Sunday, 2 December 2012

Untuk Palestina, Berdoa Saja tidak Cukup

Oleh Asma Nadia 
Mungkin seharusnya kita malu jika saat ini hanya memberikan doa untuk saudara-saudara seiman di Palestina. Jika sekadar doa seharusnya kita malu, saya tidak menemukan kata yang tepat bagi Muslim yang bahkan tidak peduli pada apa yang terjadi di Palestina.

Betapa tidak, ketika masih begitu banyak Muslim yang tidak tersentuh dengan pembantaian yang terjadi, banyak non-Muslim justru mulai berani menunjukkan kepedulian mereka pada Palestina.

Saat masih berseragam Manchester United (MU), Christiano Ronaldo pernah berfoto dengan mengenakan selendang khas Palestina atau kafiyeh. Padahal, sebuah perusahaan sepatu harus membayar sang bintang 5 juta pound (75 miliar) kepada Ronaldo sebagai ikon.

Tidak hanya rela dijadikan ikon gratis untuk Palestina, Ronaldo juga tidak sungkan mengenakan kafiyeh Palestina saat berkunjung kesana pada 2005 dan 2007.

Warga Palestina menyambut dengan suka cita kedatangan Ronaldo meskipun dalam pengawalan ketat. 
Lebih dari itu, penyerang Portugal yang biasa disebut CR7 bahkan rela melelang sepatu emasnya untuk disumbangkan bagi pendidikan anak- anak di Gaza. European Gol den Shoe tersebut diraihnya sebagai top skor Eropa 2011 ketika mengemas 40 gol di ajang La liga. 

Nilai trofi sepatu emas itu sekitar 1,5 juta euro atau hampir Rp 22 miliar. Tindakan yang bukan tanpa risiko sebab dengan semua itu, Christiano harus siap menghadapi publikasi buruk dari media yang berafiliasi ke Israel.

Dukungan buat Palestina juga datang dari legenda Argentina Diego Maradona yang menerima kafiyeh dan mengenakannya sambil berujar "Viva Palestina".

Tidak mau ketinggalan, legenda Brasil, Ronaldo de Lima. Saat mengunjungi Palestina beberapa tahun lalu, ia juga mengenakan syal yang sama. Peraih tiga gelar Pemain Terbaik Dunia itu pun menyempatkan berfoto bersama penduduk setempat.

Rasanya aneh jika pesepak bola non-Muslim saja yang bergerak untuk Palestina. Seorang pesepak bola Muslim, bomberSevilla, Frederick Oumar Kanoute, membuka seragam kausnya sehingga tampak t-shirt yang mendukung Palestina dalam selebrasi setelah mencetak gol kedua ke gawang Deportivo la Coruna di ajang Piala Raja Spanyol, beberapa waktu silam. Ia didenda karena aksinya tersebut, tapi tak peduli karena tindakannya membuat Palestina tidak dilupakan.

Ketika baru-baru ini menjalankan Operation Pillar of Cloud pada November 2012, Israel mendapat serangan dari peretas internasional, Anonymous. Peretas lintas negara dan lintas agama ini sangat ditakuti sampai-sampai tahun 2012, majalah TIME memasukkan Anonymous sebagai salah satu grup paling berpengaruh di dunia.

Grup tersebut menyiapkan aksi melawan Israel yang disebut sebagai barbaric, brutal, and despicable treatment of the Palestinian people.

Departemen Informasi Israel mengaku mendapatkan 60 juta kali serangan dalam semalam, namun semuanya gagal. Padahal, kenyataannya, banyak situs yang jebol. Harian the Dot melaporkan Anonymous berhasil menghapus database dari Bank of Jerusalem dan Kementerian Luar Negeri Israel. Selain menurunkan situsMSN Israel, mereka juga mencoret- coret halaman depan Windows.co.il. Tak hanya itu, Anonymous juga disebut telah membocorkan data pribadi 5.000 pejabat Israel, berikut username dan password, serta sempat mengambil alih situs militer IDF, Mastercard, dan membuat situs Bing offline. 

Anonymous mengatakan bahwa serangan terhadap situs Israel mencapai 10 ribu, sebagai balasan atas agresi mereka ke Gaza yang me langgar hak asasi manusia.

Belajar dari berbagai pihak yang berbuat nyata untuk Palestina, bukankah seharusnya kita malu jika sebagai sesama Muslim tidak berbuat lebih?

Kita bisa berseru, mem-broadcast, mengutuk melalui media sosial yang dimiliki, atau menyebarluaskan berita agar perjuangan Palestina lebih bergaung. Kita bisa menyumbang dana ke berbagai lembaga amal yang sudah terbukti berkecimpung langsung di palestina, seperti Mer-C, ACT, Dompet Dhuafa, dan lainnya. 
Kita juga bisa memboikot barang produksi Israel atau perusahaan yang mendukung Israel, dengan melibatkan keluarga, teman, tetangga, serta semua kenalan untuk melakukan hal yang sama, dan mengagendakannya sebagai perjuangan seumur hidup hingga Palestina merdeka.

Setelah semua ikhtiar dilakukan, barulah saatnya mengiringi dengan berdoa. Sebab, tanpa melakukan usaha lain, hanya duduk dan memanjat kan doa, kita telah menempatkan diri pada selemah-lemahnya iman.

No comments:

Post a Comment