Pernah ingat dengan film fiksi ilmiah Six Million Dollar Man yang menampilkan sosok pria yang berpadu dengan teknologi canggih sehingga dapat meningkatkan kekuatannya?
Di film ini, astronot Steve Austin 'dibangunkan kembali' oleh ilmuwan Amerika Serikat dengan menggunakan berbagai implan bionik.
Dia bisa berlari dengan kecepatan 60 mph, matanya memiliki fungsi lensa zoom 20:01 dengan fitur inframerah. Sedangkan anggota tubuhnya memiliki kekuatan setara buldoser. Steve Austin menggunakan kekuatannya untuk bekerja di Kantor Intelejen Ilmiah (OSI) sebagai agen rahasia.
Nah, rupanya cerita soal kekuatan manusia robot super ini tak hanya di film saja. Para peneliti dari Universitas Stanford di California, Amerika Serikat, akan membuat manusia super ini menjadi nyata.
Mereka baru saja menemukan terobosan baru dalam mengontrol pikiran manusia dan komputer. Dengan mengembangkan alogaritama yang dapat menerjemahkan sinyal saraf agar kerja saraf dapat meningkat dari sisi kecepatan dan akurasi.
Sistem ini bekerja dengan menanamkan chip silikon di otak, yang sebelumnya sudah diuji coba pada seekor monyet. Sistem ini memungkinkan mengendalikan monyet dengan kursor komputer, dan suatu hari nanti diharapkan dapat mengontrol gerak dari anggota tubuh.
Menurut Ketua Tim Penelitian, Krishna Shenoy, temuan ini dapat meningkatkan sistem kerja anggota tubuh dan dapat membantu menggerakkan anggota tubuh pada orang yang sudah lumpuh.
"Ketika seseorang mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, maka sel-sel otak akan mengontrol gerakan yang seolah-olah mengaktifkan kembali sistem gerak tubuhnya," Krishna Shenoy, dilansir dari Dailymail.
Ia menambahkan, saat mengalami cedera neurologis atau terputusnya jalur otak dan otot, biasanya sinyal sarafnya masih tetap utuh dan berfungsi. "Sinyal saraf ini yang akan digunakan untuk menggerakkan anggota tubuh," ujarnya.
Penelitian sebelumnya telah mengembangkan saraf pada bagian tubuh buatan ke otak, dengan memasukkan implan sensor untuk mengukur sinyal neuron pada manusia. Hasil dari sensor tersebut dimasukkan ke komputer dan mengubah agar dapat dikendalikan oleh pikiran.
Namun, alogaritma baru yang dikembangkan di Universitas Stanford ini dikenal dengan mereparasi atau (ReFIT), yaitu dengan meningkatkan kecepatan dan akurasi dari anggota tubuh. Para peneliti sudah melaporkan penelitian ini pada 18 November 2012 ke Journal Nature Neuroscience.
Para peneliti mengklaim, saat diuji coba ke monyet rhesus, sistem reparasi algortima yang dikendalikan oleh komputer dapat meningkatkan kinerja lengan monyet tersebut sebesar dua kali lipat.
Di film ini, astronot Steve Austin 'dibangunkan kembali' oleh ilmuwan Amerika Serikat dengan menggunakan berbagai implan bionik.
Dia bisa berlari dengan kecepatan 60 mph, matanya memiliki fungsi lensa zoom 20:01 dengan fitur inframerah. Sedangkan anggota tubuhnya memiliki kekuatan setara buldoser. Steve Austin menggunakan kekuatannya untuk bekerja di Kantor Intelejen Ilmiah (OSI) sebagai agen rahasia.
Nah, rupanya cerita soal kekuatan manusia robot super ini tak hanya di film saja. Para peneliti dari Universitas Stanford di California, Amerika Serikat, akan membuat manusia super ini menjadi nyata.
Mereka baru saja menemukan terobosan baru dalam mengontrol pikiran manusia dan komputer. Dengan mengembangkan alogaritama yang dapat menerjemahkan sinyal saraf agar kerja saraf dapat meningkat dari sisi kecepatan dan akurasi.
Sistem ini bekerja dengan menanamkan chip silikon di otak, yang sebelumnya sudah diuji coba pada seekor monyet. Sistem ini memungkinkan mengendalikan monyet dengan kursor komputer, dan suatu hari nanti diharapkan dapat mengontrol gerak dari anggota tubuh.
Menurut Ketua Tim Penelitian, Krishna Shenoy, temuan ini dapat meningkatkan sistem kerja anggota tubuh dan dapat membantu menggerakkan anggota tubuh pada orang yang sudah lumpuh.
"Ketika seseorang mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, maka sel-sel otak akan mengontrol gerakan yang seolah-olah mengaktifkan kembali sistem gerak tubuhnya," Krishna Shenoy, dilansir dari Dailymail.
Ia menambahkan, saat mengalami cedera neurologis atau terputusnya jalur otak dan otot, biasanya sinyal sarafnya masih tetap utuh dan berfungsi. "Sinyal saraf ini yang akan digunakan untuk menggerakkan anggota tubuh," ujarnya.
Penelitian sebelumnya telah mengembangkan saraf pada bagian tubuh buatan ke otak, dengan memasukkan implan sensor untuk mengukur sinyal neuron pada manusia. Hasil dari sensor tersebut dimasukkan ke komputer dan mengubah agar dapat dikendalikan oleh pikiran.
Namun, alogaritma baru yang dikembangkan di Universitas Stanford ini dikenal dengan mereparasi atau (ReFIT), yaitu dengan meningkatkan kecepatan dan akurasi dari anggota tubuh. Para peneliti sudah melaporkan penelitian ini pada 18 November 2012 ke Journal Nature Neuroscience.
Para peneliti mengklaim, saat diuji coba ke monyet rhesus, sistem reparasi algortima yang dikendalikan oleh komputer dapat meningkatkan kinerja lengan monyet tersebut sebesar dua kali lipat.
Potensial Aksi
Sistem Stanford ini bergantung pada chip silikon yang ditanamkan ke otak, yang bertujuan untuk mencatat 'potensial aksi' dalam aktivitas saraf pada sebuah susunan sensor elektroda dan mengirimkannya ke komputer.
Dari frekuensi yang dihasilkan oleh 'potensial aksi' ini akan memberikan informasi kepada komputer untuk menentukan arah dan kecepatan gerak dari anggota tubuh.
Direktur Program Sistem Kognitif Neuroscience di Institut Nasional Amerika Serikat, James Gnadt, memuji terobosan yang dilakukan oleh Krishna Shenoy.
"Studi yang dilakukan Krishna Shenoy merupakan langkah besar dalam pengujian klinis tentang penggabungan antara otak dan teknologi, dan diharapkan dapat menciptakan gerakan yang cepat, halus, dan lebih alami," kata James Gnadt.
Dalam waktu dekat, diharapkan teknologi kontrol akurasi yang dimasukkan ke komputer dapat lebih disederhanakan, sehingga dapat membantu orang-orang yang mengalami kelumpuhan. "Kami berpikir ini adalah kesempatan baik untuk memberikan sesuatu yang sangat berguna," tutup James Gnadt
Dari frekuensi yang dihasilkan oleh 'potensial aksi' ini akan memberikan informasi kepada komputer untuk menentukan arah dan kecepatan gerak dari anggota tubuh.
Direktur Program Sistem Kognitif Neuroscience di Institut Nasional Amerika Serikat, James Gnadt, memuji terobosan yang dilakukan oleh Krishna Shenoy.
"Studi yang dilakukan Krishna Shenoy merupakan langkah besar dalam pengujian klinis tentang penggabungan antara otak dan teknologi, dan diharapkan dapat menciptakan gerakan yang cepat, halus, dan lebih alami," kata James Gnadt.
Dalam waktu dekat, diharapkan teknologi kontrol akurasi yang dimasukkan ke komputer dapat lebih disederhanakan, sehingga dapat membantu orang-orang yang mengalami kelumpuhan. "Kami berpikir ini adalah kesempatan baik untuk memberikan sesuatu yang sangat berguna," tutup James Gnadt
No comments:
Post a Comment