Sunday, 11 November 2012

PKS: Kalah di Pilkada DKI Bukan Patokan Pemilu 2014 "Kalau kepala daerah, yang dipilih hanya beberapa kandidat."

Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq, menyatakan, kekalahan partainya di Pilkada DKI Jakarta tidak bisa dijadikan acuan untuk memprediksi pemilu 2014. Pemilihan kepala daerah sangat berbeda dengan pemilihan umum.
  Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq bersama Joko Widodo 
"Kalau kepala daerah, yang dipilih hanya beberapa kandidat, sedangkan dalam pemilihan umum jumlahnya mungkin lebih dari 10 partai," ujar Luthfi Hasan dalam keterangan pers kepada VIVAnews, Minggu 11 November 2012.

Dalam pilkada DKI, PKS mengusung Hidayat Nur Wahid dan Didik J Rachbini. Dalam pilkada DKI putaran pertama, pasangan ini menduduki posisi ketiga dengan jumlah suara 508.113, sehingga tidak berhak masuk ke putaran kedua. 

Luthfi melanjutkan, dalam pemilu, masyarakat memiliki pilihan yang lebih banyak dibanding pilihan dalam pilkada. Ini, menurut dia, akan menyebabkan suara pemilih terdistribusi ke lebih banyak pilihan. Peluang semua partai untuk mendapat distribusi suara sama, tergantung isu yang diusung masing-masing partai disukai masyarakat atau tidak.

"Jika pilihan masyarakat dalam pilkada dianggap sama dengan pilihan dalam pemilu, partai pemenang pemilu tentu akan menyapu bersih pilkada di seluruh Indonesia. Nyatanya kan tidak," dia menegaskan.

Meskipun kandidatnya kalah dan hanya mendapatkan sekitar 12 persen suara dalam pilkada DKI Jakarta, Luthfi melanjutkan, dalam survei yang dilakukan usai pilkada, suara PKS justru tinggi di DKI Jakarta. Inilah yang menurut dia telah menunjukkan bahwa suara dalam pilkada tidak relevan dengan suara pemilu. 

"Sehingga mengait-mengaitkan antarkeduanya sebagai landasan prediksi ke depan kurang pas," ucapnya.

Oleh karena itu, PKS, Luthfi menambahkan, tidak akan terpengaruh dengan berbagai survei dan opini yang menyudutkan partai Islam. "Yang penting, kami terus bekerja, bekerja, dan bekerja," ucapnya. 

No comments:

Post a Comment