Tuesday, 8 January 2013
Rezim Penguasa Suriah Tolak Perdamaian. Pidato Assad dikecam berbagai negara, hanya Iran yang mendukungnya
Presiden Suriah, Bashar al-Assad, menolak berdamai dengan pasukan revolusi dari kubu oposisi, yang disebutnya sebagai gerombolan teroris. Pernyataan ini ditanggapi keras oleh kelompok oposisi yang menganggap Assad menabuh lagi genderang perang.
Dalam pidato pertamanya dalam enam bulan, ungkap kantor berita Reuters pada Minggu waktu setempat, Assad mementahkan perundingan damai dengan musuh-musuhnya. Berbicara di gedung opera Damaskus, Assad menyerukan para pendukungnya untuk "perang mempertahankan negara."
"Kami tidak menolak dialog politik. Tapi dengan siapa kami berdialog? Dengan para ekstremis yang tidak bisa berbahasa kecuali membunuh dan terorisme?" ujar Assad.
"Haruskah kita berdiskusi dengan gerombolan yang direkrut di luar negeri, yang mematuhi perintah orang asing? Apakah kita harus berdialog dengan para boneka-boneka Barat, yang telah didikte perkataannya?" lanjutnya lagi, disambut riuh rendah para pendukungnya.
Assad menawarkan apa yang disebutnya "rencana perdamaian". Pemimpin 47 tahun ini juga memperkenalkan reformasi konstitusi dan kabinet baru, dan mengklaim telah berbicara dengan beberapa kelompok oposisi. Namun, dia menolak berunding dengan kelompok bersenjata Suriah dan menentang perintah untuk turun.
Dia juga menolak adanya campur tangan asing dalam upaya mediasi PBB yang dipimpin oleh Lakhdar Brahimi. "Semua yang datang ke Suriah sudah tahu bahwa negar ini menerima saran, bukan perintah," kata Assad.
Hanya segelintir media yang meliput pidatonya. Media independen dilaporkan dilarang masuk Damaskus. Puluhan pendukung Assad bertepuk tangan dan menyambut meriah ucapannya, bersumpah rela mati demi pemimpinnya itu. "Dengan darah dan jiwa, kami siap berkoban untukmu, oh Bashar!" teriak mereka.
Menambah Luka
George Sabra, wakil presiden Koalisi Nasional, sebuah kelompok oposisi di Suriah mengatakan, rencana perdamaian Assad adalah omong kosong dan tidak pantas disebut inisiatif. Dia menyatakan bahwa kelompoknya akan tetap melawan rezim Assad.
"Pidatonya adalah deklarasi bahwa dia akan meneruskan perang terhadap rakyat Suriah. Kami akan terus menolak rezimnya dan untuk Tentara Pembebasan Suriah, kami menyerukan tetap berjuang hingga tiap inci tanah di Suriah dibebaskan," kata Sabra.
Menurut laporan PBB pekan lalu, korban tewas di Suriah telah mencapai 60.000 orang. Rezim Assad membombardir warga sipil di beberapa kota, menewaskan wanita dan anak-anak. Penolakan damai Assad hanya akan menambah korban tewas dan luka di Suriah
Pidato Assad mendapatkan kecaman dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat yang mengatakan bahwa "Assad tidak bisa melihat realitas". "Ini adalah satu lagi cara rezim untuk mempertahankan kekuasaan dan tidak melakukan apapun untuk rakyat Suriah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Victoria Nuland.
Kecaman juga datang dari Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu yang menyebut pidato Assad "hanya pengulangan dari apa yang katakan selama ini". Sementara Menlu Inggris William Hague mengatakan "Assad menyampaikan janji dan reformasi palsu namun tidak bisa menipu siapapun."
Hanya Iran yang mendukung Assad dan menyambut baik pidatonya. Menurut wakil Menlu Iran, Hossein Amir-Abdollahian, "oposisi yang asli percaya krisis bisa diselesaikan melalui jalur politik ketimbang kekerasan."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment