Friday, 2 November 2012

Kemensos: Kecemburuan Sosial Juga Picu Konflik di Lampung Selatan

Kementerian Sosial menugaskan beberapa tenaga ahli untuk memetakan kondisi daerah konflik di Lampung Selatan. Sejumlah temuan ditelusuri, termasuk kemungkinan adanya ketimpangan dan kecemburuan sosial.

Tenaga Ahli Menteri Sosial, Sapto Waluyo menuturkan saat mendatangi daerah konflik desa Balinuraga dan Agom di kecamatan Way Panji, Lampung Selatan, masih melihat perbedaan kondisi ekonomi sehingga menimbulkan kecemburuan sosial yang tinggi.

"Masyarakat asli Lampung merasa kondisi sosial-ekonomi mereka jauh tertinggal dibanding kaum pendatang. Di samping itu, ada kelompok yang mempertahankan adat kebiasaannya dan tidak mau berbaur dengan lingkungan baru," ujarnya dalam rilis yang diterima detikcom, Jumat (2/11/2012).

Menurutnya sampai saat ini masih ada kelompok-kelompok kecil yang sulit untuk berbaur dengan lingkungan dan lebih mementingkan kelompok atau kebersamaan di dalaml kelompok, hal itu dapat menyebabkan insiden kecil menjadi membesar.
"Sehingga insiden kecil dapat memicu konflik komunal," ujarnya.

Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial, Syahabuddin, yang meninjau lokasi pengungsi di SPN Kemiling bersama Bupati Lampung Selatan, Ryco Menoza, mengatakan, daerah konflik di Lampung Selatan saat ini memasuki tanggap darurat.

"Saat ini kita memasuki masa tanggap darurat, proses penghentian kekerasan dan perlindungan terhadap korban dan pengungsi. Bersama Dinsos Provinsi Lampung kami menyiapkan shelter dan logistik," kata Syahabuddin.

Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya akan mengerahkan puluhan tenaga relawan untuk membantu mengurus dapur umum di tenda-tenda pengungsian. "Kami kerahkan 40 Tagana yang mengurus dapur umum melayani 1.600 pengungsi," ujarnya.

Ditambahkan Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Hartono Laras, nantinya Kementerian Sosial akan menggulirkan program keserasian sosial untuk mencegah konflik di masa depan.

"Dengan memperberdayakan masyarakat miskin agar tidak muncul kecemburuan. Dari situ ketahanan sosial dibangun," jelas Hartono

Sebelum konflik desa Balinuraga dan Agom pada 28-29 Oktober lalu, pada bulan Januari 2012 pernah terjadi bentrok serupa dan dilakukan perdamaian secara adat. Namun, nampaknya penyelesaian perdamaian tersebut hanya menyentuh kalangan muda dan akar rumputnya melainkan kalangan adat. Saat itu beberapa tokoh adat Lampung seperti Pangeran Margaratu, Pangeran Legun Tihang, Pangeran Dantaran Naga Bringsang, Pangeran Rajabasa, dan Pangeran Ratu Marga Katibung, bersama dengan komunitas Bali yang diwakilkan Parisada Hindu Dharma sempat dilakuan dialog lintas yang dirintis Gubernur Lampung Sjahroedin ZP belum mencapai kesepakatan bahkan dirinya sempat merencanakan mengundang Gubernur Bali untuk berembug mencari solusi.  

No comments:

Post a Comment