Monday 3 December 2012

Misteri Mundurnya Dicky Chandra Sebagai Wakil Aceng di Garut

Jauh sebelum kasus Fany Octora (18) mencuat ke publik, beberapa waktu lalu politik di Garut juga sempat geger. Sebab musababnya, mundurnya Dicky Chandra sebagai wakil bupati Garut. Dicky saat itu menyimpan misteri alasan meninggalkan kursi empuk itu. Kini dia bicara.

Seperti dikutip dari Majalah Detik, Senin (3/12/2012), Dicky menceritakan, sebelum maju di Pilkada Garut, ia sama sekali tak mengenal nama Aceng. Sampai tiba-tiba di tahun 2008 itu ia mendapatkan telepon dari Aceng. 

Di dalam pembicaraan telepon itu, Aceng mengajaknya untuk berduet dalam Pilkada Garut. Merasa belum mengenal jauh siapa Aceng, ajakan itu ditolaknya tiga kali.

Hingga setelah melewati sejumlah proses, Dicky mulai tertarik atas ajakan Aceng. Dari perkenalan yang singkat, ia menilai Aceng sebagai sosok yang santun. Aceng juga dikenal sebagai ustaz yang hafal Alquran dan hadis. 

Sepak terjangnya di dunia kemasyarakatan lewat LSM tak diragukan lagi. Ditambah hidup Aceng yang terlihat sederhana, Dicky akhirnya menerima 'lamaran' Aceng setelah lebih dulu berkonsultasi dengan ibunya dan melakukan salat istikharah. 

"Rumahnya (Aceng) cuma kamar dua, loteng, dan kotor," kata Dicky.

Nah, ketika selesai mendaftar sebagai pasangan Cabup-Cawabup Garut, mulai terlihatlah siapa sesungguhnya Aceng. Di mata Dicky, Aceng sangat angkuh dan sombong. Ia sudah mau mengundurkan diri saat itu, namun terganjal ketentuan.

"Harus bayar Rp 20 miliar kalau mundur dari pencalonan. Berat kan?" terang Dicky.

Pasangan independen Aceng-Dicky memenangi Pilkada Garut dalam dua putaran. Menurut Dicky, Aceng menggelar pesta kemenangan di Situ Bagendit. Dicky memutuskan tak hadir pada saat itu, karena ia menginginkan kemenangan tersebut disyukuri dengan cara sederhana. Sebab, tantangan yang dihadapi di depan sangat besar.

"Waktu kami menang, saya masuk kamar, menangis," katanya.

Di awal-awal menjabat sebagai bupati, Dicky mengatakan, Aceng sudah membuat kebijakan yang bertolak belakang dengan janji kampanye. Baru tiga bulan menjadi bupati, Aceng 'berpelesiran' ke Belanda.

Setelah menjabat pun, Dicky menilai gaya hidup Aceng selama menjadi bupati sangat berlawanan dengan kondisi Garut. "Memang berapa sih gajinya? Paling Rp 6 juta. Tunjangan tidak lebih dari Rp 30 juta. Tergantung dari PAD (Pendapatan Asli Daerah-red) kan? PAD Garut kecil," ucapnya.

Lama-kelamaan, Dicky merasa tidak ada kekompakan dengan Aceng. Puncaknya adalah ketika Aceng memutuskan untuk masuk ke partai politik yaitu Golkar. Ketidaksetujuan Dicky membuahkan konflik internal yang berlarut-larut dalam duet kepemimpinan Garut itu. Sampai akhirnya, pada September 2011 yang lalu, Dicky menyatakan mundur dan kembali menjadi artis.

No comments:

Post a Comment