Wednesday 7 November 2012

G-20 Ubah Syarat, RI Berpeluang Tambah Saham IMF

Negara-negara anggota G-20 sepakat bakal menggunakan komponen pertumbuhan ekonomi yakni produk domestik bruto sebagai penentu kuota kepemilikan sahamnya di lembaga Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF).

Suasana pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia 2012
Ketentuan yang berlaku untuk anggota IMF dari G-20 ini merupakan salah satu bentuk kelanjutan dari reformasi IMF yang telah menggelar pertemuan menteri keuangan dan bank sentral negara anggota G-20 di Mexico City, 4-5 November 2012.

"Formula ini menguntungkan dan menaikkan kuota EMC's  (emerging market countries) termasuk Indonesia yang mendominasi pertumbuhan global," tulis siaran pers Kementerian Keuangan yang diterima VIVAnews, Rabu 7 November 2012.

Selain indikator PDB, penentuan kuota saham IMF juga masih tetap menggunakan komponen "openness" (keterbukaan) dan "variability" (variabilitas). Kedua variabel itu berhubungan dengan transparansi data pembayaran ekspor, impor, dan volatilitas arus dana. Variabel itu diusung di antaranya oleh negara-negara di zona Eropa dan Jepang.

Namun, para menteri G20 belum dapat menyepakati besaran kontribusi PDB dan perlu tidaknya memperhitungkan dua variabel indikator formula sebelumnya. Dengan kondisi itu, penentuan saham anggota G-20 ini belum dapat dilakukan dan harus dibahas dalam pertemuan selanjutnya.

Dalam kesempatan tersebut, para menteri G20 juga menyambut baik perkembangan penguatan keuangan IMF untuk menjaga stabilitas global dan meningkatkan peran IMF di dalam pencegahan serta penanggulangan krisis.

Sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Los Cabos pada Juni 2012, hingga saat ini telah terkumpul hampir US$461 miliar yang berasal dari komitmen negara anggota untuk memperkuat keuangan IMF. Selain itu, disediakan perjanjian pemberian pinjaman kepada IMF sebesar US$286 miliar.

Indonesia, sebagai salah satu anggota G-20, menyatakan agar pelaksanaan reformasi IMF termasuk penambahan modalitas harus dilakukan dalam kerangka penguatan pengawasan global dalam jangka panjang dan untuk kepentingan seluruh negara anggota.

Dalam pertemuan itu, Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, sebagai perwakilan Indonesia, juga melakukan pertemuan bilateral terpisah dengan tiga menteri keuangan yang berasal dari Amerika Serikat, Australia, dan Rusia. Di samping itu, disinggung agenda pembiayaan infrastruktur dan peran Indonesia sebagai Chairmanship APEC 2013.

Ketiga menteri keuangan negara utama dunia tersebut menyampaikan apresiasi atas perkembangan positif ekonomi Indonesia, dan akan terus berdialog dalam memperkuat kerja sama dalam penanganan krisis global dan peningkatan hubungan bilateral di bidang ekonomi dan keuangan.

No comments:

Post a Comment