Dalam sebuah tulisan ‘The Balloonomania: Science and Spectacle in 1780s England’ karya Paul Keen (Eighteenth Century Studies, Summer 2006) menceritakan sosok wanita pemberani yang pertama kali tercatat dalam sejarah sebagai penerbang balon udara pertama dunia untuk meneruskan cita-cita suaminya. Penerbangan solo di festival dan perayaan spektakuler yang juga berbahaya pada musim panas tahun 1819, Sophie Blanchard menjadi wanita pertama yang tewas dalam kecelakaan balon udara.
Sejarah Balon Udara Abad Ke-18
Sekitar 200 tahun yang lalu di Prancis, manusia mulai memikirkan bagaimana caranya terbang di angkasa dengan menggunakan balon udara raksasa. Hal ini sempat digambarkan sebagai tontonan besar yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Penerbangan berawak di abad ke-18 menyebabkan istilah ‘Balon Mania’ diseluruh Eropa, karena lebih dari 100 ribu penonton akan berkumpul di sebuah lapangan dan atap-atap gedung kota hanya untuk menyaksikan pelopor penerbangan manusia.
Joseph Michel Montgolfier dan Jacques Etienne Montgolfiermulai bereksperimen dengan balon udara yang terbuat dari kain Kabung dan Taffeta yang diisi udara panas dari pembakaran di bawahnya. Balon ‘Montgolfier bersaudara’ menjadi lebih besar, mereka mulai mempertimbangkan penerbangan berawak. Louis XVI tertarik dan mengusulkan mengirimkan dua penjahat ke angkasa untuk menguji alat tersebut, tetapi mereka memilih untuk menempatkan domba, bebek dan ayam jantan sebagai awak penerbangan balon udara pertama.
Demonstrasi disaksikan Raja Louis, Marie Antoinette, dan penonton di istana kerajaan Versailles, balon itu terbang ke udara dan kurang dari sepuluh menit kemudian tiga hewan didalamnya mendarat dengan selamat.
Era Balloonomania telah dimulai, dan pengembangan balon gas dimungkinkan karena penemuan hidrogen oleh ilmuwan Inggris (Henry Cavendish) pada tahun 1766 yang menggantikan balon udara panas dan bisa terbang lebih tinggi. Semakin banyak orang yang tertarik untuk mencoba balon udara, tetapi tidak semua orang senang seperti para petani di pedesaan Inggris yang merobek balon.
Demonstrasi Jean Pierre Blanchard Di Eropa
Sophie Armant menikah dengan Jean Pierre Blanchard, seorang penemu berusia setengah baya yang telah membuat penerbangan balon udara pertama di Paris ketika dia berusia lima tahun. Pada bulan Januari 1785 Blanchard dan John Jeffries (seorang dokter Amerika) menjadi orang pertama yang terbang di atas Selat Inggris menggunakan balon hidrogen, terbang dari Inggris ke Prancis. Pilatre de Rozier juga mencoba menyeberangi lintasan itu, tapi dia tewas setelah balon udara mengempis pada ketinggian 1500 kaki.
Jean Pierre Blanchard mulai tur ke Eropa, mengenakan biaya masuk untuk melihat demonstrasinya yang memamerkan balon sutra, menjatuhkan parasut yang dilengkapi anjing dan kembang api diluncurkan dari atasnya. Banyak penonton terpengaruh dan tertarik untuk mengikuti peluncuran dengan balon udara yang unik. Dan mereka senang melihat laki-laki yang mempertaruhkan hidup, di mana pada saat itu balon udara sering jatuh akibat kebakaran.
Tapi tidak semua usaha Blanchard berhasil, dia berhasil lolos dari kecelakaan balon udara. Kemudian dia mendirikan Balloon and Parachute Aerostatic Academy pada tahun 1785 tetapi gagal. John Jeffries, seorang mitra dan pemodal yang kemudian mengklaim bahwa Blanchard berusaha untuk menjaganya ketika menaiki balon udara dengan memakai girdle dan mengklaim balon hanya bisa membawanya seorang.
Menghadapi kehancuran, Blanchard yang telah meninggalkan istri pertama dan keempat anak mereka untuk mengejar mimpi, kemudian membujuk istri barunya untuk terbang dengannya, dia meyakini bahwa seorang wanita yang terbang mungkin ide baru yang mengembalikan kesuksesannya.
Sophie Blanchard Melintasi Eropa Dengan Balon Udara
Sophie Blanchard dikatakan takut menaik kereta kuda, namun didalam balon udara dia menemukan sensasi yang tak tertandingi tidak lama setelah dia dan suaminya memulai penerbangan. Penerbangan solo pertamanya pada tahun 1805, yang menjadikan dirinya penerbang udara wanita pertama.
Blanchards terus melakukan penerbangan hingga tahun 1809, ketika Jean Pierre berdiri di samping Sophie dalam keranjang ditambatkan ke sebuah balon udara yang terbang di atas Den Haag dan mengalami serangan jantung. Dia terbeban hutang suaminya, tetapi terus terbang dan perlahan-lahan membayar kreditur dan mengutamakan acara dengan kembang api yang diluncurkan dari langit. Dia menjadi favorit Napoleon dan terpilih menjadi Aeronaut pada festival resmi.
Sophie Blanchard membuat perjalanan jarak jauh di Italia, menyeberangi pegunungan Alpen dan umumnya melakukan seperti yang diimpikan suaminya. Dia melunasi hutangnya dan membuat reputasi tersendiri. Sophie Blanchard lebih suka terbang di malam hari hingga subuh, dan kadang-kadang tidur di balon udara. Dia pernah pingsan dan hampir membeku di ketinggian untuk menghindari badai es, hampir tenggelam setelah jatuh ke rawa-rawa di Naples.
Pada usia 41 tahun, Sophie Blanchard melakukan penerbangan terakhir. Pada malam 6 Juli 1819, banyak orang berkumpul untuk menyaksikan Festival Tivoli Gardens di Paris. Sophie Blanchard berusia 41 tetapi digambarkan sebagai Aeronaut yang masih muda, sigap, dan ramah. Meskipun keraguan orang berbeda tentang rencana demonstrasi ‘Bengal Fire‘. Dia sempat berkata “Allons, ce sera pour La Derniere fois” (Mari kita pergi, ini akan menjadi yang terakhir kali).
Blanchard mempersiapkan agar pendaratan balon melambat, dia memotong pemberat untuk lebih memperlambat. Kemudian keranjang balon udara menghantam atap rumah dan Blanchard terlempar keluar, terguling diatap dan jatuh ke jalan hingga menghembuskan nafas terakhir.
No comments:
Post a Comment