Dalam sebuah buku ‘Landmark Experiments in Twentieth Century Physics‘ karya George L.Trigg menyatakan pentingnya eksperimen fisika dan riset yang telah mengubah persepsi tentang fenomena alam. Terutama dari abad ke-20, termasuk didalamnya percobaan ilmiah yang menyangkut sifat gelombang sinar-x, isotop, superkonduktivitas, transistor, neutrino, laser, struktur halus helium, dll.
Logika Penciptaan Alam Semesta
Manusia bahkan bisa membuat kesadaran, reaksi terhadap rangsangan yang merupakan bagian dari definisi hidup. Hidup kita bisa dikatakan alam semesta yang berusaha untuk mengalami segala hal dengan sendirinya, dengan atau tanpa kecerdasan utama dan berusaha untuk mencapai akhir tersebut.
JKetika manusia mencari tentang makna, mengejar ilmu dan kehormatan, selalu dibatasi pada setiap pendekatan tunggal pada pikiran dan eksistensi. Dan karena keterbatasan ini, banyak orang yang menyerah atau mencoba untuk menjelaskan semua peristiwa dalam paradigma tunggal. Dan yang terburuk adalah mengikuti pemikiran orang lain sehingga mereka merasa lebih baik tentang batasan pemikiran manusia dengan kenyamanan sebuah kelompok yang setuju dengan kesimpulan individual.
Pemikiran ini mungkin dipengaruhi aliran pemikiran intelektual, agama, atau bentuk sosialisasi lain, tetapi seperti keyakinan turun menurun. Hanya karena kita semua setuju tidak berarti kita benar dalam arti empiris. Empat ratus tahun yang lalu umat manusia secara kolektif menyetujui bahwa bumi itu datar.Tetapi sekarang situasinya sangat jauh berbeda, pemikiran itu luntur seiring adanya pembuktian secara logika.
Alam Semesta Terbentuk Dari Gas
Sebuah percobaan yang dilakukan di tahun 1970-an mempunyai tujuan sederhana dan mendalam, para peneliti menemukan efek campuran gas yang ada di atmosfer yang menimbulkan senyawa organik. Gas-gas ini merupakan bagian dari sejarah geologi ketika berbentuk batu, maka udara terjebak di dalam pori-pori bebatuan dan sampel terdahulu sesuai dengan komposisi gas dari zaman sebelum adanya kehidupan.
Campuran gas menjadi racun bagi varietas yang sekarang mengisi trofosfer, tapi kimia organik menyatakan bahwa reaksi ini mungkin membentuk alam semesta dan Bumi lahir dari campuran mengerikan berupa gas beracun seperti yang diujikan.
Para ilmuwan menggunakan campuran gas beracun di sebuah ruang percobaan, chlorine, metana, dan gas beracun lainnya disatukan. Tapi, tidak ada efek yang terjadi dalam percobaan itu. Kemudian mereka menggunakan arus listrik yang ditambahkan kedalam ruang percobaan, atau menggunakan simulasi petir didalamnya.
Rantai molekul kompleks kemudian terbentuk, dan hal itu bisa menciptakan alam semesta dan bentuk kehidupan (bisa saja organisme bersel tunggal). Bahkan tidak mengatasi potensi bahaya kuman yang tidak diketahui karakteristiknya. Para ilmuwan harus mengambil risiko, tapi untungnya kebanyakan mereka adalah orang-orang yang secara spesifik berhati-hati dan manusiawi, tidak ada yang bersedia mengambil sampel didalam ruangan percobaan.
Percobaan ini menjelaskan, bahwa alam semesta dan kehidupan didalamnya terbentuk dari gas-gas yang ada di angkasa. Jika kita berfikir bahwa alam semesta akan berakhir, tapi pemikiran logika tidak berkata demikian. Alam semesta terus membentuk kehidupan, planet dan bintang baru yang mungkin keberadaannya tidak bisa kita jangkau.
Dan pertanyaan selanjutnya akan muncul, jika gas menipis (habis) dan telah membentuk seluruh materi angkasa, apa yang akan terjadi kemudian? Akankah seluruh materi di alam semesta akan mati dan menguap kembali menjadi gas, inikah yang disebut akhir zaman?
Cahaya Misterius Big Bang Membakar Objek Alam Semesta?
Penelitian yang dilakukan NASA Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, California, yang mengelola Spitzer Space Telescope untuk Science Mission Directorate di Washington, dirilis 7 Juni 2012 pada situs berita resmi NASA Jet Propulsion Laboratory “NASA’s Spitzer Finds First Objects Burned Furiously”.
Deteksi Alam Semesta Melalui Teleskop Spitzer
Cahaya yang dilepaskan benda pertama di alam semesta mungkin telah terdeteksi melalui presisi terbaik sebelumnya yang menggunakan NASA Spitzer Space Telescope. Objek samar-samar di alam semesta mungkin bintang liar berukuran besar atau lubang hitam. Objek terlalu jauh untuk dilihat secara individual, tetapi bukti baru meyakinkan pola kolektif dari cahaya inframerah yang dihasilkan objek tersebut.
Pengamatan mengkonfirmasi objek pertama secara kuantitas dan membakar bahan bakar kosmik. Ilmuwan belum bisa langsung menyatakan sumber cahaya misterius yang mungkin berasal dari alam semesta terdekat, tetapi sekarang menjadi semakin mungkin bahwa ilmuwan telah mengungkapkan ‘sekilas tentang terbentuknya alam di zaman kuno’.
Teleskop Spitzer pertama kali menangkap petunjuk dari pola cahaya terpencil yang dikenal sebagai latar belakanginframerah kosmis, pada tahun 2005, kemudian presisi lebih mendalam ditemukan kembali pada tahun 2007. Kashlinsky dan rekan-rekannya di NASA Goddard Space Flight Center, menggunakan Spitzer untuk melihat dua ‘wilayah’ langit lebih dari setiap 400 jam.
Tim ilmuwan astronomi kemudian mengurangi dengan hati-hati semua bintang dan galaksi yang dikenal dalam gambar. Meninggalkan ruang hitam yang kosong di angkasa, kemudian menemukan pola cahaya samar dengan tanda karakteristik berlatar belakang inframerah kosmis. Gumpalan dalam pola diamati konsisten dengan cara memperkirakan objek sangat yang akan berkumpul bersama.
Cahaya Misterius Alam Semesta Berusia Miliaran Tahun?
Mereka mengumpulkan petunjuk dari cahaya ledakan api pertama di alam semesta, hal ini menunjukkan bahwa sumber ‘percikan api’ yang intens membakar bahan bakar nuklir objek tersebut.
Astronom telah meningkatkan jumlah objek alam semesta untuk mendapatkan bukti yang lebih pasti tentang latar belakang kosmis inframerah. Para peneliti berencana mengeksplorasi lebih banyak ruang di masa depan, untuk mengumpulkan petunjuk cahaya tersembunyi tentang terbentuknya alam semesta dan zaman kuno.
No comments:
Post a Comment