Hubungan SBY dan Megawati Soekarnoputri membaik kembali setelah delapan tahun dingin. Pada acara penghargaan gelar pahlawan nasional bagi tokoh proklamator Soekarno dan Muhammad Hatta, Rabu (7/11) kemarin, keduanya tampak akrab.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto menilai baik kondisi tersebut. Menurutya, Indonesia sebaiknya mencontoh AS yang memiliki Presidential Club sebagai wadah berkumpulnya presiden dan para mantan presiden AS untuk saling bertukar pikiran.
Wadah ini dapat mencegah terjadinya 'permusuhan' antar mantan presiden meskipun berbeda partai politik.
"Terlebih SBY mau mengakhiri masa jabatannya tahun 2014. Sebaiknya mereka membentuk semacam klub seperti Presidential Club di Amerika Serikat untuk memberikan dorongan kepada presiden yang terpilih nantinya," kata Gun Gun saat berbincang dengan detikcom, Kamis (8/11/2012).
Sejak tahun 2004, kedua tokoh ini hampir tidak pernah bertemu kecuali dalam sedikit kesempatan, seperti saat kunjungan Presiden AS Barack Obama ke Jakarta tahun 2010. Ide Presidential Club bisa terwujud jika para tokoh mampu melampaui ego pribadi sisa kontestasi pemilu.
"Seperti George W Bush Jr berseberangan sengit dengan Obama, layaknya Republikan dengan Demokrat, namun Bush tetap mau masuk ke Presidential Club. Mereka mau bercengkerama dan saling sharing memberikan penguatan kepada Presiden," jelas Gun Gun.
Jika SBY-Mega masih menyimpan ego pribadi, maka akan berdampak buruk bagi kehidupan politik di Indonesia. "Dampak tersebut akan berpengaruh terutama bagi para pendukungnya, karena mereka tokoh besar berpengaruh. Akan ada relasi antagonistik antar kekuatan politik," ujar Gun Gun.
No comments:
Post a Comment