Tuesday, 6 November 2012

Kekerasan Polisi Tewaskan Reza Eka Wardhana?

Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta akhirnya menetapkan Bripka M sebagai tersangka dalam kasus kekerasan yang mengakibatkan Reza Eka Wardhana meninggal. Penetapan tersangka ini di luar dugaan.
Adik Reza Eka Wardhana menangis di pemakaman.Sebab, sebelumnya hasil investigasi yang dibentuk oleh Polda DIY menyatakan bahwa pelajar SMA Dominikus Yogyakarta itu mengalami kecelakaan tunggal sehingga akhirnya koma, dan meninggal.

Kepala Bidang Humas Polda DIY, Ajun Komisaris Besar Anny Pujiastuti, menjelaskan anggota lalu lintas Polres Gunungkidul itu menjadi tersangka setelah dilakukan gelar perkara Senin pagi, 5 November 2012. "Mulai hari ini Bripka M ditahan di Polda DIY," kata Anny Pujiastuti.
Berdasarkan gelar perkara diketahui saat itu Bripka M bersama polisi lalu lintas lainnya sedang mengamankan konvoi sepeda motor.
Reza yang saat malam Idul Adha mengendarai motor dengan kecepatan tinggi nyaris menabrak Bripka M. Secara refleks, Bripka M menghindar. Helm yang dipegangnya terlempar dan mengenai korban.

"Tim Polda DIY yang terdiri dari Reserse Umum dan Propam sudah melakukan pemeriksaan," ucapnya.
Guna memastikan penyebab kematian pelajar 16 tahun itu, polisi akan melakukan autopsi. Sebelumnya, dia akan meminta izin kepada pihak keluarga. Apalagi jenazah Reza sudah dimakamkan. "Kami berharap pihak keluarga mengizinkan Reza untuk diautopsi," kata Anny.
Jika dalam pemeriksaan terbukti bersalah, Bripka M dijerat pasal 351 ayat 3 tentang penganiayaan dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara.  "Atau pasal 359 tentang kelalaian dengan ancaman pidana 5 tahun kurungan penjara," ujar dia.
Reza menghembuskan nafas terakhir pukul 15.00 Sabtu 3 November 2012. Dia meninggal setelah koma selama sepekan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Warga Jeruksari Wonosari Gunungkidul itu mengalami pendarahan hebat di bagian otak akibat kecelakaan di Jalan Brigjen Katamso, Gunungkidul, Kamis 25 Oktober 2012 sekitar pukul 24.00 WIB.
Kematian korban meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga. Ibunda Reza tak henti-hentinya menitikkan air mata. Dia tak kuasa menerima kenyataan bahwa putra sulungnya pergi untuk selama-lamanya. Ayah korban, Nugroho Priyo Widiatmoko, meminta pelaku yang merupakan oknum polisi diusut tuntas.

Kapolres Gunungkidul Ajun, Komisaris Besar Ikhsan Amin, menjelaskan insiden ini berawal ketika sejumlah anggota Polres Gunungkidul melakukan pengamanan takbiran pada malam Hari Raya Idul Adha, lalu.
Sekitar pukul 23.30 WIB, ada kelompok pertama takbiran melewati pusat Kota Wonosari dari arah utara atau melewati BRI Wonosari.  Petugas sudah bersiap di sekitar Alun-Alun Pemda Gunungkidul, DIY dan membelokkan ke arah kiri atau menuju pasar.

Selang 15 menit kemudian ada kelompok kedua yang melakukan takbiran keliling melewati jalur yang sama. Namun dalam waktu yang bersamaan Reza menyalip dengan Yamaha RX King AB 3663 SW dengan kecepatan tinggi, dan menyerempet Bribka M yang sedang membawa helm sehingga helmnya pecah dan korban terjatuh.

Salah satu teman dekat Reza yang tidak mau disebutkan namanya menceritakan, korban yang mengendarai sepeda motor dengan suara knalpot agak nyaring itu sebenarnya hendak pargi ke angkringan atau warung makan pinggir jalan.

Polisi mengira korban adalah pimpinan rombongan anak muda bersepeda motor dalam arak-arakan takbiran. "Cerita teman saya yang ada di lokasi bersama Reza, tiba-tiba ada dua orang polisi berseragam yang mendekati Reza. Polisi itu memukul Reza," katanya.
Dia mengungkapkan bahwa beberapa hari yang lalu ada sejumlah orang mengaku dari pihak kepolisian mendatangi keluarga korban. Mereka meminta untuk damai. "Mereka mendatangi keluarga dan memberi uang Rp20 juta, tetapi pihak keluarga menolak pemberian uang itu," ujarnya saat ditemui di depan ruang jenazah RS Bethesda Yogyakarta Sabtu malam.
Ia menuturkan, kabar tersebut sekarang ramai beredar di jejaring sosial media dan teman-teman korban. Polisi yang mendatangi keluarga korban diduga berasal dari Kepolisian Lalu Lintas. Mereka mengakui kesalahannya karena telah memukul korban dan meminta pihak keluarga supaya tidak melanjutkan kasus tersebut. "Mereka mengakui kesalahannya telah memukul Reza dan meminta damai. Agar masalah ini tidak dilanjutkan," ujarnya.

Kabar ini buru-buru dibantah Ikhsan Amin. Ia meminta supaya situasi ini tidak diperkeruh dengan berita-berita dugaan polisi menyuap keluarga korban tersebut. "Itu tidak betul sama sekali, saya minta supaya media tidak memperkeruh suasana dulu, kami sekarang sedang fokus di rumah duka. Kami sekarang sedang melayat di rumah duka," kata Ikhsan.

Jangan ditutup-tutupi

Kematian Reza mendapatkan perhatian khusus dari GKR Hemas, istri dari Gubernur DIY sekaligus anggota DPD dari DIY. Ia menyempatkan diri melayat ke rumah duka di Jeruksari, Wonosari, Gunungkidul.

Tak hanya GKR Hemas, anggota DPR RI dari PDIP Edi Mihati dan Bupati Gunungkidul, Badingah, juga tampak hadir untuk melayat di rumah duka.

Dari pantuan VIVAnews, pada sisi rumah duka terlihat spanduk dengan ukuran 1x1 meter yang bertuliskan "Rip Rezza Eka Wardhana. Meninggalnya Rezza Harus Diikuti Dengan Cerita Kebenaran. Bagaimana Cara Dia Meninggal"

Setelah dilakukan doa oleh pendeta, korban langsung dibawa ke tempat pemakam. Isak tangis orangtua, keluarga dan teman-teman korban, mengiringi keberangkatan jenazah dari rumah duka menuju peristirahatan terakhir, Minggu siang.

Kasus ini juga mengundang keprihatinan kalangan Istana. Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Heri Sebayang, menyesalkan kejadian ini. Reza merupakan anak dari kawan dekatnya.

Heri, yang dahulu dikenal sebagai salah satu aktivis di Yogyakarta, menilai keterangan kepolisian terkait kronologi kecelakaan yang menimpa Reza hingga akhirnya meninggal sangat ganjil dan tidak masuk akal.

"Saya sangat menyayangkan keterangan dari Kapolres Gunungkidul yang secara terburu-buru menyimpulkan bahwa kecelakaan Reza merupakan kecelakaan tunggal. Namun kemudian ada pernyataan lain kecelakaan itu terjadi karena ada gesekan dengan salah satu anggota polisi yang sedang berjaga mengamankan takbiran," kata Heri, usai melayat di rumah duka.

Heri mewakili keluarga Reza mendesak aparat kepolisian agar jangan sekali-sekali menutup-nutupi kasus ini. Apalagi, hanya demi menyelamatkan salah satu anggotanya yang diduga melakukan tindak kekerasan. "Jangan ditutup-tutupi kasus kematian Reza ini," ujar Heri.

No comments:

Post a Comment