Briptu Joko Fabianto, anggota Polresta Pekanbaru nyaris tewas dikeroyok 3 oknum polisi dan 4 oknum TNI. Dadanya ditombak, badannya penuh luka tusuk dan sabetan samurai. Dilempar ke danau dan ditembaki. Beruntung, Yang Maha Kuasa masih menyelamatkan nyawanya.
Penganiayaan Briptu Joko disinyalir karena dia mengetahui jaringan narkoba yang diduga melibatkan para pelaku. Anggota Komisi III Bidang Hukum DPR, Martin Hutabarat menilai jaringan narkoba yang menyeret oknum kepolisian dan TNI masih sangat kuat.
Hal itu diindikasikan dengan peristiwa yang menimpa Briptu Joko di Pekanbaru. "Ternyata di internal kepolisian itu jaringan untuk membela narkoba itu ada. Itu kuat, kalau tidak kuatmasak mereka berani seperti itu," kata Martin di gedung DPR, Rabu 14 November 2012.
Seperti peristiwa di Pekanbaru itu, kata Martin, seharusnya harus disoroti betul untuk mengetahui sejauh nama jaringan narkoba yang membelit oknum anggota polisi.
"Masak seorang polisi ditembak polisi lain dan oleh oknum tentara karena narkoba. Untung dia tidak terbunuh. Padahal dia sudah ditembaki delapan orang," kata politisi Gerindra ini.
Melihat fakta ini, Martin yakin mafia narkoba memang berada di banyak tempat. Bahkan termasuk yang melibatkan oknum anggota TNI dan Polri.
"Jadi kami minta panglima TNI untuk menindak oknum TNI yang berusaha membunuh polisi itu. TNI tidak usah harus menunggu. Jadi bukan hanya polisi saja yang kita kritisi tapi TNI juga," kata dia.
Saat ini, Briptu Joko masih mendapatkan perawatan intensif di RS Bhayangkara Pekanbaru. Joko mengalami luka tusuk dan bacok. Barang bukti tombak dan samurai sudah disita polisi.
Polresta Pekanbaru sudah membekuk 8 pelaku, "Sipil dan 3 orang oknum polisi dari Polres lain itu sudah ditangkap," kata Kapolresta Pekanbaru Komisaris Besar Polisi Adang Ginangjar, Selasa 13 November 2012. Pelaku terdiri dari satu warga sipil, 4 oknum anggota TNI, dan tiga oknum polisi dari Polres lain.
No comments:
Post a Comment