Sunday 2 December 2012

Kicauan Bupati Garut tentang Keperawanan

Julia Perez: Bupati Garut, Abis Manis Sepah Dibuang! Grrr..
Jagad tanah air ini kembali dihebohkan dengan berita berbau esek-esek.  Kini isu yang tengah seksi dan menjadi sorotan semua pihak, terkait masalah keperawanan bagi seorang wanita. Kasus ini kembali mencuat dan kini menjadi buah bibir masyarakat, setelah Bupati Garut  Aceng HM Fikri, menceraikan istri mudanya, Fanny (18 tahun)  dengan alasan sudah tidak suci lagi. Hal ini sebagaimana pernyataan Bupati Garut di sebuah  media.  Ia mengatakan, bahwa perceraiannya dengan istri keduanya  dilatarbelakangi karena istrinya sudah ada yang mencicipi terlebih dahulu. Hal itu dibuktikan, ketika dirinya menyetubuhui istrinya yang tidak merasakan sensasi apapun. Aceng berkilah, bahwa dirinya sudah tahu dan berpengalaman bagaimana cara mengambil “mahkota wanita” pada malam pertama. Indikator itu bisa terlihat dengan adanya bercak darah saat bersenggama dilaksanakan. Alasan ini tentunya membuat semua pihak merasa terusik, khususnya bagi kaum hawa karena ini menyangkut perasaan seorang wanita. Tapi kalau alasan itu yang menjadi pegangan Bupati Garut Aceng HM Fikri, itu sangat tidak bijak. Karena menurut keterangan medis, keperawanan wanita bisa saja robek, tidak hanya melalui persetubuhan. Tetapi bisa saja terjadi karena wanita yang bersangkutan jatuh dari sepeda atau karena faktor lain yang menimpa pada kemaluannya. Atau jangan-jangan apa yang dikemukakan Bupati Garut ini hanya sekedar alasan untuk menutupi percerainnya.
Tapi apapun alasan itu, setidaknya ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut. Karena masalah ini seolah membuka tabir yang selama ini tertutup rapat-rapat, dan tabu untuk dibicarakan. Peristiwa ini juga setidaknya menjadi tamparan keras bagi kaum hawa, agar pentingnya menjaga kesuciannya hingga malam pernikahannya kelak. Pertama, seharusnya seorang kepala daerah atau siapapun orangnya mempertanyakan terlebih dahulu kepada calon istrinya apakah masih suci atau tidak. Meskipun hal terlalu sifatnya konyol dan menyinggung perasaan wanita, tapi ini jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Jangan seperti kejadian yang menimpa Bupati Garut, baru menikah baru empat hari sudah mentalaqnya.
Kedua, siapapun itu lelakinya termasuk saya pribadi, tentunya tidak ingin mendapatkan pendamping hidup yang sudah ternoda. Karena itu sudah menjadi naluri setiap kaum adam. Oleh karena itu, pesan yang dapat diambil dari ini, seorang gadis manapun wajib menjaga kesuciannya hingga ia menjadi halal. Jangan pernah tergoda oleh bujukrayuan seorang laki-laki atau pacar yang meminta dulu keperawanan, setelah itu menikah. Bila itu alasanya, biasanya lelaki tersebut tidak berniat untuk menikahinya.
Keperawanan juga bagi seorang gadis dibelahan muka bumi ini, terutama di Indonesia masih dianggap sakral, baik oleh gadis itu sendiri, maupun oleh seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Meskipun masalah virginitas di negara barat, sudah tidak penting lagi. Tapi sayang kita tidak hidup di dunia barat, hidup di tanah air yang masih
menjujung tinggi nilai moral dan arti pentingnya gadis yang masih suci.
Dampak lain dari arti keperawanan itu sendiri bagi seorang gadis tentunya banyak sekali.  Ia bisa cenderung berubah sikap, bersikap minder, murung dan sedih, yang lebih exstrem lagi, dia akan merasa bersalah sepanjang hidupnya.  Apalagi lelaki yang berhasil merenggut kesuciannya tidak bertanggung jawab apa yang telah dilakukannya. Karena ketika wanita sudah “tersentuh” ini akan membekas sepanjang hidupnya. Ia akan terus merasa dihantui perasaan bersalah, sekalipun yang bersangkutan melakukan operasi keperawanan. Apalagi dalam kacamata agama, perbutan zina merupakan salah satu dosa besar.
Saya pun menyadari di era zaman modern sekarang ini, pergaulan semakin bebas. Mempertahankan keperawanan bukanlah perkara yang mudah. Karena tentunya banyak faktor yang dapat mendorong setiap pasangan untuk melakukan sex pra nikah. Lihat saja saat ini kita dengan mata telanjang bisa melihat seorang gadis berpakaian
tapi telanjang. Wanita tersebut dengan punya rasa malu dan alasan seksi dan mode, ia rela “menjual” diri sebagian tubuhnya untuk dinikmati semua lelaki yang melihatnya. Kondisi ini tentunya akan menimbulkan birahi kaum Adam yang semakin memuncak. Karena sekuatnya iman, tidak akan mampu menahan “imin”.
Terakhir, kembali lagi kepersoalan, filosofi dari pentingnya menjaga keperawanan dari sudut pandang lelaki,  itu sebagai simbol kesucian dan harga diri seorang wanita, sekaligus simbol dari penantian kesetiaan pasangan. Karena bila wanita sudah berbuat seks sebelum menikah, maka hal ini  akan menjadi catatan penting. Maka dari itu, saya berpesan agar semua wanita bisa menjaga kesuciaanya sampai pernikahanya tiba. Karena sekali lagi, tidak ada satupun lelaki sebejat apapun, pasti naluri lelakinya menginginkan seorang istrinya yang masih perawan. Karena ini merupakan mahkota yang paling berharga dan tak bernilai harganya. 

No comments:

Post a Comment