adalah bahwa sebagian besar negara tidak memiliki kontrol atas mata uang mereka sendiri. Sebaliknya swasta, bank nirlaba pusat - seperti Federal Reserve System di AS - membuat uang dari apa-apa dan kemudian meminjamkannya dengan bunga kepada pemerintah masing-masing. Ini adalah penipuan yang sangat menguntungkan, tapi itu bukan yang terburuk.
Tidak hanya bank sentral memiliki kekuatan untuk menciptakan uang secara gratis , mereka juga memiliki kekuatan untuk menetapkan suku bunga , untuk memutuskan berapa banyak kredit yang dikeluarkan , dan untuk memutuskan berapa banyak uang yang dimasukkan ke dalam sirkulasi . Dengan kekuatan ini bank sentral dapat - dan melakukan - mengatur siklus boom dan bust , memungkinkan pemilik super- kaya bank untuk mendapatkan keuntungan dari investasi selama booming , dan membeli aset-aset dengan harga murah selama patung . Dan itu masih belum keseluruhan cerita .
Yang paling menguntungkan dari semua kegiatan bank sentral adalah pembiayaan perang besar , terutama dua Perang Dunia . Ketika negara-negara yang terlibat dalam peperangan , dengan kelangsungan hidup mereka dipertaruhkan , pemerintah menguras sumber daya mereka untuk batas dalam kompetisi untuk menang . Perjuangan untuk mendapatkan lebih banyak pendanaan menjadi sama pentingnya dengan kompetisi di medan perang . Rentenir, cinta peminjam ( per-kreditan ) yang putus asa , dan kekayaan besar telah dibuat dengan memperluas kredit kepada kedua belah pihak dalam konflik : semakin lama perang terus berlanjut , semakin banyak keuntungan bagi bank sentral .
Kekayaan terpusat Menghasilkan Daya yang lebih
Beberapa laki-laki terbesar di Amerika Serikat yang takut akan sesuatu. Mereka tahu ada kekuatan di suatu tempat, sangat terorganisir, begitu halus, begitu waspada, sehingga saling bertautan, begitu lengkap, begitu meluas bahwa mereka lebih baik tidak berbicara atas napas mereka ketika mereka berbicara dalam kutukan itu.
- Woodrow Wilson (1856-1924), Presiden ke-28 Amerika Serikat
Sistem politik kami, berdasarkan partai yang bersaing untuk terpilih, secara intheren rentan terhadap korupsi. Sama seperti perjuangan untuk pembiayaan adalah penting dalam kampanye militer, jadi itu penting dalam kampanye politik. Donor kaya bisa mendapatkan perlakuan khusus, ketika datang ke undang-undang dan regulasi yang mempengaruhi kepentingan bisnis mereka. Korupsi seperti ini, bagaimanapun, adalah hanya puncak gunung es.
Cara yang lebih efektif bahwa kekayaan diterjemahkan menjadi kekuatan adalah dengan menempatkan agen - individu yang setia kepada pendukung kaya - ke posisi pengaruh dan kekuasaan. Sebagai contoh, ketika Rothschild dan Rockefeller bergabung untuk mendirikan Federal Reserve , mereka merekrut seorang profesor diketahui , Woodrow Wilson , berjanji untuk membuat Presiden , dan dijamin janji kembali, bahwa ia akan menandatangani RUU Federal Reserve ketika saatnya tiba .
Dengan pengaruh mereka atas bos partai , kontrol mereka terhadap surat kabar , dan pendanaan terbatas , mereka mampu mendapatkan Wilson terpilih . Dia mungkin kemudian menyesali tawar-menawar dengan setan , seperti yang disarankan dalam kutipan di atas .
Sebuah contoh yang lebih modern adalah Obama , yang pada tahun 2009 ditugaskan oleh Henry Kissinger ( dirinya agen kunci dari Rockefeller ) untuk menciptakan sebuah " tatanan dunia baru . " Seperti Wilson , Obama muncul dari politik mana, yang meroket ke Kepresidenan , dan membuktikan kesetiaannya di kantor . Dalam kasus Obama , ini terlibat segera mengubah Gedung Putih ke agen pusat - bankir dari Wall Street - Timothy Geithner dan teman-temannya . Mereka membuat kebijakan; Obama membuat pidato .
Hal semacam ini telah berlangsung selama berabad-abad , pertama di Eropa dan kemudian di Amerika Serikat . Apa yang dimulai sebagai penempatan agen kunci telah berkembang dari waktu ke waktu . Apa yang kita miliki sekarang adalah sebuah web internasional kontrol , dengan agen kunci ditempatkan dalam partai politik , pemerintah dan lembaga mereka , media , papan perusahaan , badan intelijen , dan militer . Di tengah-tengah web adalah dinasti bank sentral - Dewa Uang - yang tetap sebagian besar di belakang layar , menarik helai kekuasaan yang sesungguhnya .
Teknik Transformasi
Dalam politik , tidak ada yang terjadi secara kebetulan . Jika itu terjadi, Anda dapat bertaruh itu direncanakan dengan cara itu.
- Franklin D. Roosevelt (1882-1945) , Presiden ke-32 Amerika Serikat
Apakah Anda pernah melamun tentang apa yang akan Anda lakukan jika Anda memiliki kekayaan dan kekuasaan ? Untuk beberapa jawabannya mungkin kehidupan luang dan kesenangan , tapi bagi banyak pikiran mereka akan beralih ke mengubah dunia , membuat dunia 'lebih baik' .
Contoh ikon akan Bill Gates , yang lebih suka menggunakan sebagian besar kekayaannya untuk membuat perubahan di dunia - terutama hubungannya dengan pengurangan populasi - daripada mengabdikan untuk mengumpulkan kekayaan lebih besar .
Para Dewa Uang ( The Gods Of Money) seperti itu . Mereka punya kekayaan dan kekuasaan , lebih besar , selama beberapa generasi , dan tidak seperti Anda dan saya , mereka dapat melakukan lebih dari lamunan . Usaha mereka telah terlibat dalam selama beberapa abad belum mengumpulkan lebih banyak kekayaan , melainkan telah mengubah dunia ke dalam jenis yang diinginkan mereka sendiri fiefdom pribadi . Mereka telah mencapai ini dalam serangkaian proyek transformasional pada skala global. Apa yang disebut sebagai ' The New World Order ' hanyalah terbaru dalam proyek seri ini .
The Great America Project : Sebuah Basis Ideal Operasi
Ketika koloni Amerika mencapai kemerdekaan dari Inggris , sebuah negara baru diciptakan yang jelas memiliki potensi untuk menjadi kekuatan dunia benar-benar hebat . Sebuah benua besar , lebih besar dari seluruh Eropa , dan dengan sumber daya yang sangat besar , yang tersedia untuk ditaklukkan dan dieksploitasi . Jika Rothschild bisa menguasai Amerika , mereka bisa menggunakannya sebagai basis operasi untuk mengkonsolidasikan kekuasaan mereka secara global .
Tahun 1800-an AS tumbuh menjadi kekuatan industri yang tangguh . Kami meng-asosiasikan kenaikan ini berkuasa dengan nama-nama seperti Carnegie , Mellon , JP Morgan , dan Rockefeller , yang kemudian dikenal sebagai ' baron perampok ' . Namun itu Rothschild uang , dan bank , yang memainkan peran utama dalam pembiayaan proyek industrialisasi ini Rothschild -linked . Keluarga Rothschild dengan hati-hati mempersiapkan basis masa depan mereka operasi . JD Rockefeller adalah yang terbesar dari para baron perampok , dan ia mampu bergabung dengan Dewa Uang pantheon pada kurang lebih sama dengan istilah Rothschild .
Dengan AS didirikan sebagai kekuatan industri utama , langkah berikutnya adalah untuk Dewa Uang untuk mengambil kontrol yang kuat dari raksasa ini mereka membantu menciptakan . Seperti dijelaskan di atas , ini dicapai dengan biasa di belakang layar manipulasi melalui penciptaan Federal Reserve pada tahun 1913 .
Proyek Perang Dunia 1
Langkah berikutnya adalah untuk memainkan kekuatan Eropa melawan satu sama lain . Dengan dukungan dari Rothschild , seperti yang dijelaskan dalam buku Hidden History (lihat sidebar di halaman 14 edisi ini New Dawn ) , sebuah komplotan rahasia elit Inggris rekayasa ' Perang Besar ' dengan Jerman , yang industri dan kekuatan finansial mulai gerhana bahwa dari Kerajaan Inggris . Tujuannya komplotan rahasia adalah untuk melestarikan supremasi Inggris . Para Dewa Uang , bagaimanapun, memainkan permainan yang lebih dalam . Jerman kalah perang , tapi itu adalah AS yang muncul sebagai penerima manfaat utama , bukan Inggris .
Sementara negara-negara Eropa yang melelahkan diri dalam perang , AS memasok mereka dengan cara-cara untuk melakukannya , dan persediaan tersebut sedang dibayar oleh kredit dimungkinkan oleh Federal Reserve baru - yang telah didirikan tepat pada waktunya untuk tujuan itu . Ketika perang berakhir , kekuatan Eropa berutang jumlah astronomi ke AS , dan AS telah sangat memperluas kapasitas industri dalam proses penyediaan bahan perang .
Sebelum perang , AS, Inggris , dan Jerman yang lebih atau kurang setara sebagai kekuatan industri . Dengan hanya keterlibatan militer diabaikan , AS muncul dari perang jauh kekuatan industri terbesar, dan negara terkaya di dunia juga. Namun AS hanya satu Power Besar di antara banyak . Itu tidak memiliki armada kelas dunia juga tidak memiliki tentara yang kelas dunia
Thursday, 17 April 2014
POROS TENGAH JILID II, APAKAH MUNGKIN?
Wacana
menggabungkan partai Islam untuk membentuk Poros Tengah Jilid II mulai
muncul. Ide menghidupkan lagi Poros Tengah ini mencuat seiring
meningkatnya konstelasi politik paska pemilihan umum legislatif dan
menjelang pemilihan presiden yang akan digelar Juli nanti. Poros Tengah
pernah digagas Amien Rais pada pemilu 1999 lalu.
Seperti diketahui, dari hasil hitung cepat lembaga survei tidak ada partai yang sanggup mendulang suara 20 persen. Dari hasil ini dipastikan juga bahwa tidak ada partai politik yang dapat mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden secara mandiri.
Sejumlah pertemuan elit politik pun digelar, termasuk dari kalangan partai Islam, yang kemudian memicu munculnya wacana Poros Tengah Jilid II. Misalnya saja pertemuan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali dengan bakal calon presiden yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Rhoma Irama, beberapa waktu lalu. Suryadharma bahkan membenarkan bahwa maksud pertemuan itu antara lain untuk membahas koalisi Poros Tengah.
Pertemuan itu, kata dia, bakal digelar kembali. Meski akan menggalang kekuatan partai Islam, tapi menurut Suryadharma, Poros Tengah Jilid II terbuka juga bagi partai-partai lain. SDA optimistis koalisi Poros Tengah dapat mengusung calon presiden alternatif.
"Saya yakin bisa ada Poros Tengah biasa atau Poros Tengah Plus seperti dua periode belakangan," kata Suryadharma di kantor Dewan Pimpinan Pusat PPP, Jakarta, Selasa 15 April 2014.
Rhoma Irama mengamini ucapan SDA. Koalisi partai Islam, kata dia, sangat terbuka. Bahkan, koalisi partai Islam juga terbuka bagi partai nasionalis. Sebelumnya, Raja Dangdut itu juga telah bertemu dengan Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional (PAN). Ada respons baik dari kedua partai itu, kata Rhoma.
PKS menyatakan kesiapannya menggalang kekuatan partai Islam maupun partai yang berbasis massa Islam untuk menghadapi pemilihan presiden pada 9 Juli 2014. Kesiapan tersebut dikemukakan oleh anggota Majelis Syuro PKS, Refrizal. "Kami siap untuk menjadi konsolidator," katanya.
Menurut Refrizal, bila suara partai Islam dan berbasis Islam digabungkan maka hasilnya akan lebih besar dibanding perolehan suara partai-partai yang berada di peringkat tiga besar.
Namun, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid menyampaikan kalau partainya tetap membuka komunikasi dengan partai lain. PKS saat ini sedang menjalani komunikasi dengan PDIP, Gerindra, dan Golkar. Tapi siapa yang akan menjadi mitra koalisi diputuskan Majelis Syuro PKS. Begitu juga nasib tiga kandidat calon presiden PKS.
Tetapi Anggota Komisi Pertahanan DPR itu tetap yakin terbentuknya Poros Tengah yang terdiri dari partai-partai Islam mungkin saja terjadi pada periode pemerintahan mendatang. Poros Tengah, kata dia, bisa terjadi jika partai telah mengetahui perolehan suara yang dikeluarkan resmi Komisi Pemilihan Umum.
"Terjadinya Poros Tengah sangat terbuka. Kita mendukung, tapi itu tidak boleh diartikan telah terjadi tim poros idealisme karena partai islam juga bagian yang konstitusional di Indonesia," katanya.
PKS sendiri mempersilakan Partai Kebangkitan Bangsa untuk memprakarsai terbentuknya poros Islam jilid II itu. Sebab, berdasarkan hitung cepat, PKB ada di urutan tertinggi dari partai Islam lainnya.
"Sekarang ini kalau merujuk pada quick count, suara tertinggi partai Islam merujuk pada PKB, karenanya saya mengusulkan agar PKB mengambil prakarsa atau inisiatif," katanya.
Krisis Sosok Kuat
PKB dalam hitung cepat memperoleh suara sekitar 9 persen. Sementara partai bernuansa Islam lainnya, seperti PAN mendapatkan sekitar 8 persen, PPP sekira 7 persen dan PKS sekitar 7 persen. Jika membentuk Poros Tengah, jumlah suara yang terkumpul lebih dari 30 persen, lebih dari cukup untuk mengusung capres sendiri. Tapi permasalahannya, belum ada sosok capres yang dianggap cukup kuat yang bisa mewakili gabungan partai ini.
Apalagi, beberapa partai terang-terangan tidak setuju dengan wacana ini. Partai Amanat Nasional (PAN) misalnya, secara tegas sudah menolak ajakan untuk menggalang koalisi partai-partai Islam. Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa bahkan tak mau menggunakan lagi istilah Poros Tengah untuk menyebut kumpulan partai tengah yang berkoalisi. Menurutnya, Poros Tengah itu istilah yang digunakan di masa lalu.
"Kondisinya sangat berbeda dan sudah tidak relevan lagi," kata Hatta di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu 16 April 2014.
Menurut Hatta, partainya tidak menutup kemungkinan bekerjasama dengan partai-partai tengah itu lagi meskipun dengan nama yang berbeda. Dia juga menyadari jika partai-partai tengah itu kembali berkoalisi, maka bisa membentuk kekuatan baru. Namun, Hatta belum menutup kesempatan untuk berkomunikasi dengan partai-partai lain. PAN saat ini sedang mendekati Gerindra, PDIP dan Demokrat.
"Biarkan saja partai-partai melakukan pendekatan koalisi, jangan terkotak-kotak yang membuat kita tersekat-sekat untuk membuat bangsa itu bersama-sama," katanya.
Menurut politisi PAN, Nasril Bahar, koalisi yang akan dilakukan partainya tujuannya untuk kepentingan nasional, bukan kepentingan kelompok tertentu. Apabila koalisi dibangun dengan menggunakan kekuatan Islam, maka hal tersebut justru akan merugikan PAN. Sebab partainya telah diterima semua golongan, termasuk di luar kelompok Islam.
Poros tengah adalah kekuatan politik partai-partai Islam yang eksis pada tahun 1999. Saat itu himpunan partai politik Islam yang terdiri dari PPP, PAN, PKB, PK dan PBB, mengusung Abdurrahman Wahid dalam pemilihan presiden yang dipilih oleh MPR dalam Sidang Umum MPR tahun 1999 dan sukses dalam pemilihan presiden.
Keinginan membentuk kembali Poros Tengah Jilid II bisa jadi dilandasi pikiran bahwa kondisi saat ini seperti suasana Pemilihan Presiden pada 1999. Poros Tengah sendiri digagas Amien Rais yang menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PAN.
Soal Poros Tengah Jilid II ini, pengamat politik dari LIPI, Profesor Siti Zuhro berpandangan apa yang terjadi saat ini baru sekadar semangat.
"Semangatnya saja. Baru semangat ketika pemilu 2014 memberikan berkah. Mereka happy banget. Tapi ini baru menyadarkan mereka semua, kalau mereka bersatu ada jumlah 32 persen dan bisa dikerjasamakan. Bila terwujud ini tentu luar biasa," katanya.
Meski begitu, masih banyak hambatan yang akan dihadapi partai-partai yang bersatu untuk membentuk Poros Tengah. Hambatan egosektoral dengan orientasi masing-masing partai belum terlihat bisa diselesaikan.
"Mereka belum selesai dengan orientasi masing-masing. Sub-sub ideologi dan pemimpin yang belum ada menjadi masalah," katanya.
Karena itu, kesepakatan untuk menetapkan siapa calon yang akan diusung harus lebih awal diselesaikan agar Poros Tengah benar-benar dapat terbentuk. Hubungan yang kuat atau chemistry sangat diperlukan agar tidak ada partai yang merasa dikebawahkan.
"Diselesaikan dan harusnya dikonsesikan, bahwa masyarakat diperlihatkan pilihan-pilihan," katanya.
Seperti diketahui, dari hasil hitung cepat lembaga survei tidak ada partai yang sanggup mendulang suara 20 persen. Dari hasil ini dipastikan juga bahwa tidak ada partai politik yang dapat mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden secara mandiri.
Sejumlah pertemuan elit politik pun digelar, termasuk dari kalangan partai Islam, yang kemudian memicu munculnya wacana Poros Tengah Jilid II. Misalnya saja pertemuan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali dengan bakal calon presiden yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Rhoma Irama, beberapa waktu lalu. Suryadharma bahkan membenarkan bahwa maksud pertemuan itu antara lain untuk membahas koalisi Poros Tengah.
Pertemuan itu, kata dia, bakal digelar kembali. Meski akan menggalang kekuatan partai Islam, tapi menurut Suryadharma, Poros Tengah Jilid II terbuka juga bagi partai-partai lain. SDA optimistis koalisi Poros Tengah dapat mengusung calon presiden alternatif.
"Saya yakin bisa ada Poros Tengah biasa atau Poros Tengah Plus seperti dua periode belakangan," kata Suryadharma di kantor Dewan Pimpinan Pusat PPP, Jakarta, Selasa 15 April 2014.
Rhoma Irama mengamini ucapan SDA. Koalisi partai Islam, kata dia, sangat terbuka. Bahkan, koalisi partai Islam juga terbuka bagi partai nasionalis. Sebelumnya, Raja Dangdut itu juga telah bertemu dengan Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional (PAN). Ada respons baik dari kedua partai itu, kata Rhoma.
PKS menyatakan kesiapannya menggalang kekuatan partai Islam maupun partai yang berbasis massa Islam untuk menghadapi pemilihan presiden pada 9 Juli 2014. Kesiapan tersebut dikemukakan oleh anggota Majelis Syuro PKS, Refrizal. "Kami siap untuk menjadi konsolidator," katanya.
Menurut Refrizal, bila suara partai Islam dan berbasis Islam digabungkan maka hasilnya akan lebih besar dibanding perolehan suara partai-partai yang berada di peringkat tiga besar.
Namun, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid menyampaikan kalau partainya tetap membuka komunikasi dengan partai lain. PKS saat ini sedang menjalani komunikasi dengan PDIP, Gerindra, dan Golkar. Tapi siapa yang akan menjadi mitra koalisi diputuskan Majelis Syuro PKS. Begitu juga nasib tiga kandidat calon presiden PKS.
Tetapi Anggota Komisi Pertahanan DPR itu tetap yakin terbentuknya Poros Tengah yang terdiri dari partai-partai Islam mungkin saja terjadi pada periode pemerintahan mendatang. Poros Tengah, kata dia, bisa terjadi jika partai telah mengetahui perolehan suara yang dikeluarkan resmi Komisi Pemilihan Umum.
"Terjadinya Poros Tengah sangat terbuka. Kita mendukung, tapi itu tidak boleh diartikan telah terjadi tim poros idealisme karena partai islam juga bagian yang konstitusional di Indonesia," katanya.
PKS sendiri mempersilakan Partai Kebangkitan Bangsa untuk memprakarsai terbentuknya poros Islam jilid II itu. Sebab, berdasarkan hitung cepat, PKB ada di urutan tertinggi dari partai Islam lainnya.
"Sekarang ini kalau merujuk pada quick count, suara tertinggi partai Islam merujuk pada PKB, karenanya saya mengusulkan agar PKB mengambil prakarsa atau inisiatif," katanya.
Krisis Sosok Kuat
PKB dalam hitung cepat memperoleh suara sekitar 9 persen. Sementara partai bernuansa Islam lainnya, seperti PAN mendapatkan sekitar 8 persen, PPP sekira 7 persen dan PKS sekitar 7 persen. Jika membentuk Poros Tengah, jumlah suara yang terkumpul lebih dari 30 persen, lebih dari cukup untuk mengusung capres sendiri. Tapi permasalahannya, belum ada sosok capres yang dianggap cukup kuat yang bisa mewakili gabungan partai ini.
Apalagi, beberapa partai terang-terangan tidak setuju dengan wacana ini. Partai Amanat Nasional (PAN) misalnya, secara tegas sudah menolak ajakan untuk menggalang koalisi partai-partai Islam. Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa bahkan tak mau menggunakan lagi istilah Poros Tengah untuk menyebut kumpulan partai tengah yang berkoalisi. Menurutnya, Poros Tengah itu istilah yang digunakan di masa lalu.
"Kondisinya sangat berbeda dan sudah tidak relevan lagi," kata Hatta di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu 16 April 2014.
Menurut Hatta, partainya tidak menutup kemungkinan bekerjasama dengan partai-partai tengah itu lagi meskipun dengan nama yang berbeda. Dia juga menyadari jika partai-partai tengah itu kembali berkoalisi, maka bisa membentuk kekuatan baru. Namun, Hatta belum menutup kesempatan untuk berkomunikasi dengan partai-partai lain. PAN saat ini sedang mendekati Gerindra, PDIP dan Demokrat.
"Biarkan saja partai-partai melakukan pendekatan koalisi, jangan terkotak-kotak yang membuat kita tersekat-sekat untuk membuat bangsa itu bersama-sama," katanya.
Menurut politisi PAN, Nasril Bahar, koalisi yang akan dilakukan partainya tujuannya untuk kepentingan nasional, bukan kepentingan kelompok tertentu. Apabila koalisi dibangun dengan menggunakan kekuatan Islam, maka hal tersebut justru akan merugikan PAN. Sebab partainya telah diterima semua golongan, termasuk di luar kelompok Islam.
Poros tengah adalah kekuatan politik partai-partai Islam yang eksis pada tahun 1999. Saat itu himpunan partai politik Islam yang terdiri dari PPP, PAN, PKB, PK dan PBB, mengusung Abdurrahman Wahid dalam pemilihan presiden yang dipilih oleh MPR dalam Sidang Umum MPR tahun 1999 dan sukses dalam pemilihan presiden.
Keinginan membentuk kembali Poros Tengah Jilid II bisa jadi dilandasi pikiran bahwa kondisi saat ini seperti suasana Pemilihan Presiden pada 1999. Poros Tengah sendiri digagas Amien Rais yang menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PAN.
Soal Poros Tengah Jilid II ini, pengamat politik dari LIPI, Profesor Siti Zuhro berpandangan apa yang terjadi saat ini baru sekadar semangat.
"Semangatnya saja. Baru semangat ketika pemilu 2014 memberikan berkah. Mereka happy banget. Tapi ini baru menyadarkan mereka semua, kalau mereka bersatu ada jumlah 32 persen dan bisa dikerjasamakan. Bila terwujud ini tentu luar biasa," katanya.
Meski begitu, masih banyak hambatan yang akan dihadapi partai-partai yang bersatu untuk membentuk Poros Tengah. Hambatan egosektoral dengan orientasi masing-masing partai belum terlihat bisa diselesaikan.
"Mereka belum selesai dengan orientasi masing-masing. Sub-sub ideologi dan pemimpin yang belum ada menjadi masalah," katanya.
Karena itu, kesepakatan untuk menetapkan siapa calon yang akan diusung harus lebih awal diselesaikan agar Poros Tengah benar-benar dapat terbentuk. Hubungan yang kuat atau chemistry sangat diperlukan agar tidak ada partai yang merasa dikebawahkan.
"Diselesaikan dan harusnya dikonsesikan, bahwa masyarakat diperlihatkan pilihan-pilihan," katanya.
Sejumlah Politikus Beken Tergusur dari Senayan
Penghitungan suara -
termasuk rekapitulasi - Pemilu Legislatif di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
belum selesai. Namun, berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga
survei sudah ada gambaran cukup jelas partai-partai mana yang dapat
jatah kursi lebih banyak dan mana yang kali ini lebih sedikit di
parlemen - baik tingkat pusat (DPR) dan daerah (DPRD) - untuk lima tahun
ke depan.
dihubungi VIVAnews, Kamis 17 April 2014.
Eva mengaku sudah menghabiskan uang kampanye sekitar Rp1,5 miliar. Uang tersebut dia rogoh dari koceknya sendiri dengan cara yang lurus, dan bukan hutang. Dia mendapat informasi, sejumlah caleg bahkan harus menggelontorkan uang hingga Rp10 miliar untuk biaya kampanye.
"Kampanye lurus itu maksudnya benar-benar ke lapangan dan bertemu dengan pemilih, bukan hanya tim sukses," kata dia. Eva mengaku sudah turun ke dapilnya, Jawa Timur VI, sejak 6 bulan sebelum pemilu untuk bertemu dengan calon pemilih di Kabupaten Tulungagung, Kota Kediri, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Blitar. S
Anggota Komisi Hukum DPR ini pun menyampaikan kemungkinannya kembali ke Senayan sangat kecil. Eva trauma suaranya hancur setelah ada caleg yang siram uang ke pemilih menjelang penyoblosan, 9 April lalu.
Meski begitu, Eva tak mau menyalahkan calon pemilih yang lebih tertarik pada uang, ketimbang janji dan kontrak politik selama lima tahun. "Saya menyalahkan sistem pemilu kita. Saat Pemilu 2004, tidak parah begini," ujarnya.
Menurutnya, sistem Pemilu 2009 dan 2014 mengubah tingkah laku partai politik, caleg, dan pemilih. Saat ini, caleg yang populer dan banyak uanglah yang bisa memenangkan pertarungan. "Partai politik pun akhirnya mencari pengusaha dan artis yang tingkat keterpilihannya tinggi," terang Eva.
Setali tiga uang, rekan Eva di Komisi III dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ahmad Yani juga terancam tergusur dari kursi dewan. Yani yang merupakan caleg PPP nomor urut 1 dapil Sumatera Selatan 1 itu masih optimis bisa kembali merebut kursi parlemen. Dia mengklaim ada di posisi keempat dari 8 kursi yang diperebutkan.
"Cuma saya merasakan betul pemilu ini dibanding dulu. Transaksinya luar biasa. Belum siap demokrasi langsung," kata Yani
Yani mengaku masih menemukan banyak pelanggaran jelang pencoblosan 9 April lalu. Diantaranya manipulasi suara, mobilisasi massa yang dilakukan oleh oknum pejabat pemda sampai politik uang. Bahkan politikus yang dikenal vokal itu berniat mundur sebagai anggota DPR RI bila proses pemilu dilakukan dengan cara-cara kotor.
"Kita tidak bisa mendapat anggota yang baik kalau dalam suasana seperti sekarang ini. Bahkan saya yakin tingkat korupsi semakin meningkat dibandingkan 2009. Saya meyakinkan betul, karena mereka harus mengembalikan uang. Nggak ada demokrasi, mabokrasi kita ini. Penyelenggara pemilunya juga kacau," paparnya.
Sementara itu, dua politisi Golkar, Nudirman Munir dan Tantowi Yahya masih optimistis bisa kembali melenggang ke Senayan. Nudirman yang maju sebagai caleg Golkar dari dapil Sumatera Barat II nomor urut 2 itu mengakui perolehan suaranya tahun 2014 ini tidak signifikan seperti tahun 2009 lalu. Bahkan di beberapa daerah yang semula menjadi lumbung suaranya justru kini berimbang.
"Saya melihat di tempat-tempat tertentu menang, tidak terpengaruh. Ada yang menang ada yang kalah. Di Cikariang (Kab Agam) itu saya menang, di Kab Pasaman tadinya saya menang sekarang fifty-fifty," ujar Nudirman.
Anggota Komisi III DPR itu menyesalkan masih terjadinya politik uang yang dilakukan secara masif dan terang-terangan. Dia khawatir orang-orang yang terpilih di parlemen nanti, adalah mereka yang dipilih karena uang dan popularitasnya semata, bukan karena kualitasnya. Meski begitu, mantan Wakil Ketua Badan Kehormatan DPR itu pasrah dengan pilihan rakyat.
"Ya kalau gagal mau ngapain kita sudah berusaha, kita serahkan Allah SWT. Mau ngotot bukan zamannya lagi, kita minta ke Mabes Polri untuk bertindak bila ada kecurangan. Itu aja harapan kita kedepan," ujarnya.
Adapun Tantowi Yahya, caleg Golkar nomor urut satu yang maju dari Dapil III DKI Jakarta yang meliputi, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu sangat yakin perolehan suaranya saat ini paling tinggi dibandingkan caleg Partai Golkar lainnya.
"Perolehan suara saya tertinggi dibanding teman-teman caleg Golkar," kata Tantowi, Kamis 17 April 2014. Di dapil ini, kursi DPR RI yang diperebutkan sebanyak 8 kursi.
Anggota Komisi 1 DPR itu mengaku sudah melakukan sosialisasi sejak lama. Dengan popularitasnya saat ini, ditambah intensitasnya dalam menyosialisasikan diri, Tantowi yakin akan dipilih masyarakat.
"Modal saya kan populer. Saya turun ke masyarakat jauh lebih lama dibanding teman sesama partai. Bahkan lebih lama dari caleg manapun. Saya punya jaringan. Di Jakarta Barat, di Jakarta Utara, mesin saya kuat," Tantowi menjelaskan.
Caleg Demokrat Berguguran
Dari 10 partai yang lolos ambang batas parlemen, Partai Demokrat lah yang paling banyak kehilangan kursi di DPR. Dengan perolehan suara yang sekitar 9-10 persen versi hitung cepat, partai berlambang mercy itu diprediksi hanya memperoleh 57-68 kursi di parlemen. Jatah tersebut menurun drastis dari perolehan kursi Demokrat pada pemilu 2009 lalu sebanyak 148 kursi.
Sejumlah nama politikus beken Demokrat terancam tidak akan lolos ke Senayan. Bahkan sesama caleg Demokrat harus bertarung untuk mendapatkan satu kursi tersisa untuk tetap eksis di Senayan. Diantara nama-nama beken politikus Demokrat yang gagal kembali duduk di DPR adalah Ketua DPR RI Marzuki Alie, Ketua Komisi VII Sutan Bhatoegana, Anggota Komisi III Ruhut Sitompul, Anggota Komisi II Ramadhan Pohan dan Wakil Ketua Komisi IX Nova Riyanti Yusuf.
Dihubungi VIVAnews, Marzuki Alie mengaku sudah menduga sejak awal bahwa perolehan suaranya pada pileg tahun 2014 akan anjlok. Penyebabnya kata Marzuki karena memang dia tidak berkampanye di daerah pemilihannya, yakni dapil DKI Jakarta III.
"Saya kan fokusnya menaikkan suara Partai Demokrat, jadi keliling seluruh Indonesia. Saya tidak mengurusi dapil saya sendiri," kata Marzuki yang ditempatkan Demokrat di nomor urut 1 itu. Sehingga, dia sudah menduga tidak lolos ke Senayan.
Marzuki mengaku tak punya pilihan karena kondisi Partai Demokrat di mata publik sedang hancur. "Demokrat kan sedang di-bully media karena kasus korupsi. Saya tidak bisa hanya memikirkan pribadi saya," imbuhnya.
Lagi pula, Marzuki mengaku pernah mengatakan kepada pers bahwa dia memang tidak akan melaju ke Senayan lagi.
Dapil III DKI Jakarta yang disebut dapil neraka itu melingkupi Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu. Di sini sejumlah pesohor memperebutkan suara. Antara lain: Farhat Abbas (Demokrat), politisi PPP Achmad Dimyati Natakusumah, Nashrullah alias Matsolar (PPP), dan pengacara TPM Poso, Nurlan (PPP).
Lain halnya dengan Marzuki Alie, Ruhut Sitompul justru sudah punya ancang-ancang bila tak lagi terpilih sebagai anggota DPR RI. Ruhut yang maju dari dapil Sumatera Utara 1 itu mengatakan, jika calon presiden yang didukung oleh partainya menang pada pemilihan presiden dan wakil presiden, maka dia akan mendapat kursi jaksa agung.
"Siapa tahu presiden yang kami dukung menang, nanti aku jadi jaksa agung atau menteri hukum dan HAM, lebih keren mana. Jadi harus begitu cara berpikirnya," ujar Ruhut berseloroh.
Tapi politikus Partai Demokrat itu masih optimistis bisa melenggang ke Senayan pada periode 2014-2019. Anggota Komisi Hukum itu mengklaim mendapatkan suara tertinggi dibanding dua koleganya di Demokrat Sutan Bhatoegana dan Ramadhan Pohan. Ruhut, Sutan, dan Ramadhan Pohan sama-sama maju dari daerah pemilihan Sumatera Utara I.
"Sampai sekarang bagus, masih aku yang tertinggi. Ada sekitar 20 ribu suara, kan belum masuk semua, tapi aku yang paling tinggi. Di Dapil aku hampir di semua TPS (tempat pemungutan suara) aku yang pimpin," ujar Ruhut, Kamis, 17 April 2014.
Kolega Ruhut yang juga satu dapil Sumut 1, Sutan Bhatoegana jatuh bangun mempertahankan suaranya untuk bisa eksis di DPR. Meski harus bertarung dengan Ruhut dan Ramadhan Pohan untuk memperebutkan satu kursi ke Senayan, Ketua Komisi VII DPR RI itu tetap optimistis.
"Begini, yang saya investigasi laporan perolehan Demokrat turun. Tapi kalau dilihat capaian orang per orang mestinya saya teratas," kata Sutan.
Sutan menduga ada permainan dalam pengambilan suara di dapilnya. Dia mengaku sudah menurunkan tim untuk melakukan investigasi dan telah menemukan barang bukti terkait adanya praktik curang itu. "Menurut tim saya, suara saya besar. Mudah-mudahan dalam dua hari ini sudah selesai (hasil investigasi tim)," ujarnya.
Ketua DPP Demokrat itu juga tidak khawatir bila tak lagi duduk di Senayan. Baginya, siapapun bisa menjadi anggota dewan yang terhormat, asalkan jujur, bersih dan amanah. "Saya nggak takut. Saya ini pengusaha, kembali jadi pengusaha nggak masalah," kata dia.
Bahkan, Pemilu 9 April
lalu mulai menunjukkan siapa-siapa saja politikus, yang selama ini
menguasai Senayan, harus tersingkir. Ini dialami para politisi dari
Partai Demokrat, yang perolehan suaranya anjlok.
Ada pula ironi yang
dialami politisi top dari "kubu pemenang" Pemilu Legislatif, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Walau sudah keluar modal lebih
dari semiliar, dia sudah pasrah bakal tergusur dari DPR karena perolehan
suara partainya tidak sebesar yang ditargetkan.
Tidak hanya mereka, para
petahana (incumbent) dari partai-partai lain juga terancam harus angkat
kaki dari DPR maupun DPRD karena raihan suara yang minim. Nama-nama
beken dari Golkar, PKS, dan Hanura pun harap-harap cemas soal posisi
mereka di DPR.
Hitung cepat (quick
count) versi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network menempatkan PDI
Perjuangan unggul dalam perolehan suara pemilihan legislatif dengan
19,77 persen, dibayangi Golkar di urutan kedua dengan 14,61 persen dan
di posisi ketiga Partai Gerindra dengan perolehan suara 11,80 persen.
Selanjutnya diikuti Partai Demokrat 9,73 persen, PKB 9,07 persen, PAN 7,47 persen, PPP 7,08 persen, PKS 6,61 persen, Nasdem 6,24 persen, Hanura 5,26 persen, PBB 1,36 persen, dan PKPI 0,97 persen.
Sementara itu, menurut hasil hitung cepat Saiful Mujani Research and Consulting (SRMC), PDIP mendapat 18,9 persen, Golkar 14,88 persen, Gerindra 11,93 persen, Demokrat 10,02 persen, PKB 9,08 persen, PAN 7,7 persen, PKS 6,9 persen, PPP 6,3 persen, Nasdem 6,6 persen, Hanura 5,2 persen, PBB 1,4 persen dan PKPI 1,0 persen.
Dari perolehan suara itu, SRMC memprediksi PDIP akan memperoleh jatah paling sedikit 105 kursi dan paling banyak 117 kursi di DPR. Disusul Golkar 85-97 kursi, Gerindra 69-78 kursi, Demokrat 57-68 kursi, PKB 42-52 kursi, PAN 38-48 kursi, PKS 35-45 kursi, Nasdem 31-34 kursi, PPP 27 kursi, Hanura 16-27 kursi, PBB 0 kursi dan PKPI 0 kursi.
Selanjutnya diikuti Partai Demokrat 9,73 persen, PKB 9,07 persen, PAN 7,47 persen, PPP 7,08 persen, PKS 6,61 persen, Nasdem 6,24 persen, Hanura 5,26 persen, PBB 1,36 persen, dan PKPI 0,97 persen.
Sementara itu, menurut hasil hitung cepat Saiful Mujani Research and Consulting (SRMC), PDIP mendapat 18,9 persen, Golkar 14,88 persen, Gerindra 11,93 persen, Demokrat 10,02 persen, PKB 9,08 persen, PAN 7,7 persen, PKS 6,9 persen, PPP 6,3 persen, Nasdem 6,6 persen, Hanura 5,2 persen, PBB 1,4 persen dan PKPI 1,0 persen.
Dari perolehan suara itu, SRMC memprediksi PDIP akan memperoleh jatah paling sedikit 105 kursi dan paling banyak 117 kursi di DPR. Disusul Golkar 85-97 kursi, Gerindra 69-78 kursi, Demokrat 57-68 kursi, PKB 42-52 kursi, PAN 38-48 kursi, PKS 35-45 kursi, Nasdem 31-34 kursi, PPP 27 kursi, Hanura 16-27 kursi, PBB 0 kursi dan PKPI 0 kursi.
Modal Banyak
Meski PDIP menjadi
pemenang pileg versi hasil hitung cepat, tidak menjamin Eva Kusuma
Sundari kembali lolos ke parlemen. Politikus PDIP yang kini duduk di
Komisi III DPR RI itu kembali maju menjadi caleg DPR RI untuk daerah
pemilihan Jawa Timur VI dengan nomor urut 3. Di dapilnya Eva bersaing
dengan rekan separtainya, seperti Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung dan
mantan Bupati Blitar Djarot Saiful Hidayat.
"Peluang saya kecil. Saya duga karena serangan fajar," kata Eva saat dihubungi VIVAnews, Kamis 17 April 2014.
Eva mengaku sudah menghabiskan uang kampanye sekitar Rp1,5 miliar. Uang tersebut dia rogoh dari koceknya sendiri dengan cara yang lurus, dan bukan hutang. Dia mendapat informasi, sejumlah caleg bahkan harus menggelontorkan uang hingga Rp10 miliar untuk biaya kampanye.
"Kampanye lurus itu maksudnya benar-benar ke lapangan dan bertemu dengan pemilih, bukan hanya tim sukses," kata dia. Eva mengaku sudah turun ke dapilnya, Jawa Timur VI, sejak 6 bulan sebelum pemilu untuk bertemu dengan calon pemilih di Kabupaten Tulungagung, Kota Kediri, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Blitar. S
Anggota Komisi Hukum DPR ini pun menyampaikan kemungkinannya kembali ke Senayan sangat kecil. Eva trauma suaranya hancur setelah ada caleg yang siram uang ke pemilih menjelang penyoblosan, 9 April lalu.
Meski begitu, Eva tak mau menyalahkan calon pemilih yang lebih tertarik pada uang, ketimbang janji dan kontrak politik selama lima tahun. "Saya menyalahkan sistem pemilu kita. Saat Pemilu 2004, tidak parah begini," ujarnya.
Menurutnya, sistem Pemilu 2009 dan 2014 mengubah tingkah laku partai politik, caleg, dan pemilih. Saat ini, caleg yang populer dan banyak uanglah yang bisa memenangkan pertarungan. "Partai politik pun akhirnya mencari pengusaha dan artis yang tingkat keterpilihannya tinggi," terang Eva.
Setali tiga uang, rekan Eva di Komisi III dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ahmad Yani juga terancam tergusur dari kursi dewan. Yani yang merupakan caleg PPP nomor urut 1 dapil Sumatera Selatan 1 itu masih optimis bisa kembali merebut kursi parlemen. Dia mengklaim ada di posisi keempat dari 8 kursi yang diperebutkan.
"Cuma saya merasakan betul pemilu ini dibanding dulu. Transaksinya luar biasa. Belum siap demokrasi langsung," kata Yani
Yani mengaku masih menemukan banyak pelanggaran jelang pencoblosan 9 April lalu. Diantaranya manipulasi suara, mobilisasi massa yang dilakukan oleh oknum pejabat pemda sampai politik uang. Bahkan politikus yang dikenal vokal itu berniat mundur sebagai anggota DPR RI bila proses pemilu dilakukan dengan cara-cara kotor.
"Kita tidak bisa mendapat anggota yang baik kalau dalam suasana seperti sekarang ini. Bahkan saya yakin tingkat korupsi semakin meningkat dibandingkan 2009. Saya meyakinkan betul, karena mereka harus mengembalikan uang. Nggak ada demokrasi, mabokrasi kita ini. Penyelenggara pemilunya juga kacau," paparnya.
Sementara itu, dua politisi Golkar, Nudirman Munir dan Tantowi Yahya masih optimistis bisa kembali melenggang ke Senayan. Nudirman yang maju sebagai caleg Golkar dari dapil Sumatera Barat II nomor urut 2 itu mengakui perolehan suaranya tahun 2014 ini tidak signifikan seperti tahun 2009 lalu. Bahkan di beberapa daerah yang semula menjadi lumbung suaranya justru kini berimbang.
"Saya melihat di tempat-tempat tertentu menang, tidak terpengaruh. Ada yang menang ada yang kalah. Di Cikariang (Kab Agam) itu saya menang, di Kab Pasaman tadinya saya menang sekarang fifty-fifty," ujar Nudirman.
Anggota Komisi III DPR itu menyesalkan masih terjadinya politik uang yang dilakukan secara masif dan terang-terangan. Dia khawatir orang-orang yang terpilih di parlemen nanti, adalah mereka yang dipilih karena uang dan popularitasnya semata, bukan karena kualitasnya. Meski begitu, mantan Wakil Ketua Badan Kehormatan DPR itu pasrah dengan pilihan rakyat.
"Ya kalau gagal mau ngapain kita sudah berusaha, kita serahkan Allah SWT. Mau ngotot bukan zamannya lagi, kita minta ke Mabes Polri untuk bertindak bila ada kecurangan. Itu aja harapan kita kedepan," ujarnya.
Adapun Tantowi Yahya, caleg Golkar nomor urut satu yang maju dari Dapil III DKI Jakarta yang meliputi, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu sangat yakin perolehan suaranya saat ini paling tinggi dibandingkan caleg Partai Golkar lainnya.
"Perolehan suara saya tertinggi dibanding teman-teman caleg Golkar," kata Tantowi, Kamis 17 April 2014. Di dapil ini, kursi DPR RI yang diperebutkan sebanyak 8 kursi.
Anggota Komisi 1 DPR itu mengaku sudah melakukan sosialisasi sejak lama. Dengan popularitasnya saat ini, ditambah intensitasnya dalam menyosialisasikan diri, Tantowi yakin akan dipilih masyarakat.
"Modal saya kan populer. Saya turun ke masyarakat jauh lebih lama dibanding teman sesama partai. Bahkan lebih lama dari caleg manapun. Saya punya jaringan. Di Jakarta Barat, di Jakarta Utara, mesin saya kuat," Tantowi menjelaskan.
Caleg Demokrat Berguguran
Dari 10 partai yang lolos ambang batas parlemen, Partai Demokrat lah yang paling banyak kehilangan kursi di DPR. Dengan perolehan suara yang sekitar 9-10 persen versi hitung cepat, partai berlambang mercy itu diprediksi hanya memperoleh 57-68 kursi di parlemen. Jatah tersebut menurun drastis dari perolehan kursi Demokrat pada pemilu 2009 lalu sebanyak 148 kursi.
Sejumlah nama politikus beken Demokrat terancam tidak akan lolos ke Senayan. Bahkan sesama caleg Demokrat harus bertarung untuk mendapatkan satu kursi tersisa untuk tetap eksis di Senayan. Diantara nama-nama beken politikus Demokrat yang gagal kembali duduk di DPR adalah Ketua DPR RI Marzuki Alie, Ketua Komisi VII Sutan Bhatoegana, Anggota Komisi III Ruhut Sitompul, Anggota Komisi II Ramadhan Pohan dan Wakil Ketua Komisi IX Nova Riyanti Yusuf.
Dihubungi VIVAnews, Marzuki Alie mengaku sudah menduga sejak awal bahwa perolehan suaranya pada pileg tahun 2014 akan anjlok. Penyebabnya kata Marzuki karena memang dia tidak berkampanye di daerah pemilihannya, yakni dapil DKI Jakarta III.
"Saya kan fokusnya menaikkan suara Partai Demokrat, jadi keliling seluruh Indonesia. Saya tidak mengurusi dapil saya sendiri," kata Marzuki yang ditempatkan Demokrat di nomor urut 1 itu. Sehingga, dia sudah menduga tidak lolos ke Senayan.
Marzuki mengaku tak punya pilihan karena kondisi Partai Demokrat di mata publik sedang hancur. "Demokrat kan sedang di-bully media karena kasus korupsi. Saya tidak bisa hanya memikirkan pribadi saya," imbuhnya.
Lagi pula, Marzuki mengaku pernah mengatakan kepada pers bahwa dia memang tidak akan melaju ke Senayan lagi.
Dapil III DKI Jakarta yang disebut dapil neraka itu melingkupi Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu. Di sini sejumlah pesohor memperebutkan suara. Antara lain: Farhat Abbas (Demokrat), politisi PPP Achmad Dimyati Natakusumah, Nashrullah alias Matsolar (PPP), dan pengacara TPM Poso, Nurlan (PPP).
Lain halnya dengan Marzuki Alie, Ruhut Sitompul justru sudah punya ancang-ancang bila tak lagi terpilih sebagai anggota DPR RI. Ruhut yang maju dari dapil Sumatera Utara 1 itu mengatakan, jika calon presiden yang didukung oleh partainya menang pada pemilihan presiden dan wakil presiden, maka dia akan mendapat kursi jaksa agung.
"Siapa tahu presiden yang kami dukung menang, nanti aku jadi jaksa agung atau menteri hukum dan HAM, lebih keren mana. Jadi harus begitu cara berpikirnya," ujar Ruhut berseloroh.
Tapi politikus Partai Demokrat itu masih optimistis bisa melenggang ke Senayan pada periode 2014-2019. Anggota Komisi Hukum itu mengklaim mendapatkan suara tertinggi dibanding dua koleganya di Demokrat Sutan Bhatoegana dan Ramadhan Pohan. Ruhut, Sutan, dan Ramadhan Pohan sama-sama maju dari daerah pemilihan Sumatera Utara I.
"Sampai sekarang bagus, masih aku yang tertinggi. Ada sekitar 20 ribu suara, kan belum masuk semua, tapi aku yang paling tinggi. Di Dapil aku hampir di semua TPS (tempat pemungutan suara) aku yang pimpin," ujar Ruhut, Kamis, 17 April 2014.
Kolega Ruhut yang juga satu dapil Sumut 1, Sutan Bhatoegana jatuh bangun mempertahankan suaranya untuk bisa eksis di DPR. Meski harus bertarung dengan Ruhut dan Ramadhan Pohan untuk memperebutkan satu kursi ke Senayan, Ketua Komisi VII DPR RI itu tetap optimistis.
"Begini, yang saya investigasi laporan perolehan Demokrat turun. Tapi kalau dilihat capaian orang per orang mestinya saya teratas," kata Sutan.
Sutan menduga ada permainan dalam pengambilan suara di dapilnya. Dia mengaku sudah menurunkan tim untuk melakukan investigasi dan telah menemukan barang bukti terkait adanya praktik curang itu. "Menurut tim saya, suara saya besar. Mudah-mudahan dalam dua hari ini sudah selesai (hasil investigasi tim)," ujarnya.
Ketua DPP Demokrat itu juga tidak khawatir bila tak lagi duduk di Senayan. Baginya, siapapun bisa menjadi anggota dewan yang terhormat, asalkan jujur, bersih dan amanah. "Saya nggak takut. Saya ini pengusaha, kembali jadi pengusaha nggak masalah," kata dia.
Subscribe to:
Posts (Atom)