PEWARTA foto Media Indonesia Mohamad Irfan mengabadikan sebuah perilaku seorang anggota DPR RI yang teramat mencengangkan. Di tengah kesibukan rapat paripurna dewan yang terhormat untuk mencari solusi terhadap problem anak bangsa ini, politikus--kalau masih bisa disebut begitu--dari PKS Arifinto asyik masyuk sendiri memeloti film biru dari sebuah PC tablet miliknya.
Celakanya, keasyikan anggota yang dipercaya mewakili rakyat banyak ini, setidaknya konsituennya itu tertangkap kejelian tele kamera Irfan. Tak pelak, 60 tembakan tustel pun dilepaskan Irfan terhadap moment yang teramat janggal ini.
Irfan pun mengungkapkan kronologis kejadiannya. Berikut petikan wawancara Wartawan Media Indonesia Iwan Kurniawan pewarta yang pernah meraih berbagai penghargaan foto jurnalistik ini di ruang Redaksi Media Indonesia, Jumat (9/4) malam:
Pukul berapakah Anda masuk ke ruangan DPR?
Sekitar pukul 10.30 WIB, saya masuk ke ruangan sidang paripurna, Nusantara II. Saat naik ke atas (lantai dua), saya tidak memikirkan apa-apa selain menjalankan tugas jurnaslitik saya.
Sebelum tiba di DPR, saya memang sempat memotret dulu di sebuah acara diskusi di Gedung DPD. Barulah sesat di DPR, saya berjumpa dengan rekan-rekan sesama pewarta foto dari berbagai media. Lalu, kami bersama-sama memotret sidang paripurna yang tengah berlangsung.
Selanjutnya...?
Sesaat naik ke atas, standar foto yang ingin saya ambil adalah ruang kosong, karena kursi kosong menjadi hunian anggota DPR. Saya mendengar, ada suara interupsi. Ada suara beberapa anggota DPR, seperti Maruarar Sirait (PDI-P) yang tengah interupsi, dan anggota Demokrat (saya lupa namanya). Mereka membicarakan tentang interupsi masalah pembangunan gedung.
Apa yang Anda mau lakukan?
Saya hanya terus mendengar Ketua DPR Marzuki Ali yang tengah memimpin sidang. Karena ada anggota yang tidak mengindahkan interupsi, maka ada yang walkout. Saya tetap mencari sesutu yang unik...
Kapan Anda memotret kejadian itu?
Sekitar pukul 11.00 WIB, setelah beberapa anggota <>walk out<>. Rekan-rekan sesama pewarta foto pun turun. Namun, saya terus mendekati meja pimpinan (di sisi bagian tengah). Saya ingin memotret bangku yang kosong. Namun, saya melihat ada anggota DPR yang main dengan PC tablet.
Oya...?
Sekitar 11.39 WIB, saya mengabadikan (jepret pertama). Sebenarnya, saya tertarik dengan file-file yang kotak-kotak... Kemudian, saya menggunakan lensa panjang (tele). Saya melihat ada gambar yang tidak senonoh.
Saat saya melihat di kamera saya, anggota DPR itu sedang menonton video porno. Saya tahu sehingga saya abadikan hingga frame terakhir. Bukan karena saya berhenti memotret, namun kapasitas sim card penuh.
Pada 11. 39 WIB, saya menggunakan setelan yang lain sehingga bisa mengambil gambar secara jelas. Frame di pukul 11.41.57.
Apakan Anda sudah mengetahui siapa anggota yang menonton film itu?
Saya tidak tahu sehingga saya menanyakan kepada rekan reporter saya, Aryo Bhawono. Aryo pun langsung mengetahui nama politisi yang tempat duduknya (kursi) bernomor 72, itu.
Terus, apakah Anda langsung kirimkan foto?
Barulah setelah salat Jumat, saya langsung mengirim foto ke Redaksi Media Indonesia. Saya hanya kirim enam foto sekitar pukul 13.44 WIB.
Apakah ada tekanan dari pihak tertentu? Karena berbagai media massa nasional telah memberitakan kejadian ini?
Sampai saat ini tak ada tekanan dan intimidasi. Saya memberitakan apa adanya untuk tempat kerja saya. Saya berharap agar foto ini bisa membuat anggota DPR tidak selalu bobrok. Saya selalu mencari momentum yang pas karena saya pekerja media massa.
Menurut Anda, apakah ini bole dikatakan sebagai pembunuh karakter terhadap Arifinto?
Saya tidak ada niat untuk itu. Bagi saya, saya hanya menjalani tugas. Saya pernah memotret para anggota yang sibuk dengaan aktifitas selama rapat berlangsung. Seperti, main catur, main bbm, baca koran.
Kapan karir Anda dimulai?
Karier saya di Media Indonesia berawal dari office boy, operator telephon, dokumentasi foto, dan terakhir fotografer.***
No comments:
Post a Comment