Otoritas Palestina memutuskan akan maju menuntut kenaikan status di PBB walaupun mendapatkan penentangan dari Amerika Serikat dan sekutunya. Palestina bersikeras, langkah mereka adalah hak setiap bangsa dalam memperoleh kedaulatan.
Sebelumnya, Amerika Serikat mengancam akan menghentikan bantuan dana segar ke Otoritas Palestina di Tepi Barat jika Presiden Mahmoud Abbas tetap kukuh menjalankan niatnya. Ancaman yang sama juga dilakukan oleh Israel yang akan mengurangi pajak bea cukai yang disetor tiap bulan untuk Palestina.
"Posisi kami jelas soal ini, kami menentang posisi Palestina sebagai pengamat non-anggota di Sidang Umum dan resolusi yang diajukan Abbas," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Victoria Nuland, dilansir Reuters.
Sebelumnya, Amerika Serikat mengancam akan menghentikan bantuan dana segar ke Otoritas Palestina di Tepi Barat jika Presiden Mahmoud Abbas tetap kukuh menjalankan niatnya. Ancaman yang sama juga dilakukan oleh Israel yang akan mengurangi pajak bea cukai yang disetor tiap bulan untuk Palestina.
"Posisi kami jelas soal ini, kami menentang posisi Palestina sebagai pengamat non-anggota di Sidang Umum dan resolusi yang diajukan Abbas," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Victoria Nuland, dilansir Reuters.
Menanggapi ancaman kali ini, pemerintah Palestina mengaku tidak akan gentar. Mereka mengatakan bahwa Palestina tidak akan bisa diperas lagi oleh Amerika dan antek-anteknya.
"Amerika Serikat tidak akan bisa memeras kami setiap saat dengan uang," kata Hanan Ashrawi, pejabat tinggi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada konferensi pers di Ramallah, Rabu waktu setempat.
Keteguhan hati Palestina ini tidak lain karena mendapatkan dukungan yang solid dari negara-negara sahabat di Arab dan Eropa. Mayoritas negara Eropa bahkan telah menyatakan mendukung peningkatan status Palestina di PBB.
"Beberapa hak kami tidak untuk dijual. Jika Israel ingin membuat ketidakstabilan regional, mereka bisa melakukan itu. Kami telah berbicara dengan para pemimpin Dunia Arab soal dukungan mereka jika Israel menerapkan pengetatan ekonomi. Uni Eropa juga telah berkomitmen tidak akan berhenti menudukung kami," kata Ashrawi.
Menurut data kongres AS, sejak tahun 2008, bantuan AS untuk Palestina setiap tahunnya mencapai US$600 juta atau sekitar Rp5,7 triliun. Bantuan dana sebesar ini menjadikan AS sebagai pendonor tunggal terbesar bagi Palestina melalui badan PBB, UNRWA.
Namun, pada April 2012, bantuan AS ini dibekukan sementara berdasarkan keputusan kongres. Pembekuan dilakukan lantaran upaya Palestina tahun lalu untuk menjadi negara anggota PBB membuat AS sebagai sekutu nomor satu Israel kecewa. Upaya ini akhirnya kandas setelah pemerintahan Barack Obama mengajukan veto di Dewan Keamanan PBB.
Keteguhan hati Palestina ini tidak lain karena mendapatkan dukungan yang solid dari negara-negara sahabat di Arab dan Eropa. Mayoritas negara Eropa bahkan telah menyatakan mendukung peningkatan status Palestina di PBB.
"Beberapa hak kami tidak untuk dijual. Jika Israel ingin membuat ketidakstabilan regional, mereka bisa melakukan itu. Kami telah berbicara dengan para pemimpin Dunia Arab soal dukungan mereka jika Israel menerapkan pengetatan ekonomi. Uni Eropa juga telah berkomitmen tidak akan berhenti menudukung kami," kata Ashrawi.
Menurut data kongres AS, sejak tahun 2008, bantuan AS untuk Palestina setiap tahunnya mencapai US$600 juta atau sekitar Rp5,7 triliun. Bantuan dana sebesar ini menjadikan AS sebagai pendonor tunggal terbesar bagi Palestina melalui badan PBB, UNRWA.
Namun, pada April 2012, bantuan AS ini dibekukan sementara berdasarkan keputusan kongres. Pembekuan dilakukan lantaran upaya Palestina tahun lalu untuk menjadi negara anggota PBB membuat AS sebagai sekutu nomor satu Israel kecewa. Upaya ini akhirnya kandas setelah pemerintahan Barack Obama mengajukan veto di Dewan Keamanan PBB.
No comments:
Post a Comment