Menurut pakar tidur, mimpi-mimpi aneh dan buruk tersebut sebetulnya muncul berdasarkan pengalaman keseharian kita.
"Struktur dan konten saat berpikir, mirip dengan struktur dan konten bermimpi. Keduanya mungkin merupakan produk dari mesin yang sama," kata Matthew Wilson, ahli syaraf dalam sebuah diskusi baru-baru ini, seperti dikutip dari laman Livescience.
Mimpi memungkinkan otak bekerja melalui pengalaman sadar. Saat proses mimpi di malam hari, otak terlihat 'memainkan' mesin neurologis yang sama dengan yang dipakai sepanjang hari untuk memeriksa masa lalu, masa depan, dan aspek batin lain manusia (atau hewan) yang bersangkutan. "Apa yang kita ingat adalah hasil mimpi."
Mimpi sebagai guru
Seperti koleganya di Harvard Medical School Erin Wamsley, Wilson fokus meneliti hubungan memori dengan mimpi saat manusia dalam kondisi tidur non-rapid eye movement (NREM) atau tidur lelap.
Biasanya, mimpi terjadi saat REM atau tidur aktif. Meski begitu, manusia pun kerap bermimpi saat sudah tidur nyenyak, tapi biasanya lebih terfragmentasi.
Penelitian Wamsley mengindikasikan bahwa mimpi membantu manusia untuk belajar.
Biasanya, mimpi terjadi saat REM atau tidur aktif. Meski begitu, manusia pun kerap bermimpi saat sudah tidur nyenyak, tapi biasanya lebih terfragmentasi.
Penelitian Wamsley mengindikasikan bahwa mimpi membantu manusia untuk belajar.
Dalam penelitian Wamsley bersama koleganya, 99 partisipan diajarkan menavigasi labirin virtual di layar komputer. Lalu, setengah partisipan diizinkan tidur selama dua jam, sementara yang lain tetap terjaga. Kemudian, semua partisipan kembali diuji labirin.
Mereka yang bermimpi labirin, performanya meningkat secara signifikan. Mereka lebih baik dibandingkan yang tidur tapi tidak bermimpi. Mereka juga lebih baik dibanding partisipan yang terjaga.
Menurut peneliti, partisipan yang bermimpi mampu memperbaiki kinerja mereka enam kali dari semua partisipan.
Mereka yang bermimpi labirin, performanya meningkat secara signifikan. Mereka lebih baik dibandingkan yang tidur tapi tidak bermimpi. Mereka juga lebih baik dibanding partisipan yang terjaga.
Menurut peneliti, partisipan yang bermimpi mampu memperbaiki kinerja mereka enam kali dari semua partisipan.
No comments:
Post a Comment