Tuesday 4 December 2012

Swedia Tawarkan Sistem Symbiocity untuk Jakarta. Swedia memanfaatkan limbah manusia menjadi sumber energi

Stockholm, Swedia
Swedia adalah salah satu negara di dunia yang berhasil memadukan antara kehidupan dengan alam, menciptakan lingkungan yang modern namun bersih dari polusi. Negara ini juga berhasil mengurangi ketergantungan sumber daya fosil dengan memanfaatkan limbah pembuangan manusia, menghasilkan emisi yang lebih sedikit.

Keberhasilan Swedia ini tidak lain adalah berkatSymbiocity, sebuah sistem tata ruang dan energi yang telah dikembangkan negara ini selama 50 tahun. Mats Denninger, ketua delegasi Swedia untuk Kerja Sama Teknologi Lingkungan Internasional, mengatakan sistem ini memberikan pendekatan yang berbeda dalam hal tata ruang dan pemanfaatan sumber daya.

"Sebuah pendekatan perencanaan kota yang mengintegrasikan berbagai fungsi urban yang berbeda. Sehingga kita tidak mengkotak-kotakkan permasalahan. Dengan cara ini, kita juga bisa melihat interaksi dan fungsi dari berbagai faktor urban yang berbeda" kata Denninger.

Menurut pernyataan pemerintah Swedia, Symbiocity adalah sebuah sistem yang melakukan pendekatan holistik dalam pengembangan kehidupan urban dari praktik yang terbaik. Sistem ini bekerja berkesinambungan antara masyarakat dengan energi dan transportasi. Setiap sistemnya saling melengkapi satu sama lain.

Salah satu contoh yang paling berhasil dari sistem ini adalah "menjodohkan" sistem pembuangan dengan sistem bahan bakar untuk transportasi dan rumah tangga. Swedia memanfaatkan hasil rumah tangga dan limbah manusia menjadi sumber energi pengganti bahan bakar minyak. Dengan teknologi, hampir tidak ada sampah yang dibuang dengan teknologi landfill atau diurug di dalam tanah.

Di Stockholm, sebanyak 75 persen sampah didaur ulang menjadi bahan bakar. Sebanyak 95 persennya adalah sampah rumah tangga, termasuk dari restoran, toko-toko, lumpur, septic tank dan sungai. Dari sampah-sampah ini dihasilkan biogas yang mengandung methane untuk penghangat ruangan.

Setelah pelalui proses selanjutnya di kilang gas, biogas ini bisa menjadi bahan bakar moda transportasi. Setelah difermentasikan ke bentuk gas, ampas sampah tersebut bisa diolah lagi menjadi pupuk-bio untuk menutrisi pertanian. Ini mengurangi penggunaan pupuk buatan yang mengandung bahan kimia.
"Salah satu kota terbesar di Swedia, Gothenberg, menjadikan sampah sebagai salah satu aset terbesar mereka. Sepertiga kota ini diberikan panas dari hasil daur ulang sampah menjadi gas. Dalam kasus Jakarta, sampah ini bisa dijadikan listrik, yang akan memberikan kontribusi jangka panjang," kata Denninger.
Dengan cara ini, Swedia berhasil menjadi negara dengan tingkat emisi karbon terendah di dunia, berdasarkan data Badan Informasi Energi Amerika Serikat tahun 2012. Dalam Climate Change Performance Index 2012, Swedia menempati posisi puncak, yaitu ranking empat. Rangking satu sampai tiga dikosongkan karena dinilai tidak ada negara yang sempurna melindungi lingkungan.
Swedia, ujarnya, siap memberikan bantuan bagi pemerintah Indonesia dalam pengembangan sistem ini. Untuk itulah, Swedia memboyong perusahaan dari negaranya ke Jakarta untuk memberikan solusi masalah perkotaan, utamanya transportasi.

Dia menegaskan bahwa selama teknologi ini telah dikembangkan selama puluhan tahun di Swedia dengan melalui berbagai macam rintangan. "Puluhan tahun kami telah melalui trial and error, saya kira sekarang menjadi lebih mudah untuk diterapkan di Jakarta dalam waktu beberapa tahun," ujarnya.

No comments:

Post a Comment