Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Arifinto, tertangkap kamera sedang menonton video porno ketika sidang paripurna DPR berlangsung. Tak pelak lagi, hal ini kembali membuat PKS menjadi sorotan.
“Kasus ini makin menambah demoralisasi PKS,” kata pengamat politik Burhanudin Muhtadi, kepada VIVAnews, Sabtu 9 April 2011.
Padahal, kata Burhanuddin, PKS adalah salah satu partai di parlemen yang turut mendukung dan memperjuangkan pengesahan UU Pornografi. Dengan demikian, menurutnya, kasus terakhir yang memalukan ini – terlepas dari apakah Arifinto menonton video itu karena faktor kesengajaan atau ketidaksengajaan – dapat menjadi bumerang bagi PKS dan pribadi Arifinto sendiri.
Burhanuddin mengungkapkan, Arifinto merupakan salah satu pendiri majalah Sabili yang membidik umat Islam sebagai konsumen mereka. “Ini langsung menusuk jantung kredibilitas PKS. Publik jadi bertanya-tanya, ada apa dengan PKS,” ujar Burhanuddin. Terlebih, lanjutnya, baru-baru ini salah satu pendiri PKS, Yusuf Supendi, juga menggugat PKS atas sejumlah tuduhan serius seperti korupsi.
Kedua persoalan ini, baik Yusuf Supendi maupun Arifinto, disebut Burhanuddin telah mencoreng muka partai Islam terbesar di tanah air itu dengan telak. “Padahal selama ini kan mereka fokus pada moralitas pribadi, ponografi, dan pemberantasan korupsi,” papar peneliti LSI itu. Namun kini justru tiga hal itu yang balik menyerang PKS sendiri.
Oleh karena itu, tutur Burhanuddin, kalangan internal PKS harus bersikap tegas terkait kasus Arifinto. “Kredibilitas partai di atas segalanya,” kata Burhanuddin mengingatkan. Dengan demikian, ujarnya, PKS tidak boleh melindungi Arifinto, terlepas dari argumen Arifinto yang mengaku tidak sengaja membuka link berisi konten porno itu. “Itu tetap tidak etis,” tutup Burhanuddin.
Padahal, kata Burhanuddin, PKS adalah salah satu partai di parlemen yang turut mendukung dan memperjuangkan pengesahan UU Pornografi. Dengan demikian, menurutnya, kasus terakhir yang memalukan ini – terlepas dari apakah Arifinto menonton video itu karena faktor kesengajaan atau ketidaksengajaan – dapat menjadi bumerang bagi PKS dan pribadi Arifinto sendiri.
Burhanuddin mengungkapkan, Arifinto merupakan salah satu pendiri majalah Sabili yang membidik umat Islam sebagai konsumen mereka. “Ini langsung menusuk jantung kredibilitas PKS. Publik jadi bertanya-tanya, ada apa dengan PKS,” ujar Burhanuddin. Terlebih, lanjutnya, baru-baru ini salah satu pendiri PKS, Yusuf Supendi, juga menggugat PKS atas sejumlah tuduhan serius seperti korupsi.
Kedua persoalan ini, baik Yusuf Supendi maupun Arifinto, disebut Burhanuddin telah mencoreng muka partai Islam terbesar di tanah air itu dengan telak. “Padahal selama ini kan mereka fokus pada moralitas pribadi, ponografi, dan pemberantasan korupsi,” papar peneliti LSI itu. Namun kini justru tiga hal itu yang balik menyerang PKS sendiri.
Oleh karena itu, tutur Burhanuddin, kalangan internal PKS harus bersikap tegas terkait kasus Arifinto. “Kredibilitas partai di atas segalanya,” kata Burhanuddin mengingatkan. Dengan demikian, ujarnya, PKS tidak boleh melindungi Arifinto, terlepas dari argumen Arifinto yang mengaku tidak sengaja membuka link berisi konten porno itu. “Itu tetap tidak etis,” tutup Burhanuddin.
Arifinto tertangkap kamera fotografer Media Indonesia, Mohammad Irfan, saat membuka video porno ketika sidang paripurna terkait gedung baru DPR sedang berlangsung, Jumat kemarin. Saat itu dua fraksi DPR, PDIP dan Gerindra sedang melakukan aksi walk out. (umi)
No comments:
Post a Comment